🌟Part 8🌟

2.1K 157 4
                                    

"Writer masih menceritakan tentang Ukhti itu.
So tetap enjoy dan selamat membaca."😄

🌟🌟🌟

Ukhti itu memasuki kelasnya. Keadaan kelas seperti biasa ramai, yang terkadang yang membuatnya tidak nyaman dengan keadaan tersebut. Ia lebih suka menyendiri dan tidak menyukai keramaian. Ukhti itu duduk, terdiam sambil memandang semua temannya. Itu hal biasa yang dilakukan Ukhti itu. Maka tak heran, teman-temannya itu biasa memandangnya. Karena mereka tau, kalau dari salah satu mereka akan di cari oleh ukhti itu.

Kriinggg....kriinggg.

Bel tanda masuk telah berbunyi. Seluruh siswa pun berhamburan memasuki kelas, mengikuti pelajaran denga hikmad.

4 jam kemudian...
Waktu istirahat tiba...

Ukhti itu berjalan sendirian menuju perpustakaan. Tiba-tiba...

"Dorrr..."

"Astaghfirullah,kak Seza."

Orang yang mengagetkan Ukhti itu adalah Seza ternyata.

"Adek mau kemana ?" Tanya Kak Seza.

"Mau ke perpustakaan kak." Senyum sumringahnya mulai berkembang.

"Kak Seza boleh ikut ?" Kak Seza tersenyum lembut.

"Boleh, dengan senang hati."suaranya melembut.

Akhirnya Kak Seza dan Ukhti itu memasuki Perpustakaan secara bersama-sama.

"Adek, mau minjem buku apaan emangnya? Biar kak seza aja yang cari."

"Adek gak mau minjem buku kak. Adek cuma ngecek buku kak."

"Buku apa emangnya ?" Kak Seza mengangkat salah satu alisnya.

"Eh bukan buku sebenarnya si. Tapi novel, judulnya Sunset Terakhir di langit Teheran."

"Owh gitu. Ya udah ayo kalau mau ngecek."

Ukhti dan Kak Seza menuju ke bagian informasi buku.

"Pak, mau nanya. Novel yang judulnya Sunset Terakhir di Langit Teheran di pinjem siapa ya ?"

"Bentar, saya cek dulu." Sahut petugas sambil mengetik keyboard.

Setelah sekian, akhirnya petugas itu menemukannya.

"Bukunya di pinjam oleh seorang laki-laki. Malah sudah dibeli oleh laki-laki tersebut." Sahut petugas itu.

Ukhti itu merasa senang, karena novel itu telah terjual. Yang gak kalah senangnya karena pembelinya adalah laki-laki.

"Siapakah pembeli itu pak petugas ?" tanya Ukhti itu penasaran.

"Kalau gak salah, Axel Dwi Saputra. Anak 11 Mipa 1."

Ukhti itu kaget bukan main, karena yang membelinya adalah Axel. Laki-laki yang ingin dia rubah. Ukhti itu merasa senang dan bertanya kepada Kak Seza.

"Kak Seza mengenal Axel atau tidak ?" Tanya Ukhti itu dengan antusiasnya.

"Kak Seza mengenalnya atuh. Dia kan yang pernah memilih kakak sebagai Duta Sekolah. Emangnya kenapa si dek ?" Kak Seza merasa bingung.

Panggil Saja Ukhti (TAMAT)✔Where stories live. Discover now