Part 88 : Masalah Besar

1K 85 58
                                    

Song : Because i'm stupid by SS501






Di bawah penerangan lampu di sebuah koridor istana dan angin malam yang berhembus sepoi-sepoi, dua pasang mata itu saling menatap tajam. Dari sorot yang sama-sama menyinarkan sejumlah hawa permusuhan, keduanya seolah-olah tengah berinteraksi hanya melalui kontak mata.

"Apa yang kau lakukan di ruangan pribadi Paduka Kaisar tadi, Lü Mei Ting?"
Suara halus itu melantun begitu sinis nan menyelidik. Dari ekspresi dan pengucapannya yang terkesan frontal, terdapat kecurigaan dari wanita muda itu yang tak lain dan tak bukan adalah Li Yue er, putri Menteri Li dan selir "kesayangan" Kaisar Gaozu.

Sudut bibir Mei Ting berkedut, "Memangnya apa urusannya dengan anda, Li Furen? Sebagai seorang pengasuh Pangeran Mahkota, saya rasa saya tidak wajib untuk melaporkannya kepada anda,"
Sahut Mei Ting tak kalah sinis, menusuk pula.

Sontak Li Yue er mendecih geli mengamati Mei Ting, "peliharaan" Permaisuri Lü yang selalu saja sombong, tak tahu sopan-santun, belagu dan blablabla, menurutnya.

Entah istilah buruk apalagi yang harus Li Yue er hadiahkan pada wanita satu ini? Li Yue er benar-benar heran, mengapa seorang wanita yang hanya berstatus sebagai pengasuh putra Kaisar Gaozu yang setara dengan hamba-hamba lainnya malah berani bersikap lancang?

"Aku adalah selir kesayangan Paduka Kaisar, jadi tentu saja aku berhak untuk menginterogasi seorang hamba rendahan yang bahkan dengan tanpa malunya memasuki ruangan pribadi Paduka Kaisar."
Li Yue er berkata dengan gaya khasnya yang percaya diri dan tak pernah mau mengalah. Putri Menteri Li itu tampak santai dan tenang menghadapi Mei Ting.

"Selir kesayangan???"
Mei Ting terkekeh mengulang dua kata itu, "Apakah tidak berlebihan anda menyebut diri anda sendiri sebagai selir kesayangan bahkan ketika Paduka Kaisar sudah tidak pernah mengunjungi anda selama sebulan ini?"
Sambung Mei Ting masih dengan kekehannya mengejek Li Yue er tanpa sungkan. Bagi Mei Ting, Li Yue er kelewatan percaya diri kali ini. Sungguh dia tidak tahu malu mengaku-aku.

Tak perlu tanya apa reaksi lawan bicara Mei Ting? Li Yue er berdecak kesal menerima cemooh dari Mei Ting yang ibarat anak panah menembus jantungnya. Sesak sekali dada Li Yue er dikatai sebrutal itu oleh seorang wanita yang jauh lebih rendah statusnya daripada dirinya sendiri. Yue er merasa batas kesabarannya sudah kian menipis karena tingkah Mei Ting.

"Jangan mengira kau adalah kakak dari Permaisuri Lü, maka kau boleh seenaknya saja di istana ini."
Suara Li Yue er mulai mengeras, tatapan judesnya mencetak jelas menggertak Mei Ting.

Seandainya saja, Mei Ting tidak dibekingi oleh Permaisuri Lü, Yue er pasti tidak akan menoleransi Mei Ting sejauh ini. Ingin sekali Yue er menampar wajah lawan bicaranya dengan keras sebagai hukuman setimpal untuk Mei Ting.
Tetapi logika Yue er berkata lain, menyuruhnya untuk tetap tenang. Terkadang melawan musuh tidak harus melulu dengan kekerasan.

"Bukannya di istana ini anda dengan ayahanda anda lah yang suka seenaknya saja? Buktinya kalian bahkan dengan lancang menantang Permaisuri Lü untuk maju sebagai peserta turnamen."
Ujar Mei Ting tidak terima dengan tudingan Yue er.

"Bersyukur Dewa memberikan keadilan kepada Permaisuri Lü. Pada akhirnya kalian lah yang dipermalukan oleh kesombongan kalian,"
Lanjut Mei Ting menyemprot frontal Yue er yang seketika mengeraskan wajah pertanda dia tersinggung.

Seandainya saja, Mei Ting tidak dibekingi oleh Permaisuri Lü, Yue er pasti tidak akan menoleransi Mei Ting sejauh ini. Ingin sekali Yue er menampar wajah lawan bicaranya dengan keras sebagai hukuman setimpal untuk Mei Ting.
Tetapi logika Yue er berkata lain. Melawan musuh tidak harus melulu dengan kekerasan.

Yue er menyeringai, "Kau hanya lah sebatas pion bagi Permaisuri Lü jadi aku sarankan lebih baik kau menjaga sikapmu. Permaisuri Lü baik padamu dan kau membalas kebaikannya dengan terus membela-bela dia. Seandainya kelak kalau kau sudah tidak berguna lagi, kau tidak lebih dari sampah yang akan dicampakkan olehnya dengan mudah,"
Katanya menyemprot balik. Terdapat seberkas senyum misterius di akhir perkataannya yang sangat menghina itu.

Love, Tears & DesireWhere stories live. Discover now