NGGAK BAKAT MENULIS

131 28 5
                                    

Beberapa hari yang lalu ada teman penulis yang curhat sama sini. Kira-kira gini isi curhatnya,

Kak Bella, kalau ada seorang penulis udah lama nulis, ikut kelas nulis, ikut latihan nulis, tapi setiap mengajukan naskah ke editor selalu ditolak. Apakah artinya dia nggak bakat menulis atau nggak jodoh sama menulis?

Hayo, siapa yang pernah merasakan seperti ini juga? Udah lama nulis kok nggak kunjung famous? Yuk curhat di kolom komentar.

Sebelum saya jawab pertanyaan ini saya mau kasih contoh, tapi bukan dari dunia menulis.

Kira-kira 20 tahun lalu, sekitar akhir era 90-an sampai awal tahun 2000-an,  Carrefour terkenal di kalangan warga Jabodetabek sebagai supermarket berkualitas, lengkap, dengan harga yang murah

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.


Kira-kira 20 tahun lalu, sekitar akhir era 90-an sampai awal tahun 2000-an,  Carrefour terkenal di kalangan warga Jabodetabek sebagai supermarket berkualitas, lengkap, dengan harga yang murah. Hypermarket milik pengusaha Prancis ini dibeli oleh Chairul Tanjung, pengusaha Indonesia yang sudah malang melintang di dunia bisnis sejak tahun 1980-an. Dulu kalau saya ke Carrefour, antrian di kasir selalu panjang dan membludak.

Tapi beberapa tahun sebelum pandemi, Carrefour mulai berubah. Sepi. Keadaan itu diperparah oleh pandemi. Malah sekarang banyak menutup gerainya.

Pertanyaan saya, apakah Chairul Tanjung tidak berbakat bisnis?

Mungkin kalian akan mikir, kenapa penulis dibandingkan dengan pengusaha?

Sebab apa pun profesi kita mau dokter, penulis, dagang gorengan, pengacara, notaris, penyanyi, aktris, sesungguhnya kita memiliki satu persamaan yaitu BERDAGANG.

Pengacara yang laris adalah pengacara yang jago memasarkan kenampuannya, punya banyak jaringan potensial yang bersedia menggunakan jasanya. Contohnya Hotman Paris.

Ada nggak sih pengacara yang nggak laku? Tentu saja banyak

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.


Ada nggak sih pengacara yang nggak laku? Tentu saja banyak. Apa yang bikin Pengacara itu nggak laku? Banyak faktor. Misalnya jarang menang perkara, kurang gaul dengan pengusaha kaya, kurang jago ngomong, dll.

Gimana dengan penulis?

Ya tentu saja sama. Penulis ada yang laku keras sampai sebulan bisa dapat penghasilan minimal Rp. 100 juta, ada juga yang nggak dapat apa-apa dari jualan tulisan.

Apakah artinya yang nggak laku itu nggak bakat menulis? Tentu saja tidak.

Semua pedagang, mau itu dagang barang atau jasa, masalahnya hanya satu: KONSUMEN

Kalau kamu mau jadi penulis yang laris, tipsnya adalah jangan egois. Jangan menulis demi kesenangan kamu belaka.

Lho, jadi apakah penulis harus melayani pembaca? Jawabannya adalah YA.

Sebab pengacara pun melayani klien. Mau klien telepon tengah malam, harus dijawab. Mau klien minta apa, sedapat mungkin pengacara bilang iya kalau nggak mau kliennya kabur.

Karena itu, langkah pertama yang harus setiap penulis lakukan adalah:

KENALI PEMBACAMU.

Misal kamu adalah penulis novel misteri, buatlah grup chat yang berisi pembaca atau penggemar cerita misteri. Usahakan mereka memenuhi target yang kamu buat.

Misal: Laki-laki usia 25-35, pendidikan S1.

Kenapa harus seperti ini? Sebab menulis cerita untuk perempuan dan laki-laki sangatlah berbeda. Menulis cerita untuk remaja dan orang dewasa juga berbeda. Menulis cerita untuk orang yang berpendidikan lulus SD dengan untuk sarjana juga berbeda.

Tanyalah pada mereka, cerita misteri seperti apa yang mereka sukai dari segi alur, plot, penokohan, story telling, dan lain-lain?

Kalau sudah mendapatkan data tersebut, cari dua persamaan yang paling banyak diminta. Misal, dari 100 orang pembaca misteri ada 80 orang yang sama-sama menyukai cerita misteri yang tokohnya menderita skizofrenia. Nah ini bisa dijadikan kata kunci untuk menyusun plot novel kamu selanjutnya.

Apakah ini artinya penulis diperbudak pembaca?

Well, ini tergantung bagaimana kamu menyikapinya. Dalam pekerjaan apa pun yang kita lakukan, sejatinya kita adalah pelayan. Presiden pun pelayan rakyat kan?

Selanjutnya, langkah kedua yang harus kamu lakukan adalah KONSISTEN.

Coba lihat Indomaret. Setiap hari buka pk. 07.00 - 22.00 Secara konsisten.

Apa yang terjadi kalau hari ini dia buka pk. 7 pagi, besok buka pk. 13 siang, besoknya lagi nggak buka lalu libur seminggu?

Sejak kecil, kita sudah dilatih konsisten bersekolah. Masuk pk. 7 pagi dari Senin sampai Jumat. Kita bisa lho konsisten, lalu kenapa konsistensi itu menghilang ketika menulis?

Teman saya yang curhat ini katanya update seminggu tiga kali. Ada penulis yang berhasil dengan cara itu dan novelnya booming. Tetapi kalau kita nggak berhasil menerapkan cara penulis lain yang sukses posting seminggu tiga kali, artinya kita harus menggunakan cara lain. Jangan hanya meniru strategi penulis lain tapi berinovasilah.

Langkah ketiga yang harus dilakukan adalah BELAJAR ILMU MARKETING.

Percuma kalian menciptakan produk yang bagus kalau tidak bisa menjualnya. Memasarkan cerita remaja tentu saja berbeda strategi dengan menjual memasarkan cerita romance dewasa.

Kalau kalian update masih sebulan sekali, nggak pernah promosi, nulis sesuka hati dan seenak jidat tanpa memperhatikan selera pembaca, jangan bilang kalian sudah berusaha keras dan nggak berbakat.

Ingat ya, Temans, kalian pikir bikin mie instan itu cepat kan? Tapi kalian lupa, pengusaha mie instan seperti Indofood melewati proses yang panjang dan nggak main-main. Pihak Indofood memilih tepung terigu yang cocok, mendirikan pabrik dan membeli mesin dengan modal miliaran, merekrut ribuan pegawai yang harus digaji, kerja keras dari pagi sampai malam hanya untuk memproduksi mie yang kalian tinggal masak 5 menit itu. Jadi sesungguhnya, nggak ada hal yang instan di dunia ini.

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.
Write Without FearOù les histoires vivent. Découvrez maintenant