PENTINGNYA INOVASI

163 36 25
                                    

Saya mau membahas salah satu platform lokal tanpa menyebut nama. Silakan tebak sendiri ya. Yuk kita mulai.

Ada sebuah platform menulis dan membaca dengan ciri:

☑ Pangsa pasar emak-emak usia 25-35 tahun

☑ Judulnya sinetronis

☑ Banyak cerita ala sinetron kumenangis

☑ Melarang cerita sex

☑ Banyak cerita sekadar halu dan tanpa riset

☑ Platform ini suka memamerkan penghasilan penulis tanpa peduli akibatnya (misalnya penulis dijadikan sasaran kejahatan)

☑ Belakangan, banyak Penulis menggunakan bot agar bisa nongol di beranda.

Udah bisa nebak ya nama platformnya. Ssst, diam-diam aja, simpan namanya dalam hati. Kita sebut saja namanya PPC (Platform Penghasil Cuan).

PPC ini sering sekali mengadakan kelas gratis via Zoom. Founder-nya selalu memberi tips gimana caranya biar cerita kita dapat banyak pembaca.

Apa yang terjadi? Akhirnya semua cerita di sana sama saja. Tidak ada istimewanya. Di samping itu, menurut pengamatan saya, cerita populernya justru mengeksploitasi kebodohan dan penderitaan perempuan.

Oh, Man.... Apa gunanya RA. Kartini berjuang melepaskan perempuan dari belenggu kebodohan jika Penulis perempuan malah ramai-ramai mengglorifikasi kebodohan dan penindasan demi cuan? Ketika Malala Yousafzai nekat menerabas kepungan Taliban dan akhirnya ditembak agar bisa bersekolah dan pintar, perempuan Indonesia yang sudah bebas bersekolah serta menuntut ilmu malah memupuk kebodohan melalui karya.

Istri digambarkan ditindas suami dan mertua lalu tidak dapat berbuat apa-apa. Ada salah satu cerita saya baca mengenai keluhan istri dijatah kurang dari 50 ribu rupiah seminggu oleh suaminya. Lalu apa? Kenapa nggak cerai saja? Kenapa dulu nggak sekolah yang betul dan kerja yang rajin supaya dapat berdiri di kaki sendiri? Kenapa malah menunggu simpati orang?

Tapi ya sudah. Orang mau bodoh atau pintar adalah pilihan. Buat saya, ketika kita menderita, maka sangat jarang orang menyelamatkan kita. So sebagai perempuan, kita harus bisa menolong diri sendiri. Saya mau ajak teman-teman menganalisis.

Ada seorang penulis yang sudah pakai bot, saya amati penghasilannya nggak naik-naik. Padahal ceritanya sering nongkrong di beranda. Saya tahu sih penghasilannya berapa karena memang diekspos. Tetapi, penghasilan sebanyak itu dihasilkan dari puluhan judul novel. Kalau dihitung, per bulannya, setiap 1 judul novelnya hanya menghasilkan Rp. 200 ribu saja. Kenapa bisa begitu padahal dia sudah pakai judul yang disarankan dan konfliknya mengenai istri teraniaya, pakai bot pula.

1. PEMBACA PUNYA TITIK JENUH

Garis bawahi ini: Tidak semua emak-emak di Indonesia bodoh. Lama kelamaan, orang akan muak dijejali kebodohan dan penderitaan. Pada akhirnya orang akan mencari jenis hiburan lain.

Mau contoh? Emak-emak mau kok nonton drakor yang risetnya totalitas karena jenuh dengan sinetron berisi konflik berlarut-larut dan nggak ngotak.

Inovasi adalah hal maha penting!

2. MANUSIA SELALU INGIN BERGERAK MENUJU HAL LEBIH BAIK

Salah satu teman saya, menolak mengikuti tren di PPC. Dia menulis cerita kedokteran dan risetnya maksimal. Terbukti dari 1 judul, dia bisa menghasilkan lebih dari Rp. 10 juta. Sebuah pencapaian gemilang bagi seekor domba ungu di tengah kepungan domba putih.

Ini adalah bukti bahwa manusia ingin sesuatu yang lebih baik.

3. KETIKA KITA MELUPAKAN IDEALISME, MAKA KITA AKAN SAMA DENGAN ORANG LAIN

Kebanyakan pembaca PPC tidak setia. Kenapa? Karena tulisan, konflik, judul, dan penokohan cerita satu sama dengan cerita lain. Hal itu terjadi karena kebanyakan (tidak semua) Penulis PPC tidak punya idealisme. Mereka menulis hanya demi uang.

Padahal, idealisme adalah motor penggerak. Bahan bakar untuk menyalakan api semangat. Ketika kita melupakan idealisme, maka kita akan jadi sama seperti orang lain. Kalau kita sama seperti orang lain, apa alasan mereka memilih dan setia pada kita?

💋💋💋💋💋

Jadi apa intinya?

Kalau kamu mau jadi Penulis di PPC, nggak perlu kok jadi domba putih. Nggak perlu kasih judul aneh sesuai pasar PPC. Nggak perlu bikin konflik drama rumah tangga. Teman saya yang menulis dengan tema lumayan berat tetap dapat pembaca tuh.

Mumpung PPC masih muda, mari kita ubah kondisi di sana. Mungkin awalnya berat, tapi percaya aja bahwa selera pasar itu dinamis dan berubah terus.












Write Without FearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang