Part 47 : Zhi er dan Hal Tak Terduga

2.1K 144 132
                                    

Ketika saya melepaskan apa yang ada pada diri saya, saya menjadi diri saya yang sebenarnya.

Jika saya melepaskan diri dari siapa diri saya, Saya menjadi apa yang mungkin bagi saya.

( Quote by Lao Tzu )

***********************************************







Kala senja hari segerombolan serdadu yang menunggangi kuda bergerak perlahan-lahan menyusuri sebuah lahan hijau dimana sejauh mata kesap-kesip memandang hanyalah hamparan rerumputan dan ilalang yang sudah sedikit memucat warnanya di terpa suhu udara yang tidak begitu bersahabat lagi.

Beberapa di antaranya turun dari kuda begitu melihat beberapa jasad pria berpakaian serba hitam dengan topeng yang menutupi wajah. Mereka terheran-heran apa yang sebetulnya terjadi di tempat ini? Mereka menilai para pria itu terbunuh dengan cara di panah dari jarak yang tidak terlalu jauh. Jasad-jasad itu sebagian dalam kondisi yang sangat mengenaskan, ada yang jantungnya tertembus, ada yang kepalanya pecah, ada pula yang perutnya di robek hancur oleh benda tajam mematikan itu.

Seorang pria berpakaian lengkap dengan perisai bajanya melompat turun dari kuda yang di tungganginya. Dia berlari menghampiri sesuatu yang tergeletak di tanah dekat pinggiran kali yang airnya sangat jernih, masih asri tanpa tercemar oleh tindakan manusia fana yang terkadang gemar merusak alam.

Dia berjongkok dan mengambil benda itu, sebuah jubah beludru berwarna hitam seiringan itu kepalanya menoleh ke belakang dan di sadarinya ada lagi sesosok jasad pria bertubuh besar berpakaian serba hitam tertelungkup bersimbah darah dengan sebuah anak panah menembus bagian jantungnya.
Bau hanyir merembes kemana-mana, menusuk indera penciuman dan sekaligus mencemar keelokan mata, lahan luas yang hijau ini tak lain adalah tempat kejadian perkara pembunuhan.

Dia meluruskan kepala memandang pilu jubah itu dan saat matanya meneleng ke arah lain, dia melihat sebercak darah persis di tempat jubah itu tergeletak sebelum di ambilnya.
Dan satu lagi yang membuat perasaan hatinya tambah tercabik-cabik adalah beberapa potongan kain chiffon yang biasanya digunakan untuk membuat pakaian han fu perempuan.
Kembali dia mengambil sehelai kain dan mencoba menebak apa sebenarnya yang terjadi di sini?

"Yang Mulia Raja......." Sebuah suara rendah dari seorang prajurit yang berpakaian seragam komandan militer terdengar dari belakang sembari melompat turun dari kuda, pria ini berseru memanggil, "Kami tidak berhasil menemukan Wang Hou niang niang di sekitar sini" lanjutnya melapor begitu sudah mendekat pada pria yang sedang berjongkok itu.

Pria yang dipanggil itu tak lain adalah Liu Bang yang langsung bergerak menyusul begitu mendengar informasi dari Jendral Han bahwa keberadaan Zhi er terlacak di alun-alun Kota Shang Guan, Negeri Han.
Liu Bang yang penuh semangat bergelora ingin menyambut sang pujaan hati memacu kudanya secepat yang dirinya bisa.

Pengharapan itu muncul saat dirinya sudah mulai ingin menyerah karena tidak konsentrasinya tidak boleh terganggu sedikit pun juga demi sebuah negara, negara berbangsa Han yang dipimpinnya akan di serang oleh Kaisar Qin demi membalaskan dendam kesumatnya terhadap Liu Bang.

Perasaannya hatinya yang baru saja menghangat berbunga-bunga itu mendadak kalang kabut saat dirinya sudah mencapai posisi kelompok serdadu yang berada di tengah kota dan malah menghadiahinya sebuah kabar buruk, mereka kehilangan jejak Zhi er di sana.
Sesuatu yang amat sangat mengecoh perasaannya, seolah dirinya sudah terbang mencapai langit lalu tiba-tiba sayapnya kehilangan tenaga kemudian nyungsep menukik ke bumi. Mengagetkan dan juga menyesakkan teramat sangat!!

Karena amarah dalam dirinya yang susah di kendalikan, Liu Bang menendang sekuat tenaga prajurit yang melaporkan kabar itu sampai dia tersimpuh muntah darah.
Liu Bang sungguh benar-benar menggila sejak ketiadaan Zhi er di sampingnya. Mana kala unsur api dalam dirinya semakin tersulut-sulut karena kehilangan sosok penyeimbang penyejuk jiwanya yang semakin tak terkontrol sisi negatifnya.
Kemurkaannya di saat naik darah semakin membuat semua orang menilai dirinya adalah seseorang yang sama sekali tidak boleh di singgung perasaannya.

Love, Tears & DesireOnde histórias criam vida. Descubra agora