66. Bos

27 7 0
                                    

Seperti yang kuduga, anak itu menghilang tanpa jejak.

Andrew menyadari alat pelacak yang kupasang di mobilnya dan meninggalkan mobil itu di tempat barang bekas. Aku sudah menyuruh beberapa polisi bawahanku untuk mengecek CCTV kota ini untuk menemukan lokasinya, namun hasilnya nihil. Aku perlu tahu pasti lokasi anak itu kalau mau mengulurkan tangan saat ia berada di titik terendah. Tapi dihitung dari uang tabungan yang ia miliki, sepertinya akan membutuhkan waktu yang lama sampai ia kehabisan uang.

Aku tidak mau menunggu selama itu.

Aku perlu memikirkan cara lain untuk mendesak dan menakut-nakutinya sampai depresi sebelum bisa mengulurkan tanganku kembali. Jika bukan uang, aku perlu membuatnya putus asa akan hal lain. Foto dari rekaman CCTV yang kuserahkan ke media seharusnya sudah sampai ke telinganya. Mungkin karena hal itu ia sedang bersembunyi. Haruskah aku menyebarkan identitasnya ke perusahaan-perusahaan agar dimasukkan dalam blacklist? Atau menjadikannya buronan? Tapi akan sulit untuk menjadikannya buronan kalau aku belum benar-benar cuci tangan dari kasus panti asuhan ini. Bisa-bisa, ia malah menyeretku masuk ke penjara.

"Gue punya rencana." suara laki-laki tiba-tiba terdengar dari headphone yang kukenakan.

Sejak Andrew memutuskan untuk keluar dari panti asuhan dan menghilang, aku menggantikan putriku untuk memeriksa alat perekam yang ditempatkan di kalungnya dulu. Aku bangga pada anak itu, tanpa kusuruh pun ia sudah memiliki rencana cadangan kalau-kalau Andrew yang kutempatkan di tim itu ketahuan. Tapi bukannya aku belum mengantisipasi hal ini, sih. Kalau saja putriku tidak memasang alat penyadap di kalungnya yang ia tukar dengan anak bernama Alice itu, aku bisa menyuruh Stalker untuk menyusup ke kamar tempat mereka sering berkumpul dan meletakkan alat penyadap di sana. Lagipula aku bisa memberikan kunci cadangan kamar VIP ke Stalker untuk memudahkan aksinya. Sejak anak penjaga CCTV itu berhenti bekerja, aku juga jadi lebih leluasa untuk menempatkan orang suruhanku sebagai pengawasnya.

"Rencana apa?" suara anak perempuan menyahut.

"Untuk nyelametin Pak Stenley dari sidang." jelas anak itu dengan yakin.

Aku mau tidak mau menyunggingkan seulas senyum. Bisa apa anak ingusan seperti kalian di depan pengadilan? Dengan bukti sebanyak itu yang kutanamkan di kantor Stenley, bahkan orang yang berpangkat tinggi sekalipun akan kesulitan untuk keluar dari masalah ini. Media pun sudah menyebar luaskan beritanya, dan opini publik pasti mendukung keputusan untuk menjatuhi Stenley hukuman berat. Tidak ada hakim yang bisa disuap untuk membebaskan tersangka dengan bukti yang sangat kuat seperti itu. Mereka pasti tidak akan berani.

"Maksud lo?" tanya si anak perempuan.

"Kita bakal keluarin Pak Stenley dari penjara."

Ide itu membuatku tertawa. Dasar anak-anak, imajinasi mereka terlalu tinggi. Mereka pikir menjebol penjara semudah apa? Masa mereka benar-benar mau mempertaruhkan nyawa mereka untuk menyelamatkan kepala sekolah yang bahkan tidak tampak menyayangi mereka? Aku yakin seratus persen mereka tidak akan berbuat sejauh itu.

Kalau saja mereka nekat pun, aku tinggal menjebloskan mereka ke penjara karena membantu tahanan keluar dari penjara.

"Princess! Queen! Kemari," panggilku sambil membawa alat penyadap itu keluar dari ruangan untuk mencari mereka.

Tidak butuh waktu lama sampai Princess menanggapi panggilanku. Aku menyerahkan alat tersebut padanya sambil berkata, "Kamu saja yang mengawasi tindakan mereka, Papa mau urus hal lain."

Ia mengangguk patuh lalu mengambil alat itu dari tanganku. Daripada mendengarkan bualan anak-anak bodoh penuh imajinasi itu, lebih baik aku mencari cara untuk membuat Andrew kembali padaku.

Tiba-tiba sebuah ide muncul di otakku.

Seharusnya, aku bisa menanyakan pada Catherine hal apa yang diinginkan Andrew. Mereka sempat menjadi teman selama beberapa tahun, kan? Lagipula ia juga bertugas untuk mengawasi Andrew. Tapi masalahnya, kalau sampai Jennifer tahu aku masih berharap pada Andrew, mungkin ia akan lepas kontrol.

[COMPLETED] Fall of the Last FortressWhere stories live. Discover now