🌟Part 15🌟

1.7K 101 0
                                    

Axel dan Ukhti itu masih dalam perjalanan menuju Bumi Perkemahan. Jarak yang cukup Agak jauh, sekitar 3 Km. Membuat Kak Geo, Kak Seza, dan Salsa tertidur. Sementara Ukhti itu, dia sedang melanjutkan membaca Novel.

"Emmm...., gak lanjutin istirahatnya. Perjalanan masih agak lama lho." Sahut Axel.

"Kira-kira sampai sana jam berapa ?" tanya Ukhti itu.

"Ya kayanya jam setengah 7 apa enggak jam 7 paling telat."

Tiba-tiba raut wajah Ukhti itu berubah.

"Emmm...." Ukhti itu memasang raut Wajah bingung. Axel dapat menangkap Kebingungan dari Ukhti itu.

"Kenapa engkau begitu bingung ?" tanya Axel.

Ukhti itu hanya menggelengkan kepala. Axel pun bingung dengan tingkah dari Ukhti itu. Tetapi Axel tahu, maksud dari kebingungan itu.

"Kamu...emmm, pasti bingung ntar sholat maghribnya dimana ?" Sahut Axel menebak.

Ukhti itu tiba-tiba menatap Axel. Membuat Axel menjadi Salah tingkah.

"Eh, kenapa kamu melihat ku seperti itu. Apakah aku salah menebaknya? Maafkan bila saya sok tau atau gimana ?" sahut Axel memalingkan perhatiannya dari Ukhti itu.

"Huft...." sahut Ukhti itu Menghela Napasnya.

Ukhti itu melanjutkan membacanya. Ia tidak menjawab pertanyaan dari Axel. Axel pun hanya terdiam, sambil Memperhatikan Ukhti itu.

🌟🌟🌟

2 jam kemudian...

Rombongan Axel pun Akhirnya sampai di tempat perkemahan. Kedatangan Axel dan Ukhti itu telah di sambut reman-teman dari kelas Mipa 1 dan Kebahasaan 2.

"Sampai juga Akhirnya Ketua dan Wakil kita." Sambut Zahra.

"Ukhti, mari ikut kami ke tenda. Tempat beristirahat untuk Ukhti telah kami siap kan." Sahut Farah.

"Iya, terima kasih." Jawab Ukhti itu mengikuti Farah dan Zahra.

Sementara itu, Axel membangun tenda sendiri di dekat tenda Ukhti itu. Setelah membuat tenda selesai, Axel bergegas mencari kayu untuk perapian. Axel mencari kayu di Hutan Tanarara. Ukhti itu sedari tadi memerhatikan Axel yang sedang mengumpulkan kayu bakar. Ukhti pun akhirnya menghampiri Axel untuk membantunya.

"Assalamualaikum." Sahut Ukhti itu.

Axel pun mendongak, lalu berdiri.

"Eh, kamu. Wa'alaikumsalam. Ada apa?" tanya Axel.

"Apakah saya boleh membantu Antum mencari kayu bakar untuk perapian?" tanya Ukhti itu hendak mengambil kayu.

"Eh....??" teriak Axel.

Ukhti itu kontan kaget dan menoleh. Menatap Axel dengan rasa bingung.

"Kenapa?" tanya Ukhti itu tidak jadi mengambil kayu itu.

"Emmm..., lebih baik ukhti duduk saja di tenda. Ini tugas saya, takut tangan ukhti jadi kotor." Larang Axel.

"Tugas Antum? Berarti tugas saya juga dong. Saya Wakil Ketua, harusnya bantuin Ketua." Jawab Ukhti itu lembut.

"Emm...,tapi kan...?" Nada bicara Axel terpotong.

Belum sempat Axel mengatakan apapun. Ukhti itu langsung mengambil Kayu dan mengumpulkannya. Axel pun tak bisa menghalanginya lagi.

"Kamu ngambil kayu yang kecil-kecil aja ya. Kalau yang besar-besar, nanti aku aja yang ngambil."

Ukhti itu hanya mengangguk.

Panggil Saja Ukhti (TAMAT)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang