59. Bryan

26 6 0
                                    

Aku memang menyuruh Joshua mencari penyadap yang mungkin berada di barang milik Rosaline, tetapi aku hampir yakin akulah yang akan menemukan penyadap itu. Mengapa? Karena, ada kemungkinan yang sangat besar bahwa penyadap itu bukannya disembunyikan di dalam barang Rosaline, melainkan milik Alice.

Kalau dipikir secara logika, jika aku menempatkan diri di posisi Topeng Putih dan aku hanya memiliki satu alat sadap, aku tidak mungkin memilih untuk meletakkannya di barang milik anggota yang tidak terlalu signifikan. Kesannya kejam mengatakan hal itu tentang Rosaline. Tetapi, mengabaikan semua faktor perasaan, itu adalah fakta. Dibandingkan Alice, lebih kecil kemungkinan Rosaline akan melakukan sesuatu yang penting untuk penyelidikan atau berkomunikasi secara pribadi dengan anggota-anggota lain yang memegang informasi kunci, seperti aku, Gwen, atau Andrew, karena ia tidak terlalu dekat dengan kami. Ia hanya dekat dengan Joshua, dan walaupun Joshua kadang-kadang juga suka bertindak sendiri, aku ragu pertimbangan itu akan menjadi prioritas Topeng Putih dibandingkan mendapat informasi dari aku atau Gwen.

Satu-satunya pengecualian adalah kalau Topeng Putih menanamkan penyadap itu saat Rosaline disekap di markas bawah tanah mereka. Tetapi, itu pun menurutku kecil peluangnya, karena mereka tidak berniat membebaskan Rosaline. Saat itu, bebasnya Rosaline dari penyekapan barangkali bukan bagian dari Plan A mereka. Tentu, mereka punya solusi untuk menangani hal itu, tetapi solusi itu mungkin Plan C atau bahkan Plan Z mereka. Yang jelas, aku meragukan skenario itu.

Apalagi, dari cerita Andrew, sepertinya Catherine adalah kaki-tangan paling setia Bos mereka yang menjalankan sebagian besar rencana sekaligus menjadi penyalur informasi ke anggota lainnya. Orang seperti itu tidak akan membiarkan Andrew, yang notabene adalah sahabat Willy yang sudah terbukti berkhianat, menjadi satu-satunya sumber informasi mengenai kegiatan IMS barang sedetik pun. Baru menanam penyadap cadangan saat penyekapan terdengar agak terlambat, bahkan bagiku.

Dengan logika itu, Alice adalah target paling ideal, karena: 1) Catherine dekat dengan Alice, dan ada banyak sekali kesempatan di mana penyadap itu bisa diletakkan di barang milik Alice, karena mereka bahkan berbagi kamar, 2) Alice dekat dengan lebih banyak orang di dalam grup dan hampir pasti selalu berpartisipasi dalam kegiatan kami, dan 3) Kalau mau sekaligus memata-matai Andrew dan membuktikan kesetiaan cowok itu terhadap tim mereka, Alice adalah pilihan paling ideal karena ia paling dekat dengan Andrew.

Berbekal pemikiran itu, begitu masuk ke kamar, aku tidak mau membuang-buang waktu. Alice sedang duduk di atas kasur sambil mengutak-atik ponselnya ketika pintu dibuka. Ia kelihatan menunggu kedatanganku, karena sesaat setelah aku masuk, ia langsung melompat turun dari kasur dan menghampiriku. “Bry,” sapanya. “Em… lo udah mau tidur? Kalo belum, mau ngobrol bentar, nggak? Gue kepikiran sesuatu…”

Aku menatap mata Alice lurus-lurus dan meletakkan jari telunjuk di depan bibir. Alice menatapku balik, kebingungan. Alisnya bertaut di atas sepasang matanya yang belo. Aku berusaha mengirim telepati lewat tatapan mata, memintanya untuk tidak memertanyakan apa pun yang akan kulakukan. Alice tampaknya memahami isyarat itu, karena aku melihat bibirnya dikatupkan lebih rapat, membuatku yakin untuk melanjutkan.

“Sori, Lice,” kataku dengan nada yang kuusahakan terdengar selelah mungkin. “Gue… hari ini capek banget. Kayaknya, malem ini, gue mau langsung istirahat.”

Kini, Alice tampak lebih bingung lagi. Aku sedikit berharap ia bisa mengimbangi aktingku dan membalas perkataan itu, tetapi dengan ia tidak mengeluarkan suara yang menandakan kebingungannya saja, aku sudah cukup lega. Aku mengeluarkan ponsel dan mengetikkan deretan kata-kata di dalamnya untuk ditunjukkan pada Alice.

‘Lo disadap. Jangan ngomongin apa-apa yang berkaitan sama kasus sampe gue nemu penyadapnya.’

Mata Alice terbelalak membaca kalimat itu. Tanpa sadar, kedua tangannya langsung menutup mulut. Aku melempar tatapan yang kurang-lebih berarti, ‘Boleh gue cek barang-barang lo sekarang?’ dan Alice mengangguk cepat.

[COMPLETED] Fall of the Last FortressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang