Part 100: Awal Hirarki Kekuasaan Permaisuri dan Kehadiran Pangeran Kedua

970 91 16
                                    

Hai semuanya!!! Maaf ya author lama updatenya! Silakn nyimak!!!

Song : Dududu by Blackpink

**************

"Hari sudah siang, mengapa masih belum membawa Jian Ying pergi ganti baju? Aku sudah menunggu kalian dari tadi pagi.,"

Suara rendah itu menyita perhatian Zhi er dalam keheningan. Zhi er memalingkan wajah lalu secara refleks berdiri. Nampak Kaisar Gaozu yang susah berpenampilan rapi, bersih dan harum oleh semerbak lelakinya. Rambutnya yang panjang di kuncir dengan sebuah tusuk emas. Pakaian megah nan mewah yang dibuat khusus oleh tim penjahit istana itu terlihat sangat bergaya di tubuh Kaisar Gaozu yang tinggi menjulang. Aksen naga yang disulam rumit dengan benang emas di bagian bahu mempertegas wibawa pria itu sebagai seorang penguasa tertinggi kerajaan agung Kekaisaran Han.

Kaisar Gaozu menyorotkan pandangan pada Zhi er yang memilih menunduk. Sedikit aneh rasanya Zhi er tidak menyapa dirinya seolah tidak menyambut sama sekali.

Jian Ying yang masih duduk itu bergidik menatap sosok tinggi semampai tersebut. Lantas terlonjak bangkit dan menghamburkan diri pada Zhi er. Bocah itu ketakutan bukan main begitu melihat Kaisar Gaozu sampai-sampai Jian Ying bersembunyi di balik punggung sang ibunda, tak berani memandangi Kaisar Gaozu.

Tentu saja Zhi er kebingungan dengan tingkah dramatis Jian Ying. Dipikir-pikir, setelah melihat dengan mata kepalanya sendiri betapa brutalnya Hei Bai dipenggal hidup-hidup, wajar Jian Ying menjadi takut pada sang ayahanda.

Pun juga dengan Kaisar Gaozu yang tak kalah bingungnya menatap heran Jian Ying. Iris mata sang pangeran mahkota membulat sempurna menyinarkan ketakutan yang sulit dijelaskan. Wajahnya yang imut-imut manja itu disalip aura teror.

"Buat apa kau begitu takut pada ayahanda, Jian Ying? Ayahanda bahkan tidak melakukan apa-apa padamu,"
Seru Kaisar Gaozu yang mencoba untuk menyikapi Jian Ying seolah tidak tahu apa-apa.

Jian Ying tidak menjawab. Dia mencengkeram pakaian sang ibunda seerat mungkin dan menyusupkan wajahnya untuk menghindari kontak mata dengan Kaisar Gaozu.

Kaisar Gaozu melipat kedua tangannya di belakang, dengan tenang dia bertanya pada Jian Ying, "Pasti kau sangat membenciku setelah aku membunuh kucing kesayanganmu, iya kan?"

Lagi-lagi Jian Ying enggan merespon. Bocah itu terlalu takut pada Kaisar Gaozu bahkan untuk sekedar berbicara dengannya pun Jian Ying tidak punya keberanian itu. Sisi kelam yang sudah menjadi kesan dalam dirinya terhadap Kaisar Gaozu tidak lagi mudah terhapuskan begitu saja. Bagi Jian Ying, Kaisar Gaozu adalah sosok ayahanda kejam, brutal dan lalim, yang tak lebih dari sesosok monster dalam rupa seorang pria asing yang tiba-tiba harus di akuinya sebagai ayahanda.

"Mengapa membungkam, Jian Ying? Bukannya kau itu bocah yang pintar berbicara, bawel dan suka membantah bahkan berani meninggikan suara padaku?"
Tukas Kaisar Gaozu lagi dengan seringaian miringnya. Semakin Jian Ying enggan merespons, semakin Kaisar Gaozu berhasrat memancing-mancing.

Dari balik punggung Zhi er, sesekali Jian Ying memberanikan diri memiringkan kepala mencuri pandang ayahandanya. Tetapi begitu Kaisar Gaozu menatapnya, cepat-cepat Jian Ying menyembunyikan wajahnya.

"Oh jadi kau sedang merajuk?"
Kaisar Gaozu berdecak geli. Sikap Jian Ying yang ogah-ogahan tetapi juga penasaran itu malah menggemaskan, "Hari sudah mulai panas. Kalaupun kau tidak lelah berjemur, tetapi apa kau tidak kasihan pada ibundamu yang terus menemanimu di  sini?"

Love, Tears & DesireWo Geschichten leben. Entdecke jetzt