Chapter 75. Persidangan (part 2)

3.8K 512 22
                                    

"Malem itu, saya dateng ke rumah Tania, karena saya tau tante Rani lagi kurang sehat, jadi saya dateng untuk jenguk."

"Tapi pas saya dateng, saya agak bingung, soalnya pintu rumah gak ketutup, saya ketok dan manggilpun gak ada yang nyahut."

"Terus saya liat di ruang tamu, ada kertas geletak, dan kebetulan posisinya ngadep atas, jadi saya bisa ngintip sedikit dari jauh isinya apa."

"Saya panik karena saya liat ada foto yang keliatan aneh, makanya saya lancangin diri masuk ke dalem rumah untuk liat foto itu lebih deket, saya kaget banget karena dalam pikiran saya waktu itu, itu foto Tania yang lagi diiket dengan kondisi berdarah-darah, saya beneran panik, apalagi setelah baca tulisannya."

"Akhirnya, saya telfon polisi, saya telfon ambulans juga karena di bayangan saya, Tania udah pasti butuh pertolongan."

Saat ini, salah seorang saksi sedang memberikan kesaksiannya, dan menjelaskan kronologi yang ia alami ketika hari itu terjadi. Saksi itu adalah Angga, rekan kerja Tania di kantor.

Angga sesungguhnya sudah pernah menceritakan soal ini ketika dirinya di interogasi di kantor kepolisian, namun ia kembali menceritakannya di persidangan, di hadapan hakim dan jaksa untuk menentukan.

Mereka yang berwenang sedang berdiskusi di depan. Mereka tak bertanya lebih lanjut mengenai itu, sebab Angga sudah terbukti tidak berperan dalam semua ini selain karena ketidaksengajaan.

"Apa saudara Angga kenal dengan Marcel sebelumnya?"

Angga segera menggeleng. "Enggak pak, saya gak kenal," jawabnya.

"Apa saudara Angga kenal dengan Selena?"

"Enggak kenal juga, dalam kasus ini saya cuma kenal sama Tania dan kedua orangtuanya," jawab Angga.

"Baik kalau gitu, untuk sekarang saudara Angga sudah bisa duduk kembali di kursi."

Angga mengangguk. Ia akhirnya turun dari podium dimana dirinya memberikan kesaksian, dan kembali ke kursinya.

Sementara di beberapa kursi belakang Angga, Tania kini sedang duduk dengan gugup. Ia sudah begitu gugup sejak persidangan ini berlangsung, yaitu sekitar dua jam yang lalu.

Tadi, Marcel sudah menjelaskan duluan, bagaimana kronologi kejadian malam itu menurut perspektifnya.

Mengejutkan Tania, ternyata Marcel diberi kabar oleh Selena sendiri malam itu, untuk datang ke ruang bawah tanah dimana Selena menyekap orangtua Tania.

Hal tersebut sempat membuat bingung para hadirin, serta hakim dan jaksa, sebab tidak masuk akal jika Marcel mengatakan bahwa Selena yang menciptakan semua kekacauan itu, dan Selena juga yang mengundang Marcel kesana.

Namun Marcel menjawab dengan kalimat yang membuat kedua orangtua Selena marah, yaitu bahwa Selena memang memiliki kelainan jiwa dan obsesi berlebih padanya sejak dulu.

Orangtua Selena tak terima, namun Marcel mengatakan ia tak memiliki penjelasan lain, namun ia memiliki bukti berupa pesan yang dikirim Selena malam itu, dimana perempuan itu meminta Marcel untuk datang ke ruang bawah tanah yang ia maksud.

Tania menelan ludahnya. Ia menyadari bahwa persidangan ini sudah mulai terasa panas, dan setelah ini, waktunya sang ibu yang maju dan memberikan kesaksiannya.

Tania memegang tangan ibunya ketika namanya dipanggil ke depan. Ranipun mengangguk, mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Kini Rani berjalan ke arah depan. Ia berdiri di podium, dan di depan sebuah mic yang menyala.

"Silahkan, ibu Rani."

Rani mengangguk. Ia kini mulai menceritakan tentang apa yang terjadi malam itu, dimulai dari ketika ada seseorang yang datang ke rumahnya, dan memberikan kertas berisi foto yang ia kira sebagai puterinya, serta tulisan bernada ancaman di dalamnya.

I'm in Love with a VillainWhere stories live. Discover now