NASKAH NON ROMANCE LARIS

118 25 0
                                    

Lama nggak bersapa, apa kabar Temans? Seperti biasa saya menulis materi baru di sini karena terilhami gibah di dunia menulis.

Jadi gini, saya join di sebuah grup chat dari sebuah platform baru. Saya jarang nimbrung di sana. Paling cuma baca-baca chat orang saja.

Dari sekian banyak topik menarik, ada satu yang menggelitik, yakni tentang keresahan penulis non romance apakah bisa survive.

Saya nggak akan kasih contoh JK. Rowling atau JRR. Tolkien karena mereka tinggal di luar negeri. Saya akan kasih contoh penulis lain, tapi sebelum kita sebut nama penulisnya, saya akan jelaskan mengenai prinsip sederhana berdagang.

Kenapa berdagang? Sebab sejatinya kita menulis novel untuk dijual ke pembaca. Kecuali kamu nulis buat penyaluran hobi doang, mungkin itu beda urusan.

Coba jawab pertanyaan ini: Kenapa kamu memutuskan membeli sesuatu?

Ini jawaban saya berdasarkan pengamatan pribadi. Saya membeli sesuatu karena dua hal: butuh atau ingin.

Contoh paling simpel, kita butuh makan. Apa sih yang tubuh butuhkan? Karbohidrat, protein, vitamin, dan serat. Manusia makan nasi putih, tempe goreng, dan sayur bayam pun tetap hidup. Kalau kita lagi bokek, di kantong hanya ada uang Rp. 10 ribu, kemungkinan akan beli sepiring nasi putih, tempe goreng, dan sayur bayam. Orang Indonesia kebanyakan makan nasi.

Lalu kenapa brand McDonald's bisa masuk ke Indonesia dan laris? Jawabannya karena ada manusia Indonesia yang punya uang lebih dari Rp. 10 ribu dan bosan makan nasi putih, tempe goreng, dan sayur bayam.

Sampai sini paham ya?

Sekarang saya ajak teman-teman memperhatikan restoran McDonald's. Mulai dari letak restorannya, menunya, sampai karyawannya di Indonesia. Bandingkan dengan negara lain.

Saat saya menonton THE FOUNDER yang diperankan Michael Keaton sebagai Ray Kroc, banyak sekali pelajaran yang bisa diambil.

Di negara asalnya, McDonald's jualan kentang goreng dan burger. Kenapa? Karena masyarakat Amerika Serikat menyukai kentang dan burger.

Sekarang bandingkan dengan di Indonesia. McDonald's menjual nasi putih, nasi uduk, bubur ayam, es Putu Ayu (momen Ramadan) dll. Kenapa mereka melakukan itu? Tentu saja karena menyesuaikan dengan selera pasar Indonesia.

McDonald's juga tidak buka gerai di sembarang tempat. Mereka mempertimbangkan baik-baik daya beli. Makanya biasanya gerai McDonald's berada di sudut jalan utama yang ramai dan sering dilewati kendaraan.

Sekarang balik lagi ke urusan tulis menulis.

Apakah temans menulis genre non romance?

Kalau ya jawab pertanyaan ini:

1. Apa genre yang kamu tulis?

2. Siapa target pembaca kamu?
- Jenis kelamin
- Usia
- Pendidikan
- Penghasilan

3. Seperti apa selera bacaan mereka?

4. Adegan seperti apa yang disukai pembaca kamu?

5. Tokoh utama perempuan seperti apa yang disukai pembacamu?

6. Tokoh utama laki-laki seperti apa yang disukai pembacamu?

7. Setting seperti apa yang disukai pembacamu?

8. Konflik seperti apa yang disukai pembacamu?

9. Alur seperti apa yang disukai pembacamu?

10. Story telling seperti apa yang disukai pembacamu?

Bingung? Susah? Tiba-tiba kepala pusing, pandangan berkunang-kunang, dan perut mual?

Di zaman digital seperti sekarang, gampang kok orang jualan apa saja mulai dari panci sampai Ferrari. Hanya saja kita harus tahu target pasar kita dan apa yang mereka butuhkan lalu usahakan memenuhi keinginan mereka.

Untuk mengetahui ini nggak sulit kok. Cukup bikin pertanyaan di Wattpad dan akun media sosial kamu. Lihat jawaban pembaca lalu renungkan, bisakah kamu menulis apa yang mereka inginkan?

Sekarang saya kasih contoh penulis Indonesia yang menulis novel non romance dan tetap laris. Ada yang kenal RD Villam? Dia adalah penulis novel The Emperor yang diterbitkan Elexmedia.

Kita tahu lah novel romance di Indonesia susah banget dapat pembaca. Mau terbit mayor kek, indie kek, bahkan di platform pun susah dapat pembaca. Lalu apakah RD Villam pindah haluan jadi nulis romance naena? Nggak. Dia tetap nulis fantasi tapi novelnya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris lalu dijual di Amazon untuk mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar.

Ada lagi penulis, teman saya yang menulis novel fantasy di Karyakarsa. Alih-alih nulis fantasy penuh makhluk gaib, dia menulis fantasy romance tentang pangeran dan putri. Target marketnya adalah perempuan yang ingin halu punya pacar tampan, mapan, dan punya kekuasaan. Hasilnya? 1000 lebih dukungan di Karyakarsa.

Kenapa kedua orang ini bisa bertahan menulis fantasy? Karena mereka realistis. Mereka sadar nggak bisa memaksa pembaca untuk membaca apalagi beli karya yang tidak dibutuhkan dan tidak diinginkan. Seperti McDonald's, kedua penulis ini beradaptasi, menyesuaikan diri dengan selera pasar.

Gimana dengan kamu?

Write Without FearUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum