KENAPA DIKSIKU KAKU?

300 50 9
                                    

Salah satu hal PENTING yang menentukan pembaca lanjut baca tulisan kita adalah story telling, dan hal yang bikin story telling kaku adalah diksi. So, kenapa diksi kamu terkesan kaku?

1. TERPAKU PADA SPOK

Misal:

Saya makan nasi goreng pedas semalam. Bambang membawakan nasi goreng. Sekarang saya sakit perut. Makanya saya ambil obat di lemari yang ternyata habis.

Penjelasan:

Temans tahu kan SPOK - Subjek, Predikat, Objek, Keterangan - yang kita pelajari dalam Bahasa Indonesia? Kalau dalam ulangan, bolehlah dipakai, tapi kalau dalam novel diterapkan juga, wah gawat. Bisa-bisa pembaca minggat. Dalam novel, susunan kalimat SPOK sebaiknya dikombinasikan dengan kalimat lain biar nggak kaku.

Contoh:

Kayaknya Bambang mau bunuh aku. Ya ya ya, agama memang melarang umat-Nya suudzon, tapi siapa juga yang tidak berprasangka buruk kalau dikasih nasi goreng setan yang panasnya serasa panggangan api neraka dan pedasnya ngalahin mulut emak-emak kampung sini? Gila sih ini, baru setengah jam aku sudah bolak-balik ke toilet sampai tiga kali. Hattrick kan? Perut kayak gempa bumi. Anus kayak kebakaran. Sial! Beneran sial! Obat mencret habis, tinggal sisa obat nyamuk.

Nah, gimana menurut Temans? Enakan yang mana?

2. TELL TERUS, JARANG SHOW

Saya sudah menjelaskan tell dan show. Babnya saya pindahkan ke Cwitan. Mampir-mampirlah ke sana.

Jadi yang bikin tulisan kamu terlalu kaku adalah jarang menunjukkan dengan adegan karena kurang riset atau bank memori kamu kosong karena jarang diisi dengan bacaan atau dengan memperhatikan sekitar, jadi nggak tahu lagi mau nulis apa.

Makanya gabungkan tell dan show dalam porsi yang pas biar tulisan kita nggak kering dan kaku.

3. PENGULANGAN KATA DALAM SATU KALIMAT ATAU PARAGRAF YANG BERDEKATAN

Contoh:

Wanita muda yang duduk di depannya datang menghampiri. Wanita itu berwajah oval dengan rambut bergelombang sebahu. Wanita yang cantik.

Gimana? Nggak enak kan? Coba deh kamu ubah kalimat itu tanpa menghilangkan maknanya tapi tidak terkesan kaku. Bebas mau dikasih keterangan atau adegan apa pun.

4. KURANG DESKRIPSI SETTING

Dari awal sampai akhir kamu cuma bahas tokoh terus, nggak bahas keadaan sekitar. Orang-orang di sekeliling, perabotan, sama sekali nggak kamu singgung.

Nggak perlu membahas setting sampai detail banget, tapi usahakan setidaknya ada penyebutan suasana atau benda-benda di sekeliling. Menjelaskan cuaca sedikit juga boleh kok. Misalnya hujan gerimis, orang-orang membuka payung, aroma tanah tertimpa air. Kayak gitu lah.

5. INFO DUMP

Kamu riset dan menumpahkan semua hasil riset ke dalam novel. Akibatnya novel kamu jadi nggak bisa dibaca santuy. Pembaca keberatan bahasa ilmiah dan ilmu. Boleh sih kasih hal baru pada pembaca, tapi kombinasikan dengan bahasa yang enak.

💕💕💕





Write Without FearWhere stories live. Discover now