92. Andrew

39 8 15
                                    

Terakhir kali aku melihat grup kecil-kecilan yang kami sebut geng Infinite Mystery Seeker itu rasanya sudah berbulan-bulan yang lalu, meskipun sebenarnya kami belum lama berpisah. Entah sudah berapa lama aku hidup di balik bayang-bayang, dan tinggal menjadi gelandangan di bawah selokan. Yah, sebenarnya, aku tidak betulan bangkrut untuk disebut sebagai gelandangan, sih, karena sebenarnya rekeningku masih menyimpan uang dalam jumlah yang banyak, sangat banyak, malah. Tapi aku tidak berani menghamburkan terlalu banyak, setidaknya tidak untuk kondisi sekarang.

Skenario terburuknya, aku akan masuk penjara, dengan atau tanpa Panji si Bajingan. Pihak mana pun yang menang, pada akhirnya aku tetap akan dibekuk karena ia masih menyimpan bukti keterlibatan yang bisa menjebloskanku ke penjara. Setidaknya dengan uang di rekeningku, mungkin aku bisa membayar denda sekaligus menyewa pengacara yang bagus untuk mengurangi hukumanku. Lagipula… aku tidak sebegitu terlibat kan?

Eh, itu kan yang kuakui di depan anak IMS karena takut mereka dendam padaku.

Seperti yang pernah kubilang, aku tidak sesuci itu. Aku pernah mencelakai seseorang hingga hampir mati, dan kulakukan berdua bersama dengan Willy seakan itu bukan tindakan yang salah. Kami memang dilatih menjadi manusia tidak berperasaan sejak kecil, dengan dalih mereka tidak benar-benar mati dan ia menyuruh kami menganggap ini semua hanyalah prank yang terlalu berlebihan. Perbuatanku terhadap Rosaline juga benar-benar membuatku seorang bajingan, walaupun aku terpaksa melakukannya. Gara-gara aku, cewek itu benar-benar trauma dan mungkin terkena penyakit mental yang serius.

Bangsat. Aku terus-terusan merasa bersalah. Seharusnya aku menyerahkan diri saja, tapi aku masih saja takut masuk penjara.

Dasar, sampai akhir pun kamu hanya bisa berlari dan bersembunyi seperti pengecut ya, Andrew Leonardo. Padahal awalnya aku sudah membulatkan pikiran untuk tidak lari lagi seperti pengecut, tapi aku malah jadi pengecut terbesar di kota dengan bersembunyi di bawah selokan, mendirikan tenda minimalis dari terpal dan sebuah lampu minyak. Aku hanya keluar pada malam hari, untuk menghindari mata-mata Panji.  Bahkan, kalau aku sama sekali tidak terdesak untuk naik ke permukaan, aku tidak akan naik. Padahal, sudah lama aku tidak mengunjungi makam Willy, dan ada banyak sekali yang perlu aku ceritakan. Beberapa kali aku naik ke permukaan hanya untuk membeli suplai makanan, dan satu kali untuk menemui Bryan sebelum ia menyerbu lokasi markas Panji. 

Iya, aku berhasil memasang alat pelacak pada ransel Catherine saat terakhir kali ia menemui Luke, anjing setianya, di kafe itu.  Mereka tidak pernah mengira bahwa akan ada orang yang menanamkan alat pelacak sehingga tidak mengantisipasi hal tersebut. Satu-satunya hal yang mereka antisipasi hanyalah adanya seseorang yang mengikutinya pulang. Padahal, zaman sudah canggih dan tidak mungkin ada orang bodoh yang mengikuti mereka sampai markas hanya untuk mati di tangan para penembak jitu. 

Saat itu, aku tidak langsung tahu koordinat markas harus diserahkan pada siapa karena aku tidak ingin mengambil risiko mengirimkan lokasinya ke polisi meskipun polisi pusat sekalipun. Siapa yang tahu Bos Anjing itu bekerja sama dengan siapa? Aku, kan, bahkan tidak tahu identitasnya. Bahkan jaringan ilegal sebesar The Hawks pun juga mendukungnya, kan? Bagaimana kalau ternyata dia adalah Presiden Indonesia, atau presiden negara lain. Oke, mungkin itu sedikit berlebihan.

Entah apa yang terlintas di pikiranku waktu itu. Bukannya menghubungi anggota lain yang lebih netral, aku malah menghubungi Bryan, orang paling lurus yang tadinya terang-terangan memusuhiku hanya gara-gara melihatku main tangan pada Alexa satu kali saja. Mungkin kedengarannya goblok, tapi saat itu, saat berhadapan dengan mereka semua di gudang belakang sekolah, aku merasa tatapan Bryan paling bersahabat. Yang lain menatapku dengan jijik, bahkan Sam yang biasanya takut setengah mati padaku. Tapi, Bryan malah diam saja seolah-olah ia berusaha memahamiku. Mungkin itulah kenapa orang pertama yang kuhubungi adalah dia.

[COMPLETED] Fall of the Last FortressWhere stories live. Discover now