MANAJEMEN WAKTU

320 58 24
                                    

Keluhan utama Penulis adalah:

1. Nggak punya waktu
2. Nggak punya waktu
3. Nggak punya waktu
.
.
.
.
100. Nggak punya waktu

Temans, sebenarnya akar masalah dari semua ini adalah PRIORITAS.

Kamu nggak memprioritaskan menulis karena menganggap nggak penting, nggak bisa dijadikan sandaran masa depan.

Sekali lagi, saya ajak kamu berhitung. Anggaplah cita-citamu jadi psikolog.

Sekarang kamu kalkulasikan:
1. Berapa uang sekolah SD, uang jajan, biaya mengerjakan tugas, biaya les, transportasi.

2. Berapa uang sekolah SMP, uang jajan, biaya mengerjakan tugas, biaya les, transportasi.

3. Berapa uang sekolah SMA, uang jajan, biaya mengerjakan tugas, biaya les, transportasi.

4. Berapa iuran per semester saat kuliah, uang jajan, biaya mengerjakan tugas, biaya les, transportasi, biaya kost, ambil gelar profesi.

Berapa?

Rp. 100 juta? Rp. 200 juta?

Ketika kamu lulus, berapa gajimu? Taruhlah Rp. 4 juta. Berapa lama balik modal?

Kenapa kamu memperjuangkan itu semua? Kenapa rela begadang mengerjakan tugas? Kenapa rela kerja kelompok? Kenapa memperjuangkan mendapat gelar psikolog? Tanyalah pada dirimu sendiri.

Mungkin jawabanmu, "Karena saya SUKA memberi solusi bagi masalah orang."

Saya nggak tahu lah apa jawabanmu. Dan saya nggak perlu tahu juga. Yang saya tahu, menjadi penulis nggak memerlukan biaya sebesar itu.

Serius deh, kamu lulusan SD aja asal bisa baca dan nulis, bisa kok jadi penulis. Modalnya HP dan kuota doang. Jauh, jauh, jauh lebih murah daripada jadi sarjana.

Tapi kan jadi profesi X bermanfaat bagi orang banyak.

Apakah jadi penulis nggak bermanfaat bagi orang banyak? Multatuli melalui novel Max Havelaar bisa mengetuk nurani pemerintah kolonial untuk menerapkan politik etis yang mana memberikan manfaat pada pribumi setelah ditindas sekian lama. Novel Harry Potter series berhasil menaikkan devisa negara Inggris karena mengundang wisatawan internasional. So, siapa bilang menjadi penulis tidak bisa bermanfaat?

Kamu yang bilang nggak punya waktu buat nulis, masa iya beneran nggak punya waktu? Hotman Paris aja yang pengacara sukses dan sibuk, masih bisa punya reality show yaitu Hotman Paris Show. Punya Instagram yang update. Lebih sibuk mana sih kamu sama dia?

Nonton deh video wawancara dengan Tompi di atas. Tompi adalah seorang dokter bedah yang punya klinik, penyanyi, sekarang juga sutradara. Terbayang kan gimana sibuknya, tapi kok sempat semua ya? Tentu karena dia menguasai ilmu manajemen waktu.

Kalau kamu masih ingin menjadi penulis tapi terbentur waktu, semoga tips saya bermanfaat.

1. Jawab Pertanyaan Penting ini

♥ Apa sih tujuan hidupmu?

♥ Apa yang ingin kamu capai dalam hidup?

♥ Kenapa kamu menginginkan itu?

2. Buat Skala Prioritas

Let's say, kamu mau jadi dokter untuk mengangkat derajat keluarga meskipun gaji dokter umum juga nggak besar, tentu agak susah memprioritaskan menulis. Berdasarkan pengakuan anak-anak FK, tugas mereka tuh segudang, napas aja kadang nggak sempat.

Kalau memang ini masalahnya, ya sudah nggak usah jadi Penulis. Kejar cita-citamu jadi dokter untuk membanggakan orang tua.

Let's say kamu adalah ibu rumah tangga. Punya anak kecil, mesti mengerjakan pekerjaan rumah. Nanti suami pulang, mesti meladeni suami lagi.

Kalau seperti ini kejadiannya, luangkan waktu saat anakmu tidur dan suamimu kerja. Satu jam saja sehari, bisa kok menulis 500 kata. Jangan lupa baca buku dan riset biar tulisan makin berbobot.

3. Buat Jadwal

Jam berapa kamu bangun, jam berapa kamu makan, jam berapa ke pasar, jam berapa menulis. Untuk menulis sebenarnya nggak perlu 8 jam seperti orang kantoran kok. Cukup 1-2 jam saja sehari, sudah bisa menulis 500-1000 kata.

Nanti kecepatan menulismu bakal meningkat kalau diasah terus.

4. Disiplin

Hei makhluk-makhluk perceiving yang suka menunda-nunda pekerjaan, belajarlah buat disiplin dan konsisten.

Mengikuti jadwal itu memang membosankan. Tapi percayalah, sebanding dengan apa yang kamu dapatkan.

5. Bikin outline, character plan, sinopsis, dan riset

Untuk menghemat waktu dan mencegah kamu stuck di tengah jalan, perlu outline, character plan, sinopsis, dan riset.

Riset nih penting ya biar ceritamu logis. Saya pernah baca cerita Wattpad, masa orang cerai suruh tanda tangan surat cerai? Berasa nikah cuma kayak kontrak rumah aja kali ya. Ada lagi, pemain sinetron tuh kalau sakit seringnya batuk-batuk. Padahal kan ya penyakit nggak batuk doang.

6. Ikut Komunitas Menulis yang Sesuai Visi dan Misi

Ada komunitas menulis yang mengutamakan cuan.

Ada komunitas menulis yang mengutamakan popularitas.

Ada komunitas menulis yang mengutamakan kualitas.

Kamu tanya dulu sama diri sendiri, mau menghasilkan tulisan yang kayak gimana? Kadang, tulisan berkualitas nggak bisa bikin kamu populer. Tulisan mendesah coblos crot banyak yang bisa menghasilkan cuan.

So, kamu mau jadi penulis seperti apa? Pintar-pintarlah memilih komunitas.

Hindari grup haha hihi yang nggak jelas tujuannya apa, membernya nggak memperlihatkan kemajuan, adminnya pemalas, dan program juga nggak ada. Time is money.

Kalau kamu gaul sama orang pemalas, maka kamu bakal jadi pemalas juga. Kalau kamu bergaul sama orang yang nggak jelas, hidupmu bakal jadi nggak jelas juga.

7. Minta Bantuan Orang

You are not Superman. Akuilah kamu nggak bisa mengerjakan segalanya sendiri. Kalau kamu nggak bisa bikin cover, minta bantuan teman untuk membuat. Kamu nggak bisa riset sendiri, tanya sama teman.

Tapi kamu juga mesti tau diri. Berikan imbalan yang layak untuk temanmu biar dia nggak merasa dimanfaatin. Pikiran cuma mau gratisan dan manfaatin teman tuh bahaya banget. Nama kamu bakal jelek dan disebarin ke mana-mana.

8. Nggak Perlu Bilang-bilang sama Keluarga Kalau Kamu Menulis

Temans, kebanyakan keluarga kita itu mata duitan. Kalau kita melakukan sesuatu yang nggak menghasilkan uang, bakal dihalangi dengan berbagai cara. Makanya daripada menimbulkan drama dan keributan, mendingan kalian menulis secara diam-diam saja dulu. Kalau sudah ada hasilnya, cukup kasih lihat buku rekening.

Write Without FearTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon