Part 61 : Awal Mula Kekejaman Zhi er beserta Malapetaka di Istana

1.9K 123 238
                                    

Tiga hari setelahnya............




Cuaca hari ini sedikit suram, awan hitam membentuk gumpalan berkesinambungan mengepul di langit mendung. Semilir salju beterbangan melayang-layang di udara terbawa angin berkesiur bagai siul seruling mensiut-siut lembut.
Sudah dua hari langit menjatuhkan salju putih di atas daratan permukaan bumi, memutihkan seluruh halaman luas pangkalan militer Kerajaan Han di Kota Changxi beserta atap gedung dan pepohonan gundul berpayung butiran salju yang indah dipandang mata.

Pertempuran di Kota Jinan, Kerajaan Han akhirnya teratasi setelah Liu Bang memberi perintah darurat kepada Jenderal Zhang Liang beserta pasukan prajuritnya yang mencapai angka lima ribu personel pasukan elit batalion satu memerangi pasukan Kekaisaran Qin.

Jenderal Zhang Liang terbukti adalah jenderal paling tangguh milik Kerajaan Han setelah Han Xin, dalam waktu singkat pria itu mampu membalas perlakuan musuh, membantai tanpa mengenal belas kasihan dan kemudian berhasil menghalau prajurit Qin mundur kembali ke Kota Shanfu.

Tetapi nasi sudah jadi bubur, sebagian kecil keadaan Kota Jinan terlanjur sudah hancur berantakan di keroyok pasukan prajurit Qin yang selalu saja sangat berangasan dalam berperang. Serius, sejarah mencatat dari sejak Qin Shi Huang berkuasa Kekaisaran Qin memang terkenal kekejamannya dalam menundukkan musuhnya, jenderal dan panglima perang Qin tak satu pun yang bisa di ajak berdiplomasi. Mereka hanya berbicara melalui pedang, meriam dan bom, persis mirip iblis dari neraka jahanam yang lolos keluar dari tahanan.

Liu Bang telah menurunkan titah ke seluruh negeri Han untuk berkabung selama tujuh hari demi mengenang beribu-ribu personel prajurit yang gugur di medan pertempuran dan warga sipil yang ikut menjadi korban amukan kekejaman pasukan prajurit Qin. Semua orang di haruskan memakai pakaian hitam atau putih. Yang wanita wajib mengikat rambut dengan jepitan putih tanpa boleh memakai polesan dandanan sedikit pun juga selama empat puluh sembilan hari termasuk
Zhi er sendiri yang justru harus menjadi teladan dalam menghormati arwah para prajurit.

Kala itu, Zhi er mengenakan sehelai hanfu berwarna hitam pekat dengan jubah tebal berbahan wol, berwarna putih. Rambutnya hanya di gerai dengan jepitan berbentuk bunga plum bertahtakan batu akik putih di atas kuping kirinya, wajah cantiknya polos sederhana apa adanya tetapi tetap terlihat menawan dan imut.

Zhi er berjalan santai di koridor semi terbuka bagian depan di temani para pengawal dan dua dayang pendamping.

Tiga hari sebelumnya, pagi-pagi buta sebelum matahari terbit Liu Bang sudah berpamitan meninggalkan Kota Changxi untuk ke Kota Changle mencari tahu kabar pasukan prajurit yang dipimpin Han Xin dan Xiao He. Mereka tak kunjung pulang-pulang menampakkan batang hidungnya setelah titah Liu Bang di keluarkan.

Terhitung hari ini berarti sudah enam hari sejak titah itu dikirim tetapi keberadaan mereka menjadi misterius ketika para prajurit departemen perhubungan tidak sama sekali menerima surat atau laporan dari kedua jendral muda itu. Mengkhawatirkan!!!! Kabar dari Kota Luoyang dan komunikasi dua pihak terputus begitu saja.

Memikirkan keadaan yang sepertinya rada aneh dan pelik, Zhi er menaruh kebimbangan terhadap nasib lima ribu pemuda gagah itu terutama Xiao He, salah satu orang terdekat Zhi er selama ini. Di tengah-tengah situasi perang, segala kemungkinan bisa terjadi, hidup atau mati tidak ada yang bisa memprediksi.

Sebelum Liu Bang berangkat meninggalkan Zhi er seorang diri di sana, sebuah titah di keluarkan. Isinya adalah memberikan amanat kepada Zhi er sebagai orang paling berkuasa di pangkalan militer Kota Changxi sepeninggal dirinya dan mengaruniainya sebuah plat kekuasaan. Stempel yang terbuat dari emas berbentuk persegi dan berukirkan naga itu memiliki kekuatan yang tidak main-main. Semua orang wajib tunduk pada Zhi er seperti mereka tunduk kepada perintah Liu Bang.

Love, Tears & DesireWhere stories live. Discover now