MENTAL BURUH BIKIN REZEKI MENJAUH

329 59 18
                                    

Tolong acungkan tangan, siapa di sini yang:

☝️Ikut berbagai macam kelas menulis mulai dari yang gratis sampai yang berbayar tapi nggak berani praktik menulis?

☝️Nggak nulis karena ide macet?

☝️Nggak nulis karena nggak ada waktu?

☝️Nggak nulis karena susah risetnya?

☝️Nggak nulis karena mood ambyar?

☝️Nggak nulis karena dimarahi bapak, ibu, suami, istri, pacar, tetangga, om, tante, nenek, kakek, kuntilanak, genderuwo?

Kalau kamu mengacungkan tangan pada salah satu poin, selamat! Maka kamu seperti saya yang bermental buruh.

Iya, saya akui kok masih ada 50% jiwa buruh dalam diri saya. Buat apa nulis di Wattpad? Udah nggak dibayar, karya kita gampang dicolong, pembaca pelit follow, vote, dan komen pula. Mendingan ngerjain kerjaan yang jelas dapat duit. Bener kan?

Setelah saya merenung, kok mental saya kayak buruh banget ya. Mau kerja kalau bayarannya cocok, kalau lembur menuntut uang lembur, kalau upah nggak naik-naik maka mogok kerja atau demo. Mental buruh berbeda 180 derajat dengan mental pemilik usaha.

Saya suka banget nonton channel Rico Huang dan dengerin video seminar Yasa Singgih. Mereka adalah pebisnis, pemilik usaha yang lumayan sukses di usia muda.

Yasa Singgih sebagai pendiri Men's Republic pernah cerita, ketika hari libur dan temannya pada nongkrong, haha hihi ketawa sama teman, keluarga, dan pacar, dia malah jualan. Iya jualan. Apakah dia digaji harus bekerja tambahan pada hari libur? Tidak. Kalau kita yang masih jadi karyawan, pulang kantor bisa tidur, Yasa nggak begitu. Pada malam hari pun dia kepikiran strategi mengembangkan bisnis, gimana biar pelanggan suka dan balik lagi, gimana biar bahan baku tetap tersedia, gimana kalau pas usaha sepi tetap bisa menggaji karyawan. Hal seperti itu dia pikirkan tanpa mengenal waktu.

Yasa pernah cerita juga salah satu usahanya sebelum Men's Republic harus bangkrut dan tutup. Sebagai pemilik usaha, siapa yang mau membayar pesangon dia? Nggak ada. Kalau buruh bisa demo bahkan menuntut pesangon ke pengadilan, pemilik usaha nggak begitu. Mereka siap untung besar dan rugi maksimal.

Ada hubungannya dengan menulis?

ADA BANGET!

Beberapa hari yang lalu saya ikutan kelas menulis. Sebenernya saya sudah sering banget ikut kelas menulis. Kebanyakan peserta punya penyakit yang sama.

👾 Takut Melangkah

Dalam artian takut mulai, takut nggak ada yang baca, takut jelek, takut diejek, dan segudang ketakutan lain.

Saya kasih contoh diri sendiri biar adil. Apakah saya pernah diejek? Oh jelas. Cerita saya pernah dibilang kayak sampah, bising, kebanyakan menjejali otak pembaca, lebay, dan lain-lain.

Apakah mood saya hancur? Nggak dong. Kebetulan saya bukan orang yang peduli dengan hujatan. Malah hinaan itu saya jadikan perbaikan.

Kegagalan dalam setiap permulaan pasti ada. Seorang bayi pun akan jatuh dulu saat belajar jalan. Lama kelamaan dia bisa jalan tegak, berlari, berdansa, dan sebagainya.

Kenapa buruh nggak akan pernah kaya? Karena takut mengambil risiko buka usaha sendiri. Kalau rugi gimana? Kalau nggak bisa makan gimana? Kalau nggak bisa bayar cicilan gimana?

Sama dengan nggak berani menulis karena pikiran dipenuhi ketakutan-ketakutan.

👾Nggak Ada Waktu

Kalau alasan kamu nggak nulis karena nggak ada waktu maka fix! Mental kamu adalah mental buruh 100%.

Saya tahu setiap orang punya kesibukan. Kalau nggak sekolah maka di masa depan kamu nggak bisa mencari uang. Kalau nggak kerja maka cicilan motormu nggak terbayar.

Write Without FearWhere stories live. Discover now