DILAMAR PENERBIT MAYOR

179 30 2
                                    

Dulu, sebelum saya kenal platform menulis yang menawarkan banyak cuan, saya menganggap penerbit mayor itu kereeeeeennnn banget. Maklum, Temans, masa kecil saya dihabiskan dengan nongkrong di Gramedia. Saya suka banget baca buku, makanya berkhayal kalau salah satu dari ribuan buku itu ada nama saya, bakal bangga banget kali ya.

Tahun 2016, saya mulai berkenalan dengan Wattpad. Banyak penulis terkenal Wattpad yang akhirnya menerbitkan karya secara cetak. Saya selalu silau tuh kalau lihat ada pengumuman naskah Wattpad naik cetak. Selalu ngebatin, "Kapan ya naik cetak? Kapan ya karya saya dilamar penerbit mayor?"

Namun meskipun cita-cita saya terbit di penerbit mayor, saya tetap mencoba segala hal termasuk platform berbayar. Saya mem-branding diri saya di Wattpad. Bersyukurnya tahun 2017, saya gabung di Cabaca. Meskipun buku pertama royalty-nya masih kecil, saya tetap tekunin. Rajin promo di mana-mana. Bikin konten. Ikut kelas buat nambah ilmu, baik ilmu menulis, marketing, maupun branding.

Jujur saya sudah nggak berharap lagi terbit di penerbit mayor sebab cuan dari platform itu menggiurkan 🤑🤑🤑🤑. Gimana nggak, royalty Cabaca 35%, KBM 70%, Karyakarsa 90%, Dreame dan Fizzo menawarkan pembayaran yang wow juga. Lagipula platform menawarkan kelebihan yakni saya bisa berinteraksi dengan pembaca. Kalau di penerbit mayor kan susah ya.

Nah, tapi bener ya, ketika kita menginginkan sesuatu dengan kuat, meskipun suatu saat sudah nggak pengen lagi, ada kemungkinan keinginan kita bakal terkabul suatu hari.

Hari ini sebuah penerbit mayor melamar saya, padahal dulu saya mengajukan naskah ke berbagai penerbit mayor selalu ditolak.

Mungkin kalau zaman dulu saya dilamar penerbit mayor, bakal kegirangan ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mungkin kalau zaman dulu saya dilamar penerbit mayor, bakal kegirangan ya. Kalau sekarang, saya banyak tanya. Rupanya penerbit mayor sekarang nggak selalu mencetak karya kita jadi buku fisik lho, Temans. Buktinya penerbit mayor yang melamar saya ini menawarkan untuk menjadi e-book saja.

Royaltinya juga kurang menggiurkan ya menurut saya, 10% saja.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memang mencetak satu judul buku itu perlu biaya mahal kalau dijual di toko buku konvensional

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Memang mencetak satu judul buku itu perlu biaya mahal kalau dijual di toko buku konvensional. Minimal mesti cetak 500 eksemplar. Bayangkan deh, kalau harga cetak 1 buku mencapai Rp. 15 ribu, dikali 500 eksemplar sudah berapa tuh?

Namun dari lamaran mayor yang saya dapatkan, saya bisa berbagi tips untuk Temans yang ngebet banget terbit mayor.

RAJIN PROMOSI DI MEDIA SOSIAL

Media sosial kan ada banyak ya. Instagram, Tiktok, YouTube, dll. Postinglah materi promo secara teratur setiap hari. Saya rutin promosi sejak tahun 2020, sudah tahun kedua.

Setiap hari itu kapan?

Ya setiap hari, Senin sampai Minggu, tanpa jeda. Bahkan saya pernah sakit panas dan muntah-muntah pun, tetap posting loh. Mood saya jelek karena menghadapi hari buruk pun tetap promo di media sosial.

Saya sibuk pun tetap bikin materi promo. Kadang materi promo saya dibikinkan teman yang memang jago.

Mbak dari penerbit mayor ini sudah lama follow saya. Dia lamar saya pun di Instagram. Bayangkan kalau Instagram saya berdebu, nggak ada isinya, apa yang mau dilihat kan?

SALING PROMOSI DENGAN TEMAN

Temans, kalian tahu kan algoritma media sosial, semakin banyak yang vote dan komen maka postingan kita akan semakin naik dan disebarkan ke akun lain.

Coba deh Temans bikin grup saling promo, saling vote, saling komen dengan temannya. Lakukan secara rutin setiap hari. Please, jangan cari alasan sibuk ini, itu, anu. Kalau kalian niat, pastinya akan meluangkan waktu.

KONSISTEN DENGAN KARYA

Apakah Temans masih suka gonta-ganti genre? Bertobatlah. Coba konsisten di satu genre minimal sampai menerbitkan 10 buku di platform. Niscaya pembaca kamu akan merekomendasikan kamu ke temannya.

Misal nih kamu anak hukum, terus bikin novel yang isinya berbagai macam profesi. Ada jaksa, hakim, pengacara, panitera pengganti, paralegal, sipir penjara, nah pastinya pembaca kamu akan lebih gampang mengidentifikasi kamu.

Ini mirip seperti Marga T dan Mira W yang hampir selalu menulis novel kedokteran. Novel mereka dijadikan barometer novel kedokteran. Dijadikan sinetron dan film. Nama mereka pun lebih abadi.

Kalau mau nulis novel bertema kebudayaan seperti Ahmad Tohari, konstenlah dengan genre itu.

Atau mau jadi seperti Pramoedya Ananta Toer yang konsisten dengan historical fiction? Boleh.

Konsistensi sangatlah penting biar kalian cepat terkenal.







Write Without FearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang