84. Catherine

28 6 4
                                    

Jenni sudah sadar setelah kubuat pingsan, tetapi ia masih diam seribu bahasa dan tidak ingin berbicara denganku meskipun saat ini kami sendirian. Tapi tidak apa-apa, aku juga sedang tidak ingin berbicara dengannya saat ini setelah apa yang ia coba lakukan pada Alice. Untung saja rambut pendek masih cocok untuk Alice, kalau tidak aku pasti sudah mengamuk padanya.

Aku mengecek ponselku untuk mencari kabar dari Papa atau Luke, si Stalker, namun anehnya, aku tidak bisa mendapatkan sinyal sejak Papa pergi. Tapi, aku harus tetap mencoba, kan? Situasi saat ini genting. Anak-anak itu memang sedang disekap, tapi kami harus segera melakukan sesuatu. Semua aktivitas di sini tersendat karena Papa tidak bisa dihubungi, sementara kami di sini hanya boleh bergerak atas perintah Papa. Jadi, tidak ada gunanya punya pasukan atau tawanan kalau kami tidak bisa mengontak Papa.

Untungnya, aku, Jenni, dan Papa punya radio khusus untuk berkomunikasi kalau keadaan sedang genting di dalam kantornya. Gelombang radio itu juga hanya kami yang tahu, sehingga percakapan kami sama amannya, tidak akan didengarkan oleh siapapun, seandainya ada yang berusaha menyadap pembicaraan kami. Tapi, untuk menggunakan radio itu, aku harus ke kantor Papa karena radio itu terletak di sana.

Aku berjalan menuju kantor Papa yang terletak sedikit jauh dari ruang utama dan ruang tahanan. Kami tidak perlu repot-repot menyembunyikan letak pintunya, sih, karena pintu ini dilengkapi dengan sistem keamanan yang memerlukan sandi untuk membukanya. Dan tentu saja, sandi itu hanya aku, Papa, dan Jenni yang tahu. Tiga kali salah, maka sinyal peringatan akan dikirimkan padaku dan Papa agar kami bisa segera menyelidiki siapa yang membobol ruangan tersebut dan memusnahkannya.

Aku membuka sandi tersebut dan menyelinap masuk ke dalam setelah memastikan tidak diikuti oleh siapapun.

Kantor Papa terdiri dari dua ruangan, yang pertama berisi berkas tempat Papa menyimpan lemari berisi dokumen-dokumen penting sekaligus ruang tempat ia bersantai di atas sofa sambil meminum kopi paginya. Selain itu, di ujung ruangan, juga ada terowongan sebagai jalan keluar rahasia kami seandainya ada penyusup yang masuk ke dalam markas. Ruangan kedua berisi radio yang sempat kubicarakan tadi dan sebagian emas yang belum kami cairkan ke dalam bank luar negeri untuk menghindari perhatian lembaga pemerintahan.

Jglek

Aku tersentak sedikit saat mendengar bunyi pintu ditutup. Siapa itu?

Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan dan mengembuskan napas lega. Kukira ada orang yang baru saja masuk. Ternyata, tidak ada siapa-siapa. Pintu itu memang sudah sering macet. Dulunya, hanya dilepas saja, pintu itu akan otomatis menutup sendiri dengan kencang. Sekarang, kadang-kadang pintu itu tidak menutup sempurna, dan kalau tiba-tiba ada angin, barulah pintu itu bisa menutup. Membuat kaget saja. Nanti, saat aku keluar, aku harus benar-benar memastikan pintu itu tertutup sempurna.

Aku segera masuk ke ruangan kedua dan menghubungi Papa melalui radio. Tidak butuh waktu lama sampai terdengar suara Papa dari ujung telepon.

"Apa yang terjadi?"

"Anak-anak itu berhasil masuk, Pa," laporku. "Memang, sekarang sudah Catherine tangkap semuanya, tapi tadi Jenni sempat hilang kendali dan membabi-buta di hadapan mereka. Bahkan, ada yang luka parah sampai kehilangan jari. Kalau Papa nggak cepat ke sini, bisa-bisa dia mati kehabisan darah."

Terdengar suara Papa seperti mengumpat. "Papa nggak peduli sama anak itu. Biar saja Jenni mau melakukan apa," omelnya. "Andrew sialan itu, gangguan sinyal ini pasti ulahnya."

"Andrew?" Aku membeo, sekadar mengonfirmasi.

"Sinyal di lokasi tahanan kacau, makanya dari tadi nggak ada yang bisa Papa hubungi, pasti ulah Andrew. Semua ini sudah dia rencanakan bersama anak-anak itu. Stenley ternyata nggak kabur sama sekali. Nggak ada yang terjadi di tahanan. Martin itu juga sialan! Ternyata dia nggak setia dan malah membantu Andrew. Papa nggak akan bayar dia sepeser pun. Biar saja dia dikejar-kejar lintah darat. Dasar nggak berguna." Papa mengomel, jelas sekali bahwa ia kesal. Papa memang tipe orang yang tidak suka rencananya diusik, apalagi dikhianati oleh orang yang sudah dipercayainya.

[COMPLETED] Fall of the Last Fortressحيث تعيش القصص. اكتشف الآن