After Story 1 - Big Hero Six

43 7 0
                                    

Minggu, 17 April 2022, 08.00 WIB

Sejak pagi-pagi buta, SMA Bakti Mulia sudah ramai oleh orang-orang yang saling berjejalan memenuhi gedung, mulai dari pintu masuk hingga ke lapangan. Bahkan, kerumunan itu sampai membanjiri area di depan beberapa ruang kelas yang tertutup rapat, di teras di mana orang-orang dari berbagai kalangan usia sedang duduk-duduk santai dan mengobrol.

Di tengah-tengah lapangan, tiga tenda saling berjajar. Tenda-tenda itu sepertinya merupakan jantung dari keramaian di sekolah hari ini. Beberapa petugas berseragam medis tampak berlalu-lalang di bawah naungan tenda-tenda itu, meloncat dari satu kesibukan ke kesibukan lainnya seperti tidak mengenal lelah.

"Permisi, permisi!"

Seorang gadis berperawakan kecil tampak mendesak kerumunan dari pintu gerbang. Tubuhnya yang mungil nyaris tertelan lautan manusia, tetapi setelah meneriakkan 'permisi' sekuat tenaga berkali-kali dan sodok kanan-kiri, akhirnya ia berhasil melewati kerumunan di lapangan, dan lolos ke bagian teras yang lebih sepi.

Gadis itu mengembuskan napas lega dan mulai mengedarkan pandangan ke sekeliling. Tak lama setelahnya, ia berdecak kesal dan mengeluarkan ponsel dari saku celana kolor yang dikenakannya untuk menelepon seseorang.

"Halo?" Orang dari seberang telepon menyapa.

"Halo!" sapanya balik. "Pada di mana, sih? Rame banget, anjir, di lapangan. Gue hampir mati sesek. Mana bau ketek semua lagi, kecut banget!"

"Naik! Kita semua di lantai tiga! Sepi di sini."

"Yeee, nggak bilang!"

Gadis itu memutus sambungan telepon dan berlari-lari kecil menaiki tangga sambil mengipasi wajahnya dengan tangan karena keringat mulai mengucur dari dahinya. Saat sedang mengelap keringat dengan punggung tangan, tiba-tiba saja ia menabrak seseorang di tengah-tengah tangga.

"Aaah!!"

"Ah, maaf!"

Gadis itu hampir kehilangan keseimbangan, tetapi orang yang ditabraknya sigap mengulurkan tangan untuk menangkap pergelangan tangannya. Jantung gadis itu berdebar sangat kencang. Hampir saja ia terjatuh berguling dari tangga dan mematahkan tulang-tulang di tubuhnya!

Memikirkannya saja ia merasa ngeri, karena ada desas-desus kurang menyenangkan bahwa tangga di sini angker. Sekitar delapan tahun yang lalu, kabarnya seorang siswi menjadi korban tumbal tahunan legendaris Bakti Mulia di tempat ini. Ia hampir saja mengikuti jejak orang itu kalau tidak ada yang menarik tangannya dan membantunya tetap seimbang.

Gadis itu mendongak dan mendapati dua orang pria sedang berdiri di hadapannya, sepertinya sedang dalam perjalanan turun menuju ke lantai satu. Pria yang satu adalah kepala Panti Asuhan Bakti Mulia yang terkenal super ramah, Pak Owen, sedangkan yang satu lagi, alias orang yang menarik tangannya, adalah seorang pria dewasa yang tidak pernah dilihatnya di sekitar sini.

Selama hampir satu detik penuh, gadis itu terbengong melihat pria di hadapannya.

Ganteng banget!

Pria itu memiliki tubuh atletis yang tinggi dan kulit putih yang kelihatan sehat. Rambutnya ditata rapi membingkai wajahnya yang memiliki fitur-fitur tegas. Matanya sipit dan cenderung naik, tetapi dipadukan dengan alis tebal dan hidung mancungnya, hal itu jadi membuatnya tampak sangat macho. Kalau saja kaos basket dan celana olahraga yang dikenakannya tidak luntur seperti itu, gadis itu pasti akan berpikir bahwa pria itu baru saja keluar dari sebuah webtoon bergenre romance.

"Nggak apa-apa?" tanya pria itu dengan suaranya yang berat, membuat gadis itu langsung terempas kembali ke kenyataan.

"Eh? Oh... nggak apa-apa," jawabnya terbata-bata sambil melepaskan tangannya dan sedikit membungkukkan badan. "Makasih, Kak."

[COMPLETED] Fall of the Last FortressWhere stories live. Discover now