57. Bos

27 6 0
                                    

Aku menatap monitor, mengamati gerak-geriknya yang terekam jelas oleh salah satu pionku. Andrew Leonardo alias Penyusup. Cukup mudah melacak keberadaannya, terlebih karena ia mengendarai mobil yang dibelinya menggunakan tabungan dariku. Tetapi, tidak mudah memutuskan apa yang akan kulakukan padanya.

Awalnya kupikir anak itu hanya seorang anak biasa yang mengikuti William Lee ke mana pun pergi. William pun, walaupun cukup menarik, cenderung biasa-biasa saja, jadi aku tidak berpikir terlalu jauh tentangnya. Aku memang sengaja mengumpulkan anak-anak menarik yang seangkatan dengan putriku supaya mudah diawasi, dan William salah satunya. Andrew saat itu hanya benalu, yang kubiarkan masuk untuk memerkecil kemungkinan William tertangkap. Itulah mengapa ia disebut Penyusup oleh putriku. Tetapi, setelah memoles sedikit potensi anak-anak itu, aku sedikit kagum karena rupanya anak yang kupandang sebagai benalu itu cukup berbakat di bidang logika, yang menjadikannya sempurna untuk dilatih menjadi seorang hacker.

Anak itu memang meledak-ledak sebagai coping mechanism dari sifat pengecutnya, apalagi ia sempat di-bully saat kecil dulu, dan ia sedikit ceroboh untuk disuruh melaksanakan tumbal tahunan, tetapi kemampuannya tidak diragukan kalau ia sudah tertarik pada satu hal. Sayangnya, ia tidak tertarik pada apa pun selain berkelahi dan uang. Jadi, untuk melatih otaknya di bidang hacking cukup menyusahkan karena perlu menginvestasikan banyak uang padanya. Tapi akhirnya, pengorbananku tidak sia-sia karena ia bisa menguasai berbagai teknik dengan cepat.

Anak itu menyembunyikan kemampuannya dari siapa pun, bahkan dirinya sendiri. Ia sering meremehkan diri sendiri. Padahal tanpa sadar, ia bisa melakukan banyak hal kalau menyangkut hacking. Buktinya, ia bisa melacak keberadaan putriku, padahal aku selalu memasang alat pemindah lokasi di ponselnya (Yah, walaupun harganya sedikit murah dan mungkin bisa dilacak oleh hacker profesional, tapi putriku sangat cerdik jadi aku tidak khawatir. Malah, ia bisa memanfaatkannya untuk berpura-pura terlacak). Yang membuatnya berhasil saat itu hanya karena ia berpikir bahwa kejadian itu adalah kecerobohan Catherine yang bisa ia manfaatkan.

Tapi sayang, hanya karena William Lee yang berkhianat, ia jadi terombang-ambing.

Sebenarnya, kalau tidak terdesak, aku pasti akan menjaga William tetap hidup, begitu juga dengan anak-anak lainnya, bukan semata-mata sebagai perisaiku, melainkan karena mereka sudah membantuku mencapai apa yang kuinginkan. Tetapi, anak naif itu malah memberontak dan ingin membeberkan identitas semua anak asuhku pada Gwen dan teman-temannya. Sayang sekali, hal itu kuhargai nyawa, dan seharusnya ia sudah tahu itu sejak awal.

Kini, sepertinya aku bakal kehilangan anak ini juga.

Aku kembali memusatkan perhatian pada monitor. Dilihat dari laju kendaraan dan lokasinya, sudah kuduga ia sedang berusaha membuntuti putriku setelah memata-matainya di kafe tadi. Mungkin, ia ingin mencari lokasi markas besar tempatku berada saat ini. Tetapi, tentu saja putriku tidak seceroboh dan sebodoh itu. Anak itu tidak akan pernah sampai kemari.

Sesuai dugaanku, mobil putriku membuat perhentian di gudang rute pelarian 51 yang letaknya jauh dari sini. Dari sana, ia akan keluar dan berpindah mengendarai motor untuk kemari, tetapi Andrew tidak akan menyadari hal itu, sehingga ia akan menunggu di tempatnya untuk waktu yang lama, dan menyerah dengan sendirinya.

"I have a clear vision, should I fire?" tanya suara di ujung telepon.

Saat ini, aku sudah tersambung dengan seorang penembak jitu yang sedang mengamati Andrew dari kejauhan. Haruskah aku melenyapkan anak itu sekarang? Kalau aku melewatkan kesempatan ini, mungkin aku tidak akan mendapatkan kesempatan kedua karena cepat atau lambat, ia pasti akan menyadari bahwa mobilnya dilacak.

"Boss? Now or never," burunya lagi.

Tapi... masih ada kemungkinan yang sangat kecil ia akan berpaling ke arahku. Haruskah aku mengambil risiko untuk menyimpan bidak catur favoritku? Terlebih, aku menginvestasikan paling banyak uang padanya, walaupun anak-anak lain termasuk putriku tidak tahu akan hal itu. Sungguh disayangkan, kalau otak brilian seperti itu dipaksa mati sebelum sempat bersinar...

"Retreat," putusku. "Let him live."

Tidak apa-apa. Aku bisa merebut hatinya kembali, karena aku paling mengenal dirinya. Andrew memiliki rasa takut yang besar, dan dengan ketidakpastian ini, perasaan itu hanya akan kian membesar. Ia tidak memiliki siapa pun lagi, termasuk orang-orang yang mungkin sudah ia anggap teman, sebab mereka pasti akan menjauhinya setelah tahu sosok seperti apa dia. Setelah ini, aku akan memberikan sedikit klu pada media tentang identitasnya dan menyuruh polisi mengerahkan tenaga untuk mencarinya demi menakut-nakuti anak itu. Dengan begitu, ia akan memikirkan kembali tindakannya, dan di saat ia sudah benar-benar menyerah pada kehidupan, aku akan muncul untuk mengulurkan tangan padanya.

Ia pasti menjadi milikku.

[COMPLETED] Fall of the Last FortressWhere stories live. Discover now