MENENTUKAN PRIORITAS

79 19 1
                                    

Well, sekali lagi saya dapat pertanyaan seperti ini:

"Kak Bella bagaimana membagi waktu dan pikiran untuk kerja di real life dan nulis, Kak?"

Saya pernah menulis mengenai manajemen waktu, tapi sepertinya masih kurang menjawab pertanyaan bagi sebagian orang.

Sebelum menjawab pertanyaan di atas, saya mau cerita dulu. Jadi, terhitung sejak awal Januari sampai tanggal 22 Maret kemarin atau kurang lebih dua setengah bulan, saya dan beberapa teman lain menjadi penanggung jawab open member theWWG.

Dari 98 pendaftar, para calon member berguguran satu persatu dengan berbagai alasan sehingga tersisa 22 orang saja.

Saya beri sedikit gambaran mengenai sistem open member The WWG. Pertama, para calon member wajib mengikuti kelas. Kalau terlambat atau tidak online lebih dari 15 menit, maka nyawa akan dipotong. Ya, calon member diberikan masing-masing 3 nyawa yang kalau habis artinya ucapkan selamat tinggal.

Pada tahap kelas ini banyak sekali yang meremehkan. Ada yang sibuk nugas lah, nggak ada kuota lah, urusan real life lah, dll.

Pada saat itu kami tidak menghalangi kalau sampai ada yang gugur. Kami biarkan saja.

Setelah mengikuti kelas, calon member akan menghadapi ujian baik mengenai materi kepenulisan sampai materi mengenai The WWG.

Di tahap ini juga banyak yang gugur. Namun belum apa-apa dibandingkan ujian sebenarnya yakni One Day One Chapter.

Calon member diminta menulis satu bab sebanyak 1000 kata setiap hari tanpa libur selama 50 hari. Bayangkan itu. Buat yang nggak terbiasa pasti setengah mati.

Apakah cukup sampai di situ? Oh tidak, Temans. Calon member wajib saling vote dan komen temannya.

Apakah cobaan sudah berhenti? Tentu tidak. Setiap pk. 6 pagi, harus isi presensi. Presensi cuma bisa diisi 15 orang. Jadi yang nggak kebagian (no. urut 16 dst), nyawa berkurang satu. Kalau nggak mau keluar, harus review karya temannya di Instagram.

Masih kurang berat?

Ada kewajiban promosi di media sosial karena bagi kami, menulis bagus tidak cukup kalau tidak mampu menjual tulisan. Ada target yang harus dipenuhi yakni minimal Rp. 120 ribu dalam waktu kurang dari satu bulan (target ini diberi tahu di saat-saat terakhir).

Apakah para calon member yang tersisa langsung pada mengundurkan diri? Ajaibnya nggak. Saya juga heran. Malah ada yang mencapai lebih dari target yang ditetapkan. Ini salah satunya.

Orang ini sekarang sudah menjadi member The WWG

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Orang ini sekarang sudah menjadi member The WWG. Apakah dia terkenal sampai bisa mendapatkan uang senilai itu dalam waktu singkat dari satu judul novel? Sama sekali nggak. Pengikut Wattpad di bawah 100. Pengikut di media sosial pun belum banyak.

Jadi apakah yang menyebabkan banyak calon member The WWG berhasil menyelesaikan tantangan ini?

Jawabannya adalah PRIORITAS.

Banyak di antara calon member ini yang sudah bergabung dengan grup menulis dan ikut kelas menulis berbayar sampai ratusan ribu tapi mendapatkan hal yang tidak sesuai ekspektasi. Sehingga mereka merasa The WWG adalah pelabuhan terakhir. Sesuatu yang harus diperjuangkan. Sesuatu yang harus diprioritaskan apa pun risikonya.

CARA MENENTUKAN PRIORITAS

Setiap manusia tentu punya harapan. Sebagai contoh, kenapa seorang Sarjana Hukum mau bayar mahal untuk ikut PKPA, meluangkan waktu untuk menghadiri kelas PKPA, ikut ujian profesi, magang, lalu menangani perkara yang mengancam nyawa demi menjadi pengacara?

Tentu saja karena orang itu punya bayangan akan bisa membanggakan keluarga, mendapatkan harta, kemewahan, dan kemuliaan seperti Hotman Paris.

Namun, apakah semua advokat pasti kaya raya bergelimang harta, nail mobil sport dan dikelilingi wanita cantik? Tentu saja tidak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Namun, apakah semua advokat pasti kaya raya bergelimang harta, nail mobil sport dan dikelilingi wanita cantik? Tentu saja tidak.

Akan tetapi, manusia mau berjuang dan merasa termotivasi karena ingin meraih prestasi dan pengakuan atas prestasi. Itulah yang menyebabkan manusia rela mengorbankan waktu, tenaga, uang, bahkan kesehatan. Pengacara dianggap sebagai profesi yang bergengsi dan mendapatkan pengakuan dari masyarakat.

Bukan cuma pengacara, profesi dokter, polisi, tentara, hakim, dll dianggap bergengsi. Maka mahasiswa yang tengah menempuh pendidikan untuk menjadi profesi tersebut, memprioritaskan segenap waktu, tenaga, uang, dan kesehatan untuk mencapainya.

BAGAIMANA DENGAN MENULIS?

Salah satu masalah terbesar kenapa seorang penulis tidak memprioritaskan menulis adalah karena MENULIS CUMA DIANGGAP HOBI DAN BUKAN PEKERJAAN PRESTISIUS.

Padahal, kalau dipikir dengan akal sehat, penulis zaman sekarang sangat bisa mendapatkan penghasilan Rp. 1 juta sampai Rp. 200 juta per bulan tanpa risiko besar.

Ya, menjadi penulis bisa dikatakan minim risiko.

Penulis tidak menghadapi risiko meninggal keracunan asap seperti pemadam kebakaran, tidak menghadapi risiko terbunuh di medan perang seperti tentara, tidak ada risiko diancam nyawanya oleh pihak terdakwa seperti hakim atau jaksa, tidak ada risiko terpapar penyakit seperti dokter atau perawat. Cukup duduk manis di rumah atau di kafe, nggak kepanasan, nggak kehujanan, nggak macet-macetan, tinggal mikir alur cerita yang menarik, posting di platform menulis, promosi, lalu tunggu uang mengalir ke rekening.

Uang yang didapat bisa diputar di bursa saham atau bikin bisnis kalau mau.

Ini yang saya heran. Orang lebih suka memprioritaskan pekerjaan yang menyusahkan dan mengancam nyawa dibandingkan pekerjaan yang santai.

Okelah, pasti banyak penulis yang nggak terima kalau saya bilang gini. Jadi penulis juga susah, bla, bla, bla.

Saya pernah melakoni banyak pekerjaan dan menurut saya, menulis itu paling gampang dan minim risiko yang mengancam nyawa selama kamu nggak mengkritik pemerintah. Jadi nulis yang menghibur aja, promo, lalu tunggu duit masuk ke rekening.

Jadi gimana cara menentukan prioritas?

Pertama, berkhayal lah hidup seperti apa yang kamu inginkan lalu pikirkan bagaimana cara meraih impian kamu dengan cara semudah mungkin.

Sekarang pikirkan, apakah pekerjaanmu yang sekarang bisa memberikan kemudahan hidup dengan cara yang mudah?

Kalau nggak bisa, sudah saatnya kamu masukkan menulis ke dalam daftar prioritasmu.









Write Without FearWhere stories live. Discover now