KESIALAN PANGKAL KEBERUNTUNGAN

170 28 12
                                    

Roma 8:28

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Selamat tengah malam, Temans. Saya nulis ini di tengah kebuntuan nulis novel. Dari pagi otak suruh mikir, malamnya mikir lagi. Jadinya saya mau sharing saja sedikit biar nggak butek. Semoga kalian nggak bosan baca curhatan saya ya.

Salah satu panutan saya adalah Kak rachmahwahyu. Kenapa? Pertama, kami sama-sama Taurus. Sifat kami agak mirip. Kedua, kami punya banyak pengalaman kerja sebelum kerja tetap. Ketiga, kami sama-sama suka duit. Keempat, perjalanan menulis kami mirip dan sering ditolak penerbit mayor.

Saya mau sharing poin keempat nih. Dulu saya galau kalau baca pengumuman Open PO penulis terkenal yang terbit di penerbit mayor. Makin galau pas ke tobuk Gramedia, lihat tumpukan buku karya Penulis Wattpad. Bertumpuk kegalauan pas nonton film yang diangkat dari kisah Wattpad.

Saya selalu bertanya-tanya:

Apa yang salah dengan naskah saya?

Kenapa naskah gitu doang bisa terbit mayor?

Kapan giliran saya?

3 tahun saya galau. Barulah pada akhir 2019 atau awal 2020 saya memutuskan berdamai dengan diri sendiri. Kalau memang jalan saya bukan di penerbit mayor, ya sudah, kenapa nggak coba platform? Lagian kenapa juga ngebet terbit mayor?

Lalu, Boom! Meledaklah pandemi Covid-19. Penerbitan perlahan kolaps. Penjualan toko buku anjlok. Buku-buku di gudang diobral sangat murah. Editor penerbit mayor di-PHK.

Tapi, blessing in disguise, bukannya saya mensyukuri pandemi, tetapi mau tidak mau saya harus bersyukur. Sejak 2016 saya sudah menulis di berbagai platform baik gratisan maupun berbayar. Tahun 2020, ketika pandemi dan banyak pegawai dirumahkan, novel saya di aplikasi berbayar justru kebanjiran pembaca. Royalty saya lumayan banget untuk membantu keuangan.

Semakin ke sini, saya melihat menerbitkan novel di penerbit mayor sudah tidak menguntungkan. Royalti sedikit. Sudah gitu terimanya 4 bulan sekali. Sekarang sudah banyak platform yang bayar royalty Penulis per 1 bulan sekali. Persentasenya 30-90%.

Sekarang, saya lagi ikut lomba Cabaca. Ada 3 peserta yang saya kenal sebagai penulis mayor. 2 orangnya selalu susul-menyusul vote dengan saya. Kentara banget mereka pengen menang dan masuk Cabaca. Jujur saya amazed loh. Kenapa sih penulis mayor yang dianggap kasta tinggi mau 'turun derajat' ke platform?

Saya bukan menghina platform, tetapi memang banyak kan orang meremehkan platform. Kalau belum punya karya cetak, belum dianggap penulis. Makanya kasta penulis platform dianggap tidak sederajat dengan penulis mayor.

Dulu banyak penulis mayor meremehkan platform.

Kata mereka:

"Kok mau sih nulis nggak dibayar?"

"Platform hanya untuk Penulis pemula."

"Naskah platform nggak berkualitas."

Lalu sekarang mereka berbondong-bondong hijrah ke platform setelah penerbit kolaps. Tuhan memang maha pembolak-balik hati. Lucu sih memang.

Kalau saya merenung, Tuhan itu tahu yang terbaik untuk umatNya. Kalau saja dulu saya dan Kak Ra diterima di penerbit mayor, pasti kami nggak akan merintis nama di platform. Nggak promosi, nggak branding, congkak berkepanjangan karena merasa sudah keren banget. Untungnya saya nonton video Vianflash. Klik aja videonya kalau tahu password Wi-Fi tetangga. Saya bersyukur Tuhan nggak mengizinkan saya terbit di penerbit mayor sehingga saya bisa lebih fokus di platform. Saya observasi bagaimana selera pembaca? Bagaimana trik promosi yang baik? Bagaimana branding yang efektif?

Temans, kalian pasti tahu merintis nama di platform susahnya setengah mati. Mungkin royalty 90% terdengar menggiurkan. Tentu saja syarat kita dapat banyak cuan adalah: KALAU ADA YANG MAU BACA.

Menulis novel di platform agar ada yang mau baca ini nggak mudah loh. Banyak banget Penulis mayor yang pindah ke platform gagal mendapatkan pembaca karena menerapkan teknik menulis di penerbit mayor. Akhirnya mereka frustrasi karena hanya sedikit yang baca.

Percaya deh, menulis di platform kelihatannya gampang. Iya, nulisnya gampang, dapat pembacanya yang susah dan nggak semua penulis mayor bersedia belajar untuk trial and error.

Banyak sekali curhatan penulis mayor di Facebook mengenai kondisi literasi saat ini. Hal yang membuat saya heran adalah, kenapa mereka mengeluh, bukannya mencoba untuk meningkatkan diri?

Hidup adalah pilihan. Tinggal kita mau memilih jalan yang mana. Jadi, kalau kita sudah berusaha dengan sungguh-sungguh tetapi tetap gagal, jangan sedih. Mungkin Tuhan sudah menyiapkan rancangan yang lebih indah. Kalian pernah mendengar frasa 'Indah pada waktunya' kan? Sesungguhnya itu adalah penggalan ayat Alkitab.

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir. 
(Pengkhotbah 3:11)

Ya, saya percaya itu. Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktunya. Terkadang kita meratapi kesialan hari ini, tetapi di masa yang akan datang kita mensyukuri kegagalan itu, karena mungkin begitulah cara Tuhan menyayangi dan menyelamatkan kita.

Nonton videonya Vian Flash, Temans.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.

(Yesaya 55:8-9)

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Write Without FearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang