10. Bryan

34 9 0
                                    

"Lo mau tidur di kamar gue aja?"

Aku tertegun menatap Gwen, yang baru saja mencetuskan tawaran itu dengan ringan pada Alice. Saat mendengar kabar tentang kunjungan Catherine, aku memang mengumpulkan yang lain dengan maksud yang sama: membahas bahaya yang mungkin sedang menanti Alice di kamar ini dan bagaimana solusinya. Menginap di kamar orang lain adalah salah satu jawaban yang terpikirkan. Namun, aku tidak menyangka Gwen akan menjadi orang pertama yang menawarkan bantuan itu.

Aku melirik Gwen dengan waswas. Hingga saat ini, aku belum bisa percaya sepenuhnya pada cewek itu. Kendati demikian, aku juga tidak percaya pada Catherine. Sebab, kalau memang ia tidak bersalah, aku tidak melihat perlunya ia kabur alih-alih mencari perlindungan polisi kalau sudah berhasil masuk sampai kemari. Namun, bisa saja hal itu karena, seperti pengakuan Inspektur Owen, ada gerak-gerik mencurigakan di dalam badan polisi. Dugaan itu turut didukung oleh fakta mengenai ketidakmampuan polisi menangkap orang mencurigakan di Rumah Sakit Husada yang ditutup rapat oleh media.

Terlalu banyak pertimbangan yang membuat keyakinanku terombang-ambing di antara Gwen dan Catherine. Tetapi, kalau Alice menginap di kamar Gwen, bukankah ada peluang bahwa ia hanya akan lepas dari mulut harimau dan masuk ke kandang buaya?

Sebaiknya tidak mengambil risiko itu.

"Ng-nggak perlu. Gue aman, guys, beneran. Justru kalo Catherine mau nyariin kita lagi, pasti larinya ke sini duluan," Alice sudah menolak terlebih dulu. "Kalian, kok, nggak ngerti-ngerti, sih? Dia, tuh, butuh bantuan kita."

"Gue berani bersumpah dia Topeng Putih dan nggak butuh bantuan kita. Lo boleh potong lidah gue kalo gue salah," Gwen membalas, membuat yang lain langsung merinding dan suasana berubah hening secepat kilat. Menyadari hal itu, Gwen menyambung, "Sori. G-gue cuma nggak tahu lagi gimana ngeyakinin kalian kalo gue jujur."

Perkataan itu, bukannya memerbaiki suasana, malah membuatnya semakin canggung. Pasalnya, Gwen tidak pernah meminta maaf atau berbicara dengan nada halus, dan barusan ia melakukan keduanya. Aku mengamati cewek itu sekali lagi, selagi otakku berputar memikirkan bagaimana cara menengahi adu pendapat ini tanpa terkesan memihak. Di satu sisi, aku tidak ingin menyakiti Alice dengan menampakkan bahwa aku menyangsikan Catherine. Namun, di sisi lain, aku juga tidak ingin terlihat meragukan Gwen, sebab jika cewek itu benar-benar berada di sisi Topeng Putih, menunjukkan keraguan hanya akan memicunya untuk menjadi semakin kreatif.

"Gue setuju Alice harus numpang di kamar orang lain," kataku pada akhirnya. "Tapi, bukan Gwen. Kalo kalian berdua aja nggak akur kayak gini, jadi temen sekamar hanya akan bikin situasi tambah gaduh."

"Tapi, Bry, gue nggak perlu—"

"Tapi, kan, kamar paling aman punya Gwen?" Andrew memotong tidak peka. "Kamar rakyat jelata nggak ada kuncinya—cuma punya Gwen sama lo yang ada. Dari dua pilihan itu, ya kali Alice nginep di kamar lo?"

Aku berusaha memikirkan argumen yang masuk akal. "Tapi, kalo di kamar Gwen—"

"Udah, lah," Gwen menyela. "Gue cuma nawarin, kok. Masih ada kemungkinan kalo gue yang antek Topeng Putih—nggak usah takut ngomongnya, gue tahu, kok. Kalo lo dan yang lain nggak percaya sama gue, ya udah, di kamar lain juga boleh. Gue rasa nggak perlu yang ada kuncinya juga, karena kalo niat, lo bisa bikin kunci sendiri dari dalem."

Mataku terpicing mendengar perkataan itu. Apakah ada maksud tersembunyi yang ingin disampaikannya? Bagaimana bisa ia mengatakan hal seperti itu dengan santai?

"Kalo gitu, di kamar Rosa aja, kalo dia nggak keberatan," Joshua mengusulkan. "Kayaknya bagus kalo Rosa ada temen juga. Lagipula, satu-satunya cewek yang tersisa selain Gwen cuma Rosa."

"Aduh..." Rosaline menyahut ragu. "Timing-nya nggak pas, sori. Kesha baru aja minta maaf dan pindah balik ke kamar gue. Bukannya nggak bisa tidur bertiga, sih, tapi emangnya kita udah seratus persen yakin sama Kesha? Kalo belum, kayaknya bikin kunci buatan dari dalem di kamar yang dihuni sama dia bakal bodoh banget. Oh iya, spoiler alert, kalo ada apa-apa lagi sama gue, mungkin kalian bisa mulai ngecek soal Kesha karena sekarang kita sekamar... lagi."

[COMPLETED] Fall of the Last FortressWhere stories live. Discover now