Part 49 : Pertemuan Di Kota Shangjing ( Bagian 1 )

1.3K 109 96
                                    

Song : 我们在改变 ( Wo Men Zai Gai Bian = We are Changing ) by Vision Wei Chen

***********************************************
Note :
王府 ( Wangfu ) = Kediaman para pangeran yang mendapat gelar Raja.

**********************************************
Jika cinta adalah jawabannya, dapatkah mereka mengabaikan pertanyaannya???




Musim gugur tak terasa telah pamit berakhir meninggalkan jejak pada puing-puing waktu. Malam itu ada desau bergelayut gemercik bernada melodius di kepung pekatnya kegelapan.

Pengulangan perubahan iklim historis mikro yang menerpa Zhong Yuan layaknya sebuah hubungan asmara yang terkadang hangat, terkadang dingin terkadang berbunga-bunga namun terkadang penuh tangisan derai air mata.

Ada sebagian orang menyukai musim dingin yang datang pada penghujung tahun menanti penuh suka cita butiran uap air berwarna putih bagaikan kapas yang membeku di udara dan jatuh ke bumi akibat temperatur udara berada di bawah titik beku.

Tanah berubah warna, atap-atap rumah tak lagi terdedah, pohon-pohon yang diam membeku berselimutkan salju menenangkan lingkungan memberi jeda waktu untuk berkontemplasi.

Namun tak jarang sebagian orang tidak sama sekali menyukai musim akhir tahun sebab efek cuaca yang mendera tak hanya membuat segala kegiatan menjadi sulit namun mereka memandang musim salju itu sebagai periode yang menyedihkan dimana hari siang menjadi murung dengan malam yang suram tanpa suara keberisikan serangga dan hewan jinak lainnya yang merenjeng lidah sahut menyahut mengelilingi rumah bahkan terkadang hujan datang beriringan tiada henti sampai pagi menyambut.
Terkesan seperti sebuah musim dimana bumi akan segera mendekati kematian.

Hari ini tepat pada "Wu Shi", Yu Huang Da Di atau Dewa Agung Yang Mulia Kaisar Giok, Dewata tertinggi menurunkan salju pertama dari peraduannya di langit kayangan ke tiga puluh tiga terhembus terbang menukik menembus atmosfer menyapa gumpalan awan tebal yang menghitam dan mendarat dekat jendela sebuah puri indah.

Butiran demi butiran benda halus kecil berwarna putih suci itu sulur bulur mengembus-embus indah di tengah cuaca dingin membeku. Pohon-pohon telah menjadi gundul tanpa dedaunan satu pun juga yang dirampas pergi oleh sambur limbur suhu yang menerpa.

Semakin lama angin ekor duyung melanda, angin yang bertiup dari berbagai arah kian tak menentu menemani semilir salju yang terus turun bergulung-gulung menghantam bumi.

Pagi hari meninggalkan bekas embun di pohon, tanah dan genteng rumah serta di kaca jendela memburamkan pandangan mata dari dalam gedung untuk mengintip keluar ke sekeliling.

Saat hembusan nafas hangat menyapa permukaan kaca, meninggalkan bayangan kehidupan melelehkan citra.

Bintang merah pemberi kehidupan yakni sang mentari tetap rajin menyapa setiap pagi menyambut hari-hari yang terus silih berganti melumerkan sedikit demi sedikit, selapis demi selapis selumut salju tebal hingga menimbulkan suara gemercak seperti sebuah musik alami yang kadang kala bermelodi indah menggoda indera pendengaran menikmati dalam kesyahduan.

Adalah Kota Shang Jing, Ibukota Kerajaan Liao, ( sekarang Kota Shen Yang, provinsi Liaoning ) ini merupakan bagian dari selatan timur laut Zhong Yuan, salah satu wilayah dengan suhu di bawah nol derajat di kala musim dingin beriringan dengan salju yang bercampur kristal es yang terkadang membadai di terbangkan angin dan membuat penglihatan terhalang, ada pula beberapa saat jalan raya sampai tertutup berselimut butiran salju yang menumpuk menjadi salju layang di permukaan bumi.

Love, Tears & DesireDove le storie prendono vita. Scoprilo ora