IDEALISME vs SELERA PASAR

195 38 4
                                    

Kemarin saya diskusi sama teman mengenai topik: Apakah sebaiknya Penulis mengutamakan idealisme dia atau menuruti selera pasar dalam menulis?

Entah kenapa idealisme dan selera pasar selalu dibenturkan seakan dua hal tersebut adalah air dan minyak yang nggak bisa bersatu. Padahal idealisme dan selera pasar bisa kok jadi pasangan serasi kayak Rama dan Shinta, Anang dan Ashanty, atau Bapak Jokowi dan Ibu Iriana.

Saya bandingkan begini, mobil Xenia dan mobil Mercedes. Menurut Temans, manakah yang memegang idealisme dan manakah yang mengikuti selera pasar?

Menurut saya pribadi, baik Xenia maupun Mercedes sama-sama mengikuti idealisme juga selera pasar. Masih bingung?

Kita ambil contoh Xenia deh. Kalau dilihat dari harga murah, merek ini punya idealisme yakni memproduksi mobil bagi semua kalangan. Mobil sehari-hari yang tahan hujan dan panas dengan perawatan yang nggak ribet dan hemat bahan bakar. Itu idealisme dia. Apakah mengikuti selera pasar? Ya. Dia mengikuti selera pasar orang berpenghasilan menengah yang butuh mobil buat transportasi sehari-hari bukan buat pamer.

Kita pindah ke Mercedes. Apakah dia punya idealisme? Tentu dong. Mobil keluaran Eropa mengutamakan keselamatan, sehingga mereka keukeuh memakai bahan berkualitas dan tidak mengurangi fitur keamanan. Ditambah lagi pabrik Eropa membayar gaji pekerja dengan nilai yang tinggi agar kesejahteraan terjamin. Hal itu bikin harga produksi jadi selangit. Lalu apakah mereka memenuhi selera pasar? Ya tentu saja, tetapi selera pasar yang berbeda dengan selera pasar Xenia. Mercedes melayani selera pasar konsumen berpenghasilan tinggi yang biasanya juga berpendidikan tinggi dan punya lingkaran pergaulan kaum berada.

Setiap bisnis yang baik, mengetahui ceruk pasar yang mau mereka layani. Pastinya punya idealisme juga. Karena tujuan bisnis adalah cuan alias profit.

So, kita balik ke soal tulis menulis.

Ambil contoh penulis cerita Science fiction. Dia bakal bilang, "Aku nulis sesuai idealisme, bukan selera pasar."

Bro atau Sis, ada kok orang-orang di luar sana yang suka baca sci-fi. Pasar kamu tuh ada meskipun nggak sebanyak pasar romance atau teen fiction. Lalu kenapa ceritamu nggak laku? Karena idealisme kamu tidak melayani mereka.

Sebagai contoh, kamu bisa kok nulis science fiction mengenai alien, tapi terlebih dulu cek ombak. Pembaca science fiction pengennya naskah yang seperti apa sih? Target pembaca kamu siapa?

Sekarang tanya pada diri sendiri:

Apa tujuan kamu menulis?

Orang yang bilang, "Aku menulis demi kesenangan pribadi, kalau ada yang suka ya bonus."

Tentu berbeda hasilnya dengan, "Aku menulis untuk membuka pikiran pembaca. Aku ingin sebanyak mungkin orang membaca tulisanku agar mereka terinspirasi."

Beda lagi hasilnya dengan, "Aku menulis demi cuan."

Setiap orang punya idealisme masing-masing. Bahkan menulis demi cuan pun adalah sebuah idealisme.

Idealisme adalah: Hidup atau berusaha hidup menurut cita-cita.

Cek aja KBBI kalau nggak percaya. Maka, orang yang punya cita-cita jadi orang kaya dan menulis demi jadi orang kaya, juga termasuk orang yang punya idealisme.

Saya awalnya menulis untuk mengedukasi pembaca mengenai hukum. Lalu saya mikir dong, kalau saya nulis novel macam John Grisham, apa mungkin niat saya tercapai? Apa mungkin pembaca mau baca tulisan saya? Kalau nggak ada yang mau baca, otomatis cita-cita atau idealisme saya nggak tercapai dong. Maka saya putar otak gimana caranya biar pembaca mau baca tulisan saya.

Apakah saya idealis? Ya.
Apakah saya mengikuti selera pasar? Iya juga. Sebab saya memasukkan genre sejuta umat yakni romance.

Apakah saya punya pembaca? Tentu saja ada meskipun nggak sebanyak Penulis lain yang temanya lebih ringan atau mainstream. Tetapi setidaknya niat saya mengedukasi pembaca kan tercapai.

Write Without FearKde žijí příběhy. Začni objevovat