Part 81 : Dua Kasus Kematian Mendadak dan Misteri Jian Ying

1.2K 152 88
                                    

Song : Fu Qin ( Ayahanda )

Tengah malam membisu, di balik ranjang berselimut kelambu tipis menerawang, Jian Ying terlelap dalam dekapan hangat Zhi er.

Derai air mata Zhi er tak ada henti-hentinya bercucuran membasahi wajah cantiknya yang terdapat luka sabetan rotan. Hanya ada gurat kesedihan tak terungkapkan meratap sembari mengelus-elus kain kompres yang tertempel di kening Jian Ying. Perasaannya terus membuncah saat melirik luka parah di kedua telapak tangan Jian Ying yang sudah di perban.

Tabib Huang cs yang dipanggil datang untuk menangani keadaan Jian Ying mengatakan Jian Ying kejang-kejang karena trauma berlebihan serta demam yang terlalu tinggi sehingga tubuh Jian Ying yang tidak kuat menahan hawa panas tersebut berkontraksi dahsyat.

Sebentar-sebentar Jian Ying menggigil dalam tidurnya yang tidak pernah tenang. Suhu badan Jian Ying naik drastis pertanda bocah gembul itu mengalami demam tinggi.

Sepertinya Jian Ying dilanda ketakutan dan kesakitan tiada tara dipukul Kaisar Gaozu sampai mengalami kejang-kejang yang sama sekali tidak pernah di alami Jian Ying sejak lahir.
Demi Dewa, selama ini Jian Ying adalah bocah yang sangat sehat, hampir tidak pernah yang namanya sakit apalagi ini kejang-kejang yang menurut para tim medis menjurus symptom penyakit epilepsi.

Tabib Huang juga mengatakan bahwa seiring pertumbuhan Jian Ying kemungkinan penyakit ini pun tidak bisa lepas darinya.

Oh Dewa, epilepsi??? Bagaimana mungkin putera gembul milik Zhi er ini menderita penyakit epilepsi?

Zhi er terus berpikir, sebenarnya dosa apa yang telah dilakukan Jian Ying sampai Kaisar Gaozu begitu marah dan memberikan hukuman berat pada Jian Ying?

Belum juga seminggu tinggal di dalam istana agung Kekaisaran Han, Jian Ying harus melewati masa suram seperti ini? Wahai Dewa, bagaimana ini?
Permulaan hidup baru ini seolah mengulang kembali hari-hari yang dipenuhi kegundahan hati di masa lalu.

"Ibunda...ibunda....."
Jian Ying meracau-racau memanggil Zhi er dalam bentuk lirihan parau. Zhi er terus berusaha menenangkan Jian Ying dengan cara menimang-nimang dan mengayun-ayunkan Jian Ying secara perlahan-lahan.

"Tidurlah, baobei!!! Jian Ying aman bersama dengan Ibunda disini,"
Sebuah kecupan Zhi er mendarat di bibir merah merekah Jian Ying. Hati Zhi er seolah telah remuk melihat penderitaan Jian Ying. Kedua telapak tangannya terluka parah, demam yang tinggi sampai tidur Jian Ying pun tidak lagi nyaman. Dia masih begitu ketakutan.

Kaisar Gaozu dalam balutan pakaian sederhana berjalan masuk. Terdapat pedang emas miliknya yang dipegang Kaisar Gaozu di tangan kanannya.

Kaisar Gaozu menaruh pedang itu di tempat penyangga tak jauh dari pintu lalu perlahan-lahan menghampiri Zhi er dan duduk di samping gadis cantik itu. Tentu saja Kaisar Gaozu diterpa penyesalan mendalam telah khilaf memukuli Jian Ying dengan keras sampai menyebabkan Jian Ying sakit parah secara tiba-tiba.

Sebetulnya Kaisar Gaozu sempat berdebat dengan dirinya sendiri untuk memberanikan diri mendatangi Zhi er atau malah berdiam diri saja karena takut Zhi er akan mencak-mencak jika melihatnya.

Bagaimana ya?? Seandainya Zhi er bisa mengerti kalau dirinya tidak melulu ingin menyakiti Jian Ying, putera semata wayangnya. Di satu sisi Kaisar Gaozu menyayangi Jian Ying namun di satu sisi Kaisar Gaozu tidak bisa menoleransi jika ada yang bersikap kurang ajar padanya meski itu adalah darah dagingnya sendiri.

Love, Tears & DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang