PLOT ARMOR

196 27 8
                                    

Ringkasnya, Plot Armor adalah perlindungan yang diberikan oleh penulis cerita pada seorang tokoh karena sayangnya si penulis pada tokoh tersebut sehingga tidak dibiarkan kalah apalagi mati.

Salah satu kisah epic dengan plot armor paling menjengkelkan menurut saya adalah Mahabharata. Pandawa yang selama ini dikenal sebagai protagonis, pihak baik yang berperang melawan angkara murka, terlalu banyak diberikan perlindungan dan keberuntungan yang tidak disangka.

♥ Misalnya ketika Bima diracun Duryudana, Bima pingsan. Ia diceburkan ke sumur berisi ular. Anehnya ketika ular menggigiti Bima, malah racun Duryudana tawar.

♥ Selain Bima, Arjuna adalah ksatria yang paling banyak mendapatkan anugerah plot armor.

Ada pemanah lain yang juga berbakat, bernama Ekalavya. Drona tidak rela ada orang lain yang kepandaian memanahnya melebihi Arjuna. Drona meminta Ekalavya memotong jempolnya untuk persembahan kepada guru.

Dalam pertandingan antar pangeran di Hastina, Arjuna berhasil mengalahkan lawan-lawannya yang notabene saudara sendiri.

Dalam pertaruhan dadu, Karna menolak pemberian busur Gandiwa Arjuna padahal Arjuna sudah kalah. Alhasil busur Gandiwa tetap dimiliki Arjuna.

Saat Duryudana akan membakar istana Laksagraha di mana Pandawa dan Kunti menginap di sana, Widura mengetahui rencana ini lalu menyelamatkan mereka melalui terowongan.

Dalam perang Bharatayudha, Arjuna dikusiri oleh Krishna. Meskipun tidak ikut berperang, Krishna membantu dengan banyak siasat untuk memastikan kemenangan Arjuna.

Arjuna adalah anak dari Dewa Indra. Karena begitu takut putranya mati di tangan Raja Angga Karna, secara licik Dewa Indra menyamar menjadi brahmana untuk meminta baju zirah dan anting-anting pelindung Karna.

MARI BANDINGKAN DENGAN RAJA ANGGA KARNA

Sekarang kita bandingkan tokoh Arjuna dengan Raja Angga Karna. Karna adalah putra Kunti dengan Dewa Surya. Sejak lahir, dewa Surya menganugerahkan baju zirah dan anting pelindung. Karna tidak dapat tertembus senjata apa pun.

Karena dilahirkan di luar pernikahan, maka Karna dihanyutkan ke sungai Gangga. Adirata, kusir kereta Bisma (Tetua Hastinapura), menemukan Karna di sungai lalu merawatnya sebagai anak. Adirata membelikan Karna kuda dan kereta agar mahir menjadi kusir, tetapi Karna lebih berminat pada ilmu perang dan memanah.

Karna nekat melamar menjadi murid Drona, tetapi Drona menolak dengan alasan Karna adalah anak kusir. Karna memendam amarah. Menyamar sebagai brahmana, Karna pun mencari Parasurama, guru dari Drona dan Bisma untuk diminta mengajar.

Parasurama hanya mau mengajar brahmana setelah kecewa pada ksatria. Karna diterima sebagai muridnya. Bertahun-tahun digembleng Parasurama, Karna memiliki kesaktian sama seperti Bisma dan Drona, bahkan lebih sakti lagi. Sialnya, Parasurama mengetahui siapa Karna sebab Karna dapat menahan rasa sakit sampai berdarah-darah akibat gigitan serangga. Parasurama menyumpahi Karna bahwa ketika dia sangat membutuhkan, maka semua ilmu yang diajarkan Parasurama menghilang.

Dari padepokan Parasurama, Karna menuju Hastinapura menantang Arjuna sebab Drona sesumbar bahwa murid kesayangannya itu adalah pemanah terhebat di dunia. Di sini Karna mendapat hinaan dari Bima dan penonton, disebut sebagai anak kusir sehingga tidak berhak menantang pangeran.

Duryudana, tokoh antagonis dari pihak Kurawa menaikkan derajat Karna dengan mengangkatnya sebagai Raja Angga, wilayah kecil di bawah kerajaan Hastinapura. Dengan demikian Karna dapat menunjukkan keahlian memanahnya yang setara dengan Arjuna. Karna pun bersumpah setia akan menyerahkan hidup untuk Duryudana.

Kita maju kepada sayembara memperebutkan Drupadi di kerajaan Panchala. Dikisahkan para raja dan pangeran peserta sayembara harus dapat mengangkat busur gandiwa dan memanah mata ikan yang tergantung di atas. Cara memanahnya pun tidak boleh dengan melihat ikan secara langsung, tetapi harus melihat bayangannya di baskom berisi minyak. Semua raja dan pangeran tidak ada yang dapat memenuhi tantangan. Hanya Karna yang dapat melakukan tantangan itu. Namun, kemampuannya pun tidak diakui. Drupadi berteriak dengan lantang bahwa dia tidak sudi menikah dengan anak kusir.

Semua hinaan, kepahitan hidup, dan sumpah, menyebabkan Karna tetap memihak kepada Duryudana yang menaikkan derajatnya. Hanya Duryudana yang memberikan kepercayaan penuh pada kemampuan Karna.

Pada perang Bharatayuda, Karna dikalahkan Arjuna karena serangkaian kecurangan. Baju zirah dan anting pemberian Dewa Surya diminta Dewa Indra yang menyamar sebagai brahmana. Karna dikenal sangat dermawan. Karena itulah dia bergelar Danveer. Khrisna sendiri mengakui kehebatan Karna. Tanpa kecurangan, mustahil mengalahkan Karna.

MENGAPA PLOT ARMOR BURUK BAGI CERITA KITA?

Pembaca perlu merasa bersimpati pada tokoh dalam cerita agar tetap mau membaca sampai habis. Ketika tokoh kita diberikan pertolongan terus, maka pembaca akan gagal bersimpati pada tokoh.

Meskipun Karna berada di pihak Kurawa, menderita kekalahan, bahkan mati dipanah Arjuna, masih sangat banyak pembaca Mahabharata mengagumi Karna termasuk saya.

Sebagai pembaca, saya tidak mengidolakan si baik hati Yudistira, si kuat Bima, si penakluk wanita Arjuna, si tampan Nakula, atau si cerdas Sadewa.

Justru Karna lah dengan segenap kisah hidup memilukan, penolakan, kesetiaan, dan pengorbanannya yang tetap saya ingat sampai sekarang.

Kenapa saya mengidolakan Karna dan bukan Arjuna? Sebab saya bukan orang hebat. Banyak sekali pembaca kita yang bukan orang hebat, berkekurangan, mengalami kegagalan, ditolak masuk PTN impian, ditolak gadis pujaan, dll. Dan ini sangat mirip dengan kisah Karna.

Karna, membuat pembaca dekat dengannya. Sebab meskipun dikenal berasal dari Kasta Sudra, dia dapat menggapai kejayaan, menjadi Raja berkat kemampuannya. Duryudana-lah yang mengakui semua kehebatan Karna.

Jika Karna mendapatkan keistimewaan plot armor dari Penulis cerita Mahabharata, niscaya pembaca tidak akan bersimpati padanya.

Gimana, Temans? Apakah mau tokoh dalam cerita kita mendapatkan simpati pembaca? Kalau demikian, siksa saja jangan tanggung-tanggung. Biarkan pembaca bersimpati pada tokoh kita. Merasakan kesengsaraan, perjuangannya, kebangkitannya, sampai mendapatkan keberhasilannya.

Write Without Fearजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें