TIPS MEMILIH TEMAN KOLAB

66 11 0
                                    

Terhitung sejak tahun 2020, tahun ini sudah tahun ketiga saya kolab dengan WidiSyah. Naskah yang kami hasilkan sudah banyak yang mana berefek pada cuan juga tentunya.

Untuk kamu yang sibuk dengan pekerjaan di luar menulis, saya sangat menyarakan mencari teman kolab. Kenapa?

1. TEMAN KOLAB MEMBANTU KITA DALAM BERPIKIR

Memikirkan tokoh, alur, plot, konflik cerita itu memusingkan. Serius deh. Kalau buat saya, lebih enak ada teman yang bisa diajak diskusi dan bagi tugas.

2. TEMAN KOLAB BISA MERINGANKAN PEKERJAAN

Misal kita bikin premis dan blurb, teman kolab bikin sinopsis. Kita bikin outline, teman kolab kita bikin character plan. Kita nulis bab 1-30, teman kolab kita nulis bab 31-60. Tentu saja mengerjakan novel 60 bab rasanya lebih ringan dikerjakan bersama daripada sendirian.

3. TEMAN KOLAB BISA IKUT MEMPROMOSIKAN

Hayo, siapa yang masih suka bingung bikin materi promosi, terus promosi di mana? Nah ini bisa bagi tugas juga sama teman kolab.

Misal kita promo di Instagram, teman kolab promo do Twitter. Jadi nggak harus bikin materi promosi banyak-banyak.

4. TEMAN KOLAB MEMBANTU MEMELIHARA PEMBACA

Misal nih kita lagi sakit parah. Perlu opname sebulan. Kita bisa minta tolong teman kolab kita untuk tetap posting dan promosi cerita supaya pembaca nggak kabur.

Jangan salah, akun Wattpad ini kalau kelamaan ditinggal, pembacanya bisa menghilang.

5. TEMAN KOLAB BISA JADI TEMAN BERTUKAR INFO PERCUANAN

Saya dan Widi banyak bertukar info mengenai platform yang memberikan cuan besar. Jadi rezeki bisa mengalir dari segala arah kan.

Di antara banyak sekali keuntungan kolaborasi, ada juga kerugian kalau kita salah memilih teman kolab. Apa saja kerugiannya?

1. CERITA KITA MANDEG

Menyatukan dua kepala atau lebih memang nggak mudah. Kamu maunya alur dibawa ke A, sementara teman kolab maunya dibawa ke B. Kalau sudah begini, diskusi jadi nggak nyambung dan berpotensi bikin cerita kita jadi nggak ke mana-mana.

Belum lagi kalau teman kolab kita orangnya lelet dan nggak bertanggung jawab. Wah, ambyar deh cerita kita.

2. POTENSI BERANTEM KARENA UANG

Cuan dari platform menulis itu menggiurkan. Beneran deh. Nggak hanya ratusan ribu tapi bisa belasan juta bahkan ratusan juta. Kalau kamu atau teman kolabmu nggak amanah dan mudah tergoda, wah bisa gawat.

3. POTENSI BERANTEM KARENA CERITA KITA DISEBAR DI PLATFORM LAIN TANPA IZIN

Sangat mungkin kamu atau teman kolab kamu menemukan platform baru yanh cuannya lumayan. Kamu atau teman kolabmu masukin cerita yang kalian buat bersama tanpa sepengetahuan satu sama lain. Nah kalau sampai ketahuan, bisa gawat ini urusannya.

Jadi, bagaimana memilih teman kolab yang tepat? Saya bagikan beberapa tips, semoga bermanfaat untuk kamu.

1. AJAK NGOBROL BERBAGAI TOPIK

Teman kolab yang satu frekuensi sangatlah penting. Misal kamu penulis adult romance yang isi otaknya mesum terus, tentu nggak cocok ngobrol sama yang pemalu, terus anti mesum-mesum club.

Coba lempar topik obrolan di grup, apakah orang yang kamu incar menjadi teman kolab menyahut atau malah cuek-cuek saja?

Kalau dia nggak menyahut, bisa jadi itu indikasi dia nggak bisa diajak kerja sama. Kamu nggak mau kan dicuekin partner kolabmu?

2. TES KARAKTERNYA

Tes apakah calon teman kolab kamu ini tahu berterima kasih. Contoh, saat awal Widi merintis dunia kepenulisan, dia menerbitkan novel Dikejar Alpha. Saya ingat membantu Widi mempromosikan novelnya. Saya beli 4 buah novelnya lalu saya bagikan ke bookstagram untuk diulas. Widi me-repost setiap ulasan itu dengan antusias.

Tentu dari situ saya bisa menilai bahwa Widi orang yang bersyukur atas bantuan sekecil apa pun.

Tes apakah kalian bisa saling menghargai. Misal, coba kamu kirim hadiah ke rumah dia. Apakah dia mengucapkan terima kasih ala kadarnya atau berterima kasih dengan antusias atau malah nggak berterima kasih kalau nggak kamu tanyain.

Ini penting lho. Orang yang take you for granted, biasanya akan meremehkan kamu. Kalau kalian kerja sama, dia nggak mau dengerin kata-kata kamu. Bahkan mungkin dia menganggap kamu sampah.

Memang mengetes karakter manusia memerlukan waktu dan biaya yang nggak sedikit. Tapi bagi saya, lebih baik kehilangan uang Rp. 1 juta untuk mengetes karakter orang daripada kehilangan Rp. 20 juta karena kegagalan proyek.

Kegagalan sebuah project bisa jadi mempengaruhi nama baik kamu.

Jangan asal comot teman kolab kalau kamu nggak mau menyesal di tengah jalan.

3. TES TANGGUNG JAWABNYA

Coba berikan satu tugas kecil untuk calon teman kolabmu. Misalnya tugas bikin sinopsis dan berikan deadline. Apakah dia mengerjakan tugas itu tepat waktu atau cari alasan karena tugasnya nggak selesai?

Ingat ya, Genks, orang yang tidak bisa mengerjakan satu tugas kecil artinya dia tidak layak diberikan tugas besar.

4. TES KEJUJURANNYA

Jangan langsung melibatkan diri pada project bernilai jutaan. Cobalah kolaborasi untuk project yang nilainya Rp. 100 ribu menggunakan rekening teman kolabmu.

Apakah teman kolabmu transfer bagianmu tepat waktu tanpa diingatkan atau malah banyak cingcong?

Kalau teman kolabmu menunjukkan gelagat meremehkan uang kecil, besar kemungkinan dia akan membawa kabur royalty jutaan yang kalian hasilkan bersama.

Gimana, susah atau mudah mencari teman kolab?

Buat saya, kolaborasi menulis sama saja seperti mencari partner bisnis. Saya masih memegang teguh prinsip, orang bodoh mudah diajari jadi pintar. Ya binatang aja bisa diajari keterampilan. Lihatlah di sirkus, gimana anjing, gajah, macan, burung bisa diajari. Masa manusia tidak bisa?

Namun kalau karakter sudah buruk, itu bakal susah diubah. Lebih baik tidak memaksakan bekerja sama dengan manusia yang berkarakter buruk.





Write Without FearOnde histórias criam vida. Descubra agora