Part 93 bagian 2 : Balas Dendam Zhi er

1.2K 143 34
                                    

Song : That Woman ( Ailee )

Terima kasih ya teman-teman pembaca setia Zhi er yang selalu antusias+ memberikan dukungan pada author. Double kiss untuk kalian..😘😘

*******

Sepasang kaki sintal itu bergerak perlahan-lahan menelusuri koridor istana. Siulan angin meliuk-liukkan helaian pakaian Zhi er yang panjang nan tebal. Anak rambutnya yang berkilauan ikut beterbangan disapa angin tak berbahasa.
Tak ada ekspresi berarti yang terpampang di wajah cantik itu. Dingin, sendu, begitu murung. Yang dirasakan Zhi er hanyalah kesedihan akan nasip tragis janinnya. Ini sungguh berat untuk dilalui. Demi Dewa, jika kalian adalah seorang ibu yang memiliki anak maka kalian pasti memahami bagaimana sakitnya batin Zhi er saat ini?

"Dimana Jian Ying???"
Zhi er bertanya pada Mei Ting yang berjalan dibelakangnya.
Beberapa pengawal yang berjaga di sekeliling membungkukkan badan saat Zhi er lewat.

"Tadi siang sehabis pulang dari sekolah Pangeran Mahkota bermain bersama Pangeran Ning,"
Adalah jawaban Mei Ting yang seketika menginterupsi langkah Zhi er.

Zhi er terhenyak, menoleh ke belakang, "Pangeran Ning???" Cicitnya dengan wajah kebingungan. Zhi er heran, apakah indera pendengarannya yang salah menangkap ataukah Mei Ting salah menyebut nama? Bagaimana mungkin Pangeran Ning bisa berada di istana agung Kekaisaran Han?

"Yaaa... Pangeran Ning, Permaisuri," angguk Mei Ting tersenyum tipis, "Pangeran Ning berkunjung ke istana ini tepat pada hari anda tertimpa bencana," lanjutnya menjelaskan.

"Memangnya ada urusan apa Pangeran Ning berkunjung kemari?" Tanya Zhi er semakin kebingungan. Ada sirat tak percaya di manik matanya. Zhi er pernah tinggal di Kerajaan Silla, jadi ia tahu persis musim dingin di sana kini memasuki fase paling ekstrem dalam kurun waktu pertengahan bulan dua belas. Di antara Kerajaan Silla sampai Kekaisaran Han, terbentang Laut Kuning yang luas yang sudah pasti bakal ikut terkena efek dari cuaca, ombak besar dan angin badai.

"Ibunda....ibundaaaaaa....."
Dari kejauhan, seorang anak kecil berseru nyaring. Suara manja yang mampu menghangatkan hati Zhi er yang dipenuhi kekosongan.

Zhi er meluruskan kepala, mencari sumber suara itu. Senyum simpul terpantri di bibir delima Zhi er melihat Jian Ying berlari kencang menghamburkan diri padanya.

Kedua tangan Zhi er merentang lebar, badannya sedikit membungkuk menyambut Jian Ying dalam pangkuan.
"Ibunda.... Ibunda sudah bangun?" Jian Ying menempelkan badan memeluk sang ibunda erat, "Jian Ying sangat sangat mengkhawatirkan ibunda," serunya lagi sungguh-sungguh.

Zhi er meraih tubuh mungil Jian Ying, menggendongnya dengan hangat. Jian Ying mengulurkan kedua tangannya menangkup rahang Zhi er, "Lihat!!! Ibunda jadi kurus dan kusut. Cepat-cepatlah sembuh, ibunda. Jian Ying sedih jika ibunda sakit,"
Wajah imut Jian Ying meredup sedih memindai paras sang ibunda yang bagai bulan kesiangan tampak masih pucat.

Perhatian dan ketulusan yang dipersembahkan Jian Ying menggugah hati Zhi er. Kelopak mata Zhi er berkilat dengan air mata haru. Di tengah keadaan terpuruk, Jian Ying ibarat lampu lilin yang menerangi Zhi er dalam kegelapan pekat.

Zhi er berterima kasih pada Dewa. Meskipun ia harus kehilangan janinnya, tetapi kehangatan Jian Ying memberitahu Zhi er bahwa Zhi er masih memiliki seorang putra yang sangat menyayanginya.

"Meow...Meow!!!"
Keharuan diantara Zhi er dan Jian Ying terpecah ketika suara meong terdengar. Keduanya menunduk tersenyum geli menyadari kucing hitam milik Jian Ying menggesek-gesekkan tubuh di kaki Zhi er.

Love, Tears & DesireWhere stories live. Discover now