YANG PALING SULIT

168 32 32
                                    

Bulan September tahun 2020, saya ikut kelas Branding yang dimentori Honey Dee. Sejak kelas itu selesai, saya membentuk grup branding yang isinya penulis. Kami posting materi promo setiap hari tanpa bolong, vomment postingan teman setiap hari, dan saling repost.

Sejak grup itu diadakan, ada saja member yang rontok, berhenti di tengah jalan dengan berbagai alasan. Bolong sehari akan berakibat member dipulangkan. Iya, beneran. Saya nggak menoleransi itu.

Mungkin banyak yang menganggap saya kejam, tapi percaya deh, saya nggak bermaksud menyiksa orang karena saya pun sebenarnya nggak suka melakukan ini pada awalnya. Berat banget, males, atau ada hal lain yang kayaknya 'lebih mendesak' untuk dilakukan ketimbang cuma posting materi promosi dan saling vomment-repost.

Hikmah yang saya pelajari dari grup branding ini adalah kita harus belajar menikmati proses sambil terus melalukan evaluasi dan perbaikan.

Setelah menekuni dunia menulis dari tahun 2016, ternyata hal yang paling sulit dilakukan adalah BERTEKUN.

Kadang ada rasa capek, bosan, bertanya kapan semua ini berakhir, kenapa meskipun saya sudah melakukan banyak hal tapi nggak kelihatan hasilnya. Saya yakin Temans yang menulis pun pasti merasakannya.

Kadang muak, pengen berhenti aja. Betul kan?

Ya, hal paling susah ketika memilih menjadi penulis adalah ketekunan. Ide sih banyak berseliweran setiap hari. Riset tuh gampang kalau punya banyak teman. Tapi ketekunan, menulis setiap hari, Promo setiap hari, konsisten, itu hal yang berat karena kita harus melawan musuh terkuat yakni DIRI SENDIRI.

Kalau kita kerja sama orang lain, setiap bulan ada kepastian dapat gaji. Tanggal sekian dapat gaji sekian rupiah. Tetapi, menulis, nggak ada.

Teman-teman saya di Gen 7 theWWG banyak yang rontok, berhenti menulis. Mereka memilih sekolah atau bekerja yang pasti-pasti saja. Meskipun kalau lulus nggak ada kepastian juga diterima bekerja dengan gaji yang sesuai dengan pengorbanan mereka saat ini.

Bayangkan saja, seorang sarjana farmasi baru lulus katanya digaji Rp. 3-4 juta per bulan dengan waktu kerja 18 jam per hari. Usaha mereka belajar mulai dari SD-lulus kuliah minimal 16 tahun masa studi, diganjar dengan gaji segitu. Tapi kenapa banyak orang mau menjalaninya?

Nggak ada yang salah dengan itu, sebab setiap orang punya prioritas.

Lalu kenapa saya ngotot tetap menulis? Kenapa tetap menulis dan promosi hingga detik ini? Bukan hanya happy-happy atau ikut-ikutan meramaikan?

Sebab saya punya ketakutan. Iya, saya berkepribadian Melankolis yang super over thinking.

Adakah yang bisa memprediksi bagaimana dunia berputar? Apa yang akan terjadi besok? Pilot sebuah maskapai penerbangan bergaji puluhan juta rupiah terpaksa menerima kenyataan di-PHK dan jadi pengangguran karena pandemi. Karyawan department store dirumahkan karena toko tempatnya bekerja ditutup.

Karena saya memikirkan ketidak pastian itulah, saya berpikir harus punya rencana cadangan. Plan B jika suatu hari pekerjaan utama saya berhenti memberikan jaminan penghasilan.

Sharing dong apa yang bikin kamu tetap menulis sampai sekarang, dan sharing juga apa yang bikin kamu pengen berhenti?

Apakah kamu melakukan promo? Kalau nggak, kenapa?



Write Without FearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang