Part 117 : Han Xin semakin berkuasa

368 23 6
                                    

Hujan gerimis menerpa. Di sebuah jalan setapak, berjejer para hamba melangkahkan kaki mengikuti Zhi er, Permaisuri Lü yang mereka layani. Angin sepoi-sepoi meniup rambut panjangnya yang tergerai. Burung-burung merpati yang berkerumun berhamburan memberi jalan kepada wanita paling tersohor di seluruh negeri.

"Yang Mulia, berhati-hati lah. Jalannya licin,"
Seorang kasim berseru padanya dari balik punggung. Para hamba itu belingsatan mengiringinya melewati jalan yang dibasahi oleh air hujan. Mereka sangat khawatir jika Zhi er terpleset dan membahayakan keselamatan dirinya beserta janin yang ada di dalam perutnya.

Zhi er mengindahkan. Wajah cantiknya tak terlihat merona. Dahinya mengerut. Sepanjang jalan, ia menggigit bibirnya kuat. Dari matanya yang berkilat, ia dibakar sesuatu terpendam yang tak dapat dilihat oleh orang lain.

Sesampainya di sebuah gedung, beberapa pengawal yang berjaga di depan pintu menyambutnya. Sebelum mereka bersuara menanyakan, Zhi er melempar sorot mata menusuk sebagai kode agar mereka diam dan mengizinkannya masuk.

BLAAAAAKKKK

Pintu terdorong buka hingga berderit. Han Xin, Xiao He dan Perdana Menteri Zhao beserta sejumlah pejabat yang sedang berdiskusi perihal kenegaraan dengan Kaisar Gaozu menyambutnya dengan tatapan heran. Mendadak saja, Zhi er muncul menginterupsi rapat dengan sikap lancang menatap dingin lurus-lurus Kaisar Gaozu yang duduk di balik meja kerjanya.

"Rapat akan dilanjutkan lagi setelah "wu shi"
Seru Kaisar Gaozu meletakkan kuas dari tangannya.

*wu shi= jam 11 am sd jam 1pm

Semua orang pun pamit mengundurkan diri dari ruangan memberi privasi kepada Kaisar Gaozu dan Zhi er. Para hamba yang mengawalnya sampai ke teras juga ikut menjauh.

Ruangan itu menjadi hening seketika. Zhi er melangkah masuk dengan tatapan yang masih sama dinginnya.

"Mengapa anda melakukan itu kepada Jian Ying?"

Pertanyaan itu terlontar keluar dari bibirnya yang bergetar-getar. Suaranya tak lagi lembut seperti biasa ketika berbicara dengan Kaisar Gaozu melainkan penuh dengan emosi.

Ini adalah hari ketiga setelah kasus Yelü Zheng terbunuh. Suasana istana yang sempat gempar telah kembali tenang dan damai seperti semula. Jejak-jejak kericuhan pun sudah lenyap seolah tidak ada apa-apa yang pernah terjadi.

Saat itu, Raja Liao tersulut emosi berpikir jika Kaisar Gaozu tidak akan menyeret keluar Jian Ying yang merupakan putra mahkota Kekaisaran Han hingga dia menghunuskan pedang dan memulai sebuah konflik senjata. Dia tidak ingin menuntut lagi. Dia bertekad membuat seisi istana membayar harga dari kematian putranya.

Pertumpahan darah tak terhindarkan. Gemerancang senjata yang dilibaskan menciptakan kengerian. Aula utama istana beruba menjadi persis sebuah arena perang.

"Jika anda membawa Jian Ying keluar, Raja Liao pasti akan memaksa anda menyerahkannya. Apakah anda tega?"
Sementara itu, di istana barat, Kaisar Gaozu dan Zhi er terlibat tarik ulur atas Jian Ying yang menjadi punca dari polemik. Kaisar Gaozu hendak membawa Jian Ying menghadapi Raja Liao dan menjelaskan semua yang terjadi. Di lain pihak, Zhi er mati-matian mempertahankan putranya.

"Seperti katamu, aku adalah kaisar. Aku punya cara untuk melindungi Jian Ying jika aku berani membawanya keluar menghadapi mereka,"

Kaisar Gaozu menggeram. Zhi er masih saja tidak mengerti situasi. Jian Ying adalah seorang putra mahkota dari kerajaan terkuat di daratan tengah. Dia tidak boleh melakukan kesalahan sedikitpun juga atau reputasinya bakal tercoreng dan kelak akan sulit sekali baginya untuk mewarisi tahta.

Love, Tears & DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang