56. Andrew

28 8 0
                                    

Aku sudah membohongi IMS lagi.

Bukan bohong, sih, lebih tepatnya aku tidak menceritakan detail kebenarannya pada mereka karena takut makin dibenci. Aku memang pengecut, kali ini aku tidak akan mengelak kelemahan itu. Sebenarnya, bisa dikatakan, aku lebih menjijikkan daripada anggota geng Topeng Putih lainnya, karena sampai sebelum Alexa ditangkap, aku malah berhubungan dengan Bos secara pribadi dan menawarkan bantuan untuk melakukan pekerjaan hacking kotor karena takut berakhir seperti Willy.

Saat Willy meninggal, aku merasa tidak punya arah dan tujuan hidup. Saat itu, tinggal tersisa aku yang nggak sepenuhnya setia pada Bos dan menyetujui tindakannya. Anak-anak didiknya yang lain benar-benar bersumpah mati akan setia pada pimpinan kami itu demi upah, atau demi apa lagi aku tidak tahu. Mungkin mereka semua psikopat, entahlah. Yang jelas, kalau ada yang bakal dibunuh setelah itu, pasti adalah aku karena aku paling jauh dari kelompok itu, dan aku juga sebenarnya tidak setuju dengan tindakan mereka.

Aku takut. Saat itu, aku sudah kenal IMS, tapi kalau aku berpindah ke sisi mereka sepenuhnya, malah akan mempercepat proses kematianku. Dan lagi, kalau mereka tahu aku terlibat, apa mereka nggak malah akan berbalik menyerangku atau menjebloskanku ke penjara? Terutama Bryan yang waktu itu masih terang-terangan memusuhiku.

Satu-satunya jalan bagiku waktu itu untuk menyelamatkan kepalaku adalah menghubungi Bos dan berusaha berada di sisi baiknya, karena aku belum siap batin dan mental untuk terang-terangan membelot. Bahkan, ketika Jennifer alias Queen meminta Bos untuk menguji kesetiaanku dengan menyuruhku menculik Rosaline dan menyeretnya ke bawah tanah, aku tetap melakukannya, walaupun aku membenci diri sendiri untuk itu.

Sekarang pun, aku bukannya sudah bisa terang-terangan membelot. Alasan aku tidak lagi membantu Bos pun adalah karena setelah emas dibawa keluar dari panti asuhan, ia belum butuh mencari data yang memerlukan hacking. Seandainya aku diminta melakukannya pun, pasti aku masih otomatis melakukannya untuk mendapatkan kepercayaannya.

Aku tidak sepenuhnya tanpa dosa.

Aku tahu, sudah cukup parah berbohong pada IMS selama ini, tapi aku hanya tidak bisa melakukannya. Aku tidak bisa lepas dari cengkeraman Bos, dan rasa takut yang merambat tiap kali mendengar perintahnya... aku belum bisa mengatasi hal itu. Melihat sahabatku yang mati di depan mata kepalaku sendiri terus menghantuiku. Bagaimana jika aku yang berdiri di sana?

Aku memang berjanji untuk menghilang dan tidak membantu pihak mana pun. Tapi, kalau tiba-tiba Bos menghubungiku, apakah aku sudah siap menolaknya?

Tring...

Seperti bisa membaca pikiranku, tiba-tiba ponselku berbunyi, menandakan adanya pesan masuk di dalamnya. Saat ini aku sedang berada di toko koran tempatku menyembunyikan mobil yang kubeli. Ketika membaca pesan itu, jantungku mencelos jatuh ke perut.

Telepon saya sekarang.

Keringat dingin langsung mengucur membasahi badanku. Detak jantungku berubah menjadi cepat, dan bulu kudukku langsung berdiri. Tidak ada inisial nama, berarti pengirimnya bukan salah satu dari kami. Tapi dilihat dari unknown number yang digunakan... ia juga bagian dari kami. Hanya dengan melihat sekilas saja, aku tahu pasti pesan itu berasal dari Bos sendiri. Biasanya Bos menghubungi langsung jika ada keadaan genting seperti membutuhkan sesuatu dengan cepat. Apa sesuatu yang penting baru saja terjadi? Atau dia sudah tahu kalau identitasku ketahuan? Tapi bagaimana? Semuanya sangat tidak masuk akal.

Aku benci diriku yang seperti ini, tapi aku memang pengecut. Seperti anjing yang patuh, aku tetap menelepon nomor tersebut. Untuk berjaga-jaga, aku menyalakan recorder panggilan untuk merekamnya.

"Halo?" tanyaku setelah nada sambung berakhir.

"Ini Bos. Sudah saya kirimkan identitas seseorang. Lacaklah dalam waktu tiga jam dan saya akan menghubungi lagi." katanya, lalu panggilan langsung terputus.

[COMPLETED] Fall of the Last FortressDonde viven las historias. Descúbrelo ahora