PLATFORM TIDAK AMANAH

270 49 20
                                    

Dunia platform menulis bercuan serasa dunia selebritis. Ada saja kehebohan di medsos. Mulai dari drama plagiat, pembajakan, pemakaian bot, sampai masalah royalty tidak dibayar. Salah satu yang lagi ramai adalah kasus platform asal China. Cekidot beritanya.

Sudah jelas dong ya titik permasalahannya

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.


Sudah jelas dong ya titik permasalahannya. Jadi gini, sebagaimana platform luar lain, platform ini membayar penulis berdasarkan jumlah kata. Awalnya ya tentu saja lancar. Bulan berikutnya masalah mulai terjadi. Pihak platform menolak membayarkan dan membuat kebijakan baru dengan berbagai alasan. Sekarang penulisnya menulis petisi menuntut hak dibayar.

Kenapa hal seperti ini kerap terjadi?

1. MENTAL KEBANYAKAN ORANG INDONESIA PEMALAS, KERJA ASAL JADI, TAPI MAU DUIT BANYAK

Saya sempat berkeliling ke platform luar dan baca-baca cerita di sana. No offense ya, isinya berantakan. Penempatan kapital dan imbuhan ngaco, ceritanya nggak menarik dan kentara banget dibikin asal-asalan yang penting memenuhi target jumlah kata.

Hei Bro / Sis, nggak gitu cara mainnya. Saya juga pernah jadi full time writer di Cabaca. Ada 4 cerita saya yang dibayar berdasarkan jumlah kata. Coba kalian mampir ke:

1. On Fire Bastard
2. Fire Her Up
3. Sexy Mistress
4. Selingkuhan CEO.

Untuk cerita no. 1-3 saya diharuskan menulis minimal 60K words. No. 4 minimal 30K words. Bayarannya lumayan lah ya. Tapi meskipun sudah pasti mendapatkan uang, saya tetap berusaha membuat alur, konflik, dan penokohan yang kira-kira memancing pembaca datang. Saya juga promo di mana-mana. Saya pun riset mengenai hal yang saya tidak tahu. Tentu saja masih banyak kekurangan dalam tulisan saya, tetapi sampai detik ini belum ada yang protes sampai kecewa banget sih.

Dalam pikiran saya, Cabaca tidak boleh rugi membayar saya uang sejumlah itu. Kenapa? Karena saya mau kerjasama kami berlanjut. Saya mau hubungan baik terus terjalin.

Saya melihat, pikiran ini tidak ada pada kebanyakan Penulis yang dibayar berdasar jumlah kata. Cerita mereka dipanjang-panjangkan dan tidak menarik. Akibatnya apa? Platform merasa rugi sudah membayar. Makanya kebijakan pun diubah.

Siapa akhirnya yang rugi? Bukan cuma 1-2 penulis, tapi semua penulis. Bahkan, aplikasi luar akan menganggap semua Penulis Indonesia seperti lintah. Hanya menghisap uang tapi tidak memberi timbal balik.

2. PLATFORM-NYA SENDIRI MEMANG DAJJAL

Risiko bekerja sama dengan pihak luar yang menerapkan hukum negara lain adalah kita bakal susah menempuh jalur hukum kalau terjadi apa-apa.

Platform bisa mengubah kebijakan sesuka jidat. Tinggal kita sebagai penulis wajib pintar-pintar. Kita berikan 1 dulu karya yang bagus menurut kita tapi nggak terlalu susah nulisnya. Kita amati apakah platform tersebut amanah memberikan hak atau malah menciptakan segudang alasan.

Kalau mereka mulai cidera janji, tinggalkan saja, pindah ke platform lain.

3. KEBANYAKAN PENULIS PUNYA MENTAL BURUH PEMALAS, BUKAN MENTAL BINTANG

Gimana tuh maksudnya? Ada buruh yang rajin, ada buruh yang malas. Buruh malas maunya kerja sedikit gaji banyak. Sementara buruh rajin, bekerja sebaik-baiknya agar mendapat gaji yang pantas.

Kita secara pribadi haruslah berusaha promosi karya, berusaha menarik pembaca singgah ke mana pun kita menulis. Saya amati banyak penulis bilang gini,

"Aku nggak mau ke aplikasi X yang royaltinya berdasarkan jumlah pembaca karena aku belum famous. Mendingan ke platform yang bayar sesuai jumlah kata."

Nah, ini adalah mental buruh pemalas yang maunya kerja asal-asalan tapi dibayar mahal. Padahal buruh saja saya lihat kerjanya berusaha bagus. Itu kalau buruhnya rajin. Banyak Penulis sudah mental buruh, pemalas pula. Ganti mentalmu dengan mental bintang.

Mental bintang tuh gimana?

Contohlah BTS. Berkarya dengan baik. Suaranya ciamik. Dance-nya asyik. Promosi menarik. BTS bukan cuma nulis lirik lagu sebanyak-banyaknya. Kira-kira kalau BTS nulis lagu sampai 10 menit tapi muka jelek, suaranya fals dan dance nggak kompak, apa para Army sudi nonton penampilan mereka? Tentu nggak dong.

Justru kualitas kebintangan BTS bikin orang dan uang mengejar mereka. BTS nggak takut ketika 1 perusahaan batal endorse. Mereka yakin akan ada perusahaan lain yang mengincar untuk mengiklankan produk.

Nah, begitupun kita sebagai penulis. Berusahalah biar kita jadi bintang, jadi ketika ada platform nggak mau mempublikasi karya kita, bukan kita yang rugi tetapi platform itu yang rugi.

So Temans penulis, bagaimana pun, platform adalah perusahaan. Tentunya setiap perusahaan menginginkan keuntungan. Kamu juga kan? Kamu mengincar platform yang menguntungkan? Kalau kamu mau untung, kenapa merugikan pihak lain? Kenapa menulis asal-asalan hanya untuk memenuhi jumlah kata?

Write Without FearNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ