🌟Part 14🌟

1.6K 122 0
                                    

1 September 2018.

Pukul 5 pagi.
Axel bersiap-siap untuk mengikuti acara Perkemahan Tahunan. Axel pun lekas memasukan barang kedalam mobil. Tak lupa, Ia berpamitan pada ibunya.

"Bu, Axel jalan dulu ya. Doakan Axel, biar lancar Acaranya." Axel mencium tangan ibunya.

Ibu Axel tersenyum, lalu mengelus kepala anaknya itu.

"Ibu senang, melihat perubahan mu yang saat. Ibu doakan, semoga acaramu berjalan dengan lancar. Ibu nitip salam ya buat nak ukhti. Dan tolong jaga dia untuk ibu."

Ibu Axel tersenyum lembut. Sedangkan Axel hanya terdiam.

"Iya bu, Axel akan menjaganya. Kalau begitu, Axel pamit dulu. Assalamualaikum." Axel berjalan menuju mobil.

Axel bergegas jalan menuju rumah ukhti itu. Dalam perjalanan, Axel masih terbayang-bayang dengan apa kata ibunya. Axel tau maksud dari ibunya, Dia ingin bertemu dengan Ukhti itu. Tetapi Axel belum bisa untuk mengajak ukhti itu. Sesampainya dirumah Ukhti itu.

Tok..tok..tok

Axel mengetuk pintu seraya mengucapkan salam.

"Assalamualaikum." Sahut Axel.

Tak berselang lama, sang penghuni rumah itu membuka pintu. Dan keluarlah seorang perempuan yang mengenakan Mukena dan membawa Al-Qur'an. Perempuan itu tak lain adalah Ukhti itu.

"Eh, Antum sudah datang. Tunggu sebentar, saya bersiap-siap dahulu."

"Iya, silahkan."

Ukhti itu kembali masuk ke dalam rumahnya. Axel duduk di kursi di depan rumah Ukhti itu.

Tak berselang lama...

Ukhti itu keluar dengan membawa tas yang agak besar. Axel membantu membawakan tas tersebut ke mobil. Sebelumnya, Ukhti itu melarang Axel agar tidak usah membawakannya tas. Namun, Axel tetap bersikeras. Setelah barang-barang ukhti itu sudah masuk semua ke dalam mobil, mereka pun lekas bergegas berangkat menuju lokasi.

Dalam perjalanan, tidak ada percakapan apapun. Keheningan menyeruak di dalam mobil. Axel dan Ukhti itu hanya berdiam diri. Seperti biasa Ukhti itu menunduk sambil membaca sebuah buku. Axel yang penasaran, mulai memecah suasana keheningan.

"Lagi baca buku apa tuh? Keliatannya bagus ceritanya." Sahut Axel memulai pembicaraan.

"Emmm..., saya sedang membaca novel. Ceritanya bagus bgt." Jawab Ukhti itu singkat.

"Kalau boleh tau judulnya apa? Ya kali nanti aku mau cari buku itu juga. Soalnya covernya bagus."

Ukhti itu terdiam sebentar lalu menghembuskan napas.

"Seandainya, cover novel ini jelek. Akankah antum akan membacanya ?" Tanya Ukhti itu.

"Aku gak bakal baca mungkin. Soalnya udah males duluan liatnya." Jawab Axel dengan santainya.

"Seandainya jika saya hanya seorang perempuan biasa yang tidak cantik, akankah Antum mau berteman dengan saya?" tanya kembali Ukhti itu.

Axel bungkam dengan pertanyaan dari Ukhti itu. Bibir Axel serasa beku untuk menjawab.

"Emmm...., kalau itu..." nada Axel terhenti.

"Menurut saya, sesuatu hal tidak di pandang dari Fisiknya. Namun kita lihat dari Hatinya. Bila dia jelek ataupun tidak cantik, namun hatinya baik. Kebaikannya akan mempercantik dirinya dengan sendirinya. Begitupun sebaliknya. Seperti novel juga, janganlah kita liat dari covernya. Namun liat dari makna di dalamnya." Ukhti itu kemudian menunduk kembali lalu melanjutkan membaca.

Panggil Saja Ukhti (TAMAT)✔Where stories live. Discover now