Part 79 : Babak Baru Pertarungan Harem Istana

1.5K 126 99
                                    


Tak berapa lama kemudian, sampailah Zhi er ke paviliun timur yang kini berubah drastis menjadi sebuah area istana yang gilang-gemilang dengan semburat cahaya emas. Istana ini di kelilingi hamparan halaman luas yang terawat dan pemandangan alam yang indah sungguh menyejukkan hati.

Baru saja Kekaisaran Han berdiri tak lebih dari setahun, istana Han yang dulu sudah di rekonstruksi secara besar-besaran membuat Zhi er terkagum-kagum menilai betapa berlimpahnya negeri Han yang sudah bertransformasi menjadi sebuah dinasti besar yang makmur dan damai saat ini.

Saat sudah mencapai gerbang aula utama, Mei Ting mengambil alih menggendong Jian Ying saat Kasim Zheng mempersilahkan Zhi er untuk memasuki ruangan megah itu.

Kelima selir Kaisar Gaozu menoleh saat mendengarkan derit pintu gerbang yang terbuka. Tanpa perlu aba-aba, mereka semua bersujud memberi penghormatan kepada sang permaisuri baru.

Aula besar di paviliun timur ini dibangun lebih besar dan tentunya tak kalah megah jika dibandingkan dengan aula utama singgasana milik Kaisar Gaozu.

Jika dulu sebagai seorang ratu, Zhi er tidak memiliki singgasana namun kini sebagai seorang permaisuri tersohor, Zhi er akan menjadi penguasa harem yang juga memiliki tahta singgasana.

Terletak di tengah-tengah ujung aula, panggung singgasana yang di desain khusus untuk seorang permaisuri atau penguasa harem ini ukurannya bisa dibilang besar dengan hanya memiliki tiga undakan tangga kecil yang menjadi penyambung antara lantai dengan panggung.

Latar dari singgasana adalah seni seekor burung phoenix raksasa yang mengibarkan sayapnya secara sempurna. Terbuat dari beton berlapis emas kuning bercampur giok dan bebatuan langka dari seluruh dunia.
Terdapat satu set meja dan kursi yang terbuat dari kayu jati di cat warna cokelat tua.

Tahta singgasana bernuansa feminim ini hanya boleh diduduki oleh seorang permaisuri saja. Wanita-wanita Kaisar yang hanya berstatus selir dilarang keras duduk di sana atau bahkan hanya sekedar menaiki singgasana tersebut pun tidak diperbolehkan.

Perlahan-lahan Zhi er berjalan menelusuri karpet merah yang tersambung sampai ke undakan tangga singgasana yang berkilauan mengeluarkan semburat logam mulia dari berbagai sudut. Diam-diam, Zhi er mengagumi tempat agung penguasa harem istana yang dibangun oleh Kaisar Gaozu untuk seorang permaisuri. Manik mata sipit yang indah itu bersinar-sinar memandingi setiap detail dari latar singgsana yang terlihat epik.

Akan lebih epik lagi jika latar itu adalah seekor naga, bukan burung phoenix tetapi sayangnya hukum kekaisaran hanya memperbolehkan seorang kaisar yang memiliki ciri khas seekor naga. Seandainya saja aku bisa mengubah semuanya kelak......
Begitu Zhi er berpikir dalam benaknya.

Pakaian yang dikenakan Zhi er sangat menonjol jika dibandingkan dengan pakaian milik selir yang lebih sederhana tanpa aksen merah ataupun mahkota khas seorang ratu yang hanya dimiliki oleh Zhi er. Namun manik-manik kristal itu telah dicopot demi alasan kenyamanan.

Saat sudah mencapai barisan selir-selir itu, Zhi er menyeringai saat melihat Qi Yi yang kini mau tidak mau harus bersujud padanya. Menyenangkan memang memiliki kedudukan di dalam istana ini karena orang-orang yang memusuhi Zhi er pun bahkan harus bertekuk lutut padanya.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah Kekaisaran Han, Zhi er melayangkan bokong semoknya di atas kursi kebesaran yang empuk menyilangkan kaki dan menegakkan badan agar terlihat elegan di hadapan wanita-wanita milik Kaisar Gaozu yang lain.

Love, Tears & DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang