Chapter 3. My Rich Master

17.3K 1K 59
                                    

Pagi hari di lapas, Tania sedang melaporkan kejadian yang ia alami semalam. Ia mendatangi ruangan atasannya, dan mengatakan bahwa dirinya sudah diancam oleh salah satu tahanan di sel nomor 19.

"Marcel? dia yang ngancem kamu?"

"Iya pak, Marcel, dia bilang dia bakal menyalahgunakan foto-foto saya, dia juga udah nemuin alamat rumah saya."

"Kenapa dia bisa tau alamat rumahmu?"

Tania menelan ludahnya. "I-itu.. waktu itu saya pinjemin hp saya ke dia pak."

"Hah? kamu pinjemin ponsel kamu ke tahanan??"

Tania mengerjap panik. Pada saat itu ia terlalu lugu dan mengira Marcel benar-benar membutuhkan bantuannya.

"W-waktu itu.. s-saya.."

"Mbak Tania, lebih baik anda balik ke ruangan, kerja."

"Tapi pak-"

"Saya bisa laporin anda ke pusat karena udah ngasih pinjem hp ke tahanan yang jelas-jelas gak boleh make hp, anda bisa dipecat."

Tania membulatkan kedua matanya. Ia menelan ludahnya, tak tahu harus berkata apa.

Akhirnya dengan pasrah, Taniapun menyerah. Ia datang kesini untuk melaporkan dirinya yang mendapat ancaman, namun justru pulang dengan ancaman baru di pikirannya.

Sepertinya Tania memang harus maju dan menghadapi laki-laki itu. Ia harus bisa melindungi dirinya sendiri sekarang.

***

Siang hari di lapas, para tahanan sedang menjalani tugas mereka masing-masing sesuai jadwal. Ada yang bagian menyapu lapangan, memotongi tumbuhan liar di kebun, juga membantu menyelesaikan pengerjaan bangunan di lapas yang belum selesai.

Pada awalnya, keempat orang tahanan dari sel nomor 19 ditugaskan untuk menyapu lapangan, namun salah satu sipir memindahkan Marcel ke bagian angkat berat di pengerjaan bangunan. Mungkin karena tubuh Marcel yang terlihat kekar hingga cocok untuk kerja berat.

Marcel tidak mengeluh. Ia kini sudah mulai memindahkan batu serta semen yang diperlukan di pembangunan itu. Hitung-hitung ini adalah bagian dari olahraganya.

Sementara itu di lapangan, ketiga anggota sel 19 menyapu sambil berbincang.

"Padahal bos bisa nyogok sipir biar gak usah disuruh kerja, tapi kok mau?"

"Mungkin dia gabut gaktau mau ngapain, jadi ngikut aja."

"Bener bener."

Ketiga anggota sel itu memang sudah mengetahui siapa Marcel, itulah kenapa mereka heran melihat laki-laki itu yang mau ikut bekerja bersama napi lainnya.

Flashback dimulai.

Marcel dan ketiga napi di dalam sel 19 sedang duduk melingkar. Marcel yang meminta mereka untuk berkumpul.

"Sekarang kenalin diri kalian satu-satu, nama, umur, dan kenapa ada disini, gua mau tau," ucap Marcel.

Ketiga napi itu menelan ludah. Mereka tidak berniat melawan karena masih ingat bagaimana Marcel menghajar mereka habis-habisan.

"Nama gua Adi, umur dua puluh tiga, disini karena ketauan bobol ATM."

Marcel mengangguk-angguk. Ia menengok ke anggota sel lainnya.

"Nama gua Bani, umur gua dua puluh satu, gua dipenjara gara-gara malak orang."

"Nama gua Cahyo, umur dua puluh tiga, gua dipenjara karna nyuri hape."

I'm in Love with a VillainWhere stories live. Discover now