Part 107 : Keirian Selir-Selir

701 58 14
                                    

Song : Stole My Heart

***************

Seminggu kemudian.....

Di sebuah halaman istana yang luas, Jian Ying berdiri di sebelah Mei Ting memperhatikan Zhi er yang dibantu beberapa dayang sedang membagikan makanan kecil untuk sekumpulan anak-anak yang sebagian besarnya adalah balita.

Riuh suasana anak-anak membuat Jian Ying tersenyum senang. Karena kesibukannya menjalani berbagai aktivitas sebagai pangeran mahkota, jarang sekali Jian Ying dapat menyaksikan momen sebahagia ini dimana anak-anak kecil yang berumur tak jauh berbeda dengannya berbaris rapi dan berseru girang saat diberikan makanan oleh sang ibunda.

"Mei Ting ah-yi bolehkah Jian Ying pergi menengok Ru Yi? Sudah lama Jian Ying tidak melihatnya. Jian Ying rindu juga khawatir padanya,"
Sambil menggoyang kecil tangan Mei Ting, Jian Ying mendongak menatap sang pengasuh dengan mata sendu. Melihat anak-anak itu mengingatkan Jian Ying kepada sosok adiknya yang tengil.

Mei Ting merundukkan kepala menyatukan tatapan dengan Jian Ying, berkata dengan senyum lembut, "Pangeran Ru Yi belum pulih total tapi tidak perlu khawatir. Nanti jika beliau sudah sembuh, anda diperbolehkan bertemu dan bermain lagi dengannya,"

"Mengapa tidak sekarang saja? Kan tinggal berjalan saja ke tempat tinggalnya di paviliun tenggara,"
Timpal Jian Ying mencoba persuasif. Rasa keingintahuannya terhadap keadaan Ru Yi terlalu besar.

"Hmmmn... ibunda anda terlibat masalah yang rumit dengan ibunda Pangeran Ru Yi. Baru saja Ibunda anda terbebas dari masalah tersebut jadi ah-yi mohon Pangeran Mahkota mengerti lah,"
Dan Mei Ting pun membalas lugas. Mei Ting tidak bisa menjelaskan semuanya secara detail kepada Jian Ying. Hanya bisa meminta pengertiannya.

Bersyukur, Jian Ying adalah seseorang yang sangat pengertian. Jian Ying merespons positif dengan mengangguk dan berhenti bertanya lagi.

"Tapi Jian Ying boleh kan bermain dengan mereka?"
Celutuk Jian Ying sesaat meneleng ke arah lain berbinar-binar sambil menunjuk kecil ke arah sang ibunda yang kini sibuk membagikan gulali kepada anak-anak.

"Jian Ying juga mau gulali... mau... mau!!!"
Ceplosnya dengan nada manja.

"Tidak boleh!!!"

Sebelum Mei Ting menjawab, sebuah suara rendah menginterupsi dari arah samping.

Cemberut menggemaskan terbit di bibir Jian Ying melihat kehadiran Kaisar Gaozu yang berjalan mendekat. Dari suaranya yang khas saja, Jian Ying sudah menebak siapa kah itu gerangan?

Cepat-cepat Mei Ting membungkukkan badan dan menekukkan sebelah kaki memberi hormat padanya. Sembari menggigit bibirnya, Mei Ting berdoa dalam hati jika Kaisar Gaozu telah melupakan sikapnya yang lancang malam itu.
Ngeri kalau memikirkan Kaisar Gaozu menghukum para hamba yang melakukan kesalahan.

Sementara Jian Ying tidak peduli, meskipun hanya soal tata krama baginya jika bertemu dengan Kaisar Gaozu maka dirinya harus memberikan hormat seperti yang dilakukan Mei Ting.

"Kau adalah pangeran mahkota Kekaisaran Han yang sangat berharga. Bagaimana bisa kau justru tertarik ingin bermain dengan anak-anak yatim yang asala-usulnya tidak jelas itu?"
Kata Kaisar Gaozu setelah berhenti dan berdiri persis di depan Jian Ying. Kaisar Gaozu tersenyum masam menatap Jian Ying yang selalu saja memberikan ekspresi datar yang terkesan angkuh di setiap kalinya mereka bertatap muka.

Love, Tears & DesireWo Geschichten leben. Entdecke jetzt