63. Alice

19 6 0
                                    

Aku berjanji akan menggunakan logika mulai sekarang.

Tidak tahu, sih, apa aku bisa melakukannya dengan sempurna, tapi menurutku aku perlu berubah. Semua yang kami alami, termasuk pengkhianatan Catherine dan Andrew sepertinya terjadi karena aku terlalu menggunakan perasaan dan tidak menilai orang dengan logika. Karena hal itu, aku mudah dibodohi, dan bahkan dimanfaatkan. Saat publik sudah yakin kalau Catherine terlibat, aku malah mati-matian berusaha membelanya seperti orang bodoh. Kalau saja saat ia berpura-pura menangis sambil memeringatkanku di kamar waktu itu, aku segera menangkap dan menyerahkannya ke pihak berwajib… mungkin situasinya tidak serumit sekarang.

Mereka sengaja mempermainkan perasaanku. 

Soal alat rekaman yang baru saja ditemukan pun, juga karena aku terlalu terikat dengan perasaan. Kalau saja aku tidak terus-terusan memakai kalung itu seperti Gwen, mungkin rencana kami tidak akan bocor ke pihak lawan. Tapi aku terlalu terikat pada kalung itu karena menganggapnya sebagai sesuatu yang spesial di antara kami.  Padahal... kalung itu adalah tanda persahabatan kami, bisa-bisanya Catherine tega melakukan tindakan yang sangat tercela seperti ini. 

Aku benci. Aku benci semua orang. Catherine, Andrew, Stalker, orang-orang yang berpura-pura baik di depanku, mereka semua palsu. Aku tidak tahu apakah bisa mempercayai perkataan Andrew tentang anteknya yang tersisa di panti asuhan ini hanya Stalker, tapi aku tidak mau lagi tertipu. Aku harus ekstra hati-hati, apalagi mereka terus-terusan menggunakanku sebagai sasaran dan alat untuk didekati. Oleh karena itu, aku harus berubah. Di saat seperti ini, mereka pasti mengira aku akan mengurung diri dan menghambat penyelidikan. Padahal sidang Pak Stenley tinggal dua hari lagi, pasti mereka sengaja memanfaatkan Andrew untuk membuat perasaan kami kacau dan kehilangan informasi penting penyelidikan. Oleh karena itu, sesakit apapun dan sehancur apapun perasaanku sekarang, aku tidak mau lagi terpuruk dan mengurung diri seperti orang bodoh selagi mereka menontonku dari jauh sambil tertawa.

Sepertinya, aku bisa percaya Bryan.

Tidak, ini bukannya karena ia selalu memperlakukanku dengan spesial, tapi tindakannya tentu bisa dipercaya. Secara logika, kalau ia adalah antek Topeng Putih ia tidak mungkin menggeledah kamar kami dengan brutal untuk mencari perekam suara di kalungku, kan? Lalu Joshua, saat menemui Andrew di depan warung itu, ia sama terkejutnya denganku. Meskipun aku belum punya bukti yang kuat tentangnya, Joshua mungkin juga bisa dipercaya. Lagipula Joshua dan Bryan juga hampir selalu bersama, kalau salah satunya bersih, seharusnya keduanya begitu. Tapi untuk sementara, aku hanya akan mengandalkan diriku sendiri dan Bryan. 

"Jadi, selama ini saya sebenarnya sudah menaruh curiga pada atasan saya, Bapak Martin." Jelas Pak Owen begitu kami sudah berkumpul di ruang tamunya. Kata Bryan, untuk menjalankan rencana kali ini, kami membutuhkan bantuan kepolisian, jadi di sini lah kami sekarang.

Sejujurnya, ketika Bryan mengatakan kami perlu melakukan pekerjaan kotor, aku tidak keberatan sama sekali. Aku sudah cukup menahan diri sambil melihat orang-orang terdekatku mengkhianatiku satu per satu. Mereka pikir, mungkin aku cuma lelucon yang bisa mereka tertawakan dan anggap remeh. Lihat saja nanti, siapa yang akan tertawa di akhir. Yah, tapi bukannya aku bakalan bersedia membunuh orang, sih. Apa bedanya aku dengan mereka kalau begitu? Lagipula, Bryan dan Pak Owen tidak mungkin menyarankan rencana macam itu, kan? 

"Pak Martin?” ulang Joshua. Lalu, ia menatap Bryan. “Jadi, bener waktu itu?”

Bryan mengangguk. “Udah gue duga.”

“Bentar, bentar,” selaku, menyadari ada rahasia di antara mereka berdua yang aku tidak tahu. “Ini ada apa? Kok bisa tiba-tiba Pak Martin?”

Bryan menatapku dengan perasaan bersalah. “Jadi… sebenernya, waktu kalian semua masih nyurigain Pak Owen, gue sama Joshua sempet teleponan sama Pak Owen. Joshua, sih, tapi gue ada di sana juga. Itu tepat setelah kita keluar dari rumah sakit habis kejar-kejaran di rumah keluarga Walker itu. Nah, dari situ, kita tahu kalo Pak Owen nyerahin bukti foto-foto dari kamera Joshua ke Pak Martin. Makanya, waktu bukti itu nggak ditayang-tayangin di media, gue udah feeling kayaknya ada yang nggak bener soal beliau.”

[COMPLETED] Fall of the Last FortressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang