Chapter 35. Jangan Terlalu Nyaman

9.2K 939 48
                                    

Saat ini, Marcel dan Tania sudah berada di salah satu wahana paling banyak diminati di pasar malam yang mereka datangi, yaitu bianglala.

Keduanya duduk bersampingan. Di depan mereka, ada seorang ibu dan anak yang duduk bersama.

Anak perempuan yang sepertinya masih berusia lima tahun itu banyak bertanya pada sang ibu. Ia begitu penasaran bagaimana cara bianglala ini bergerak sehingga mereka bisa berada di atas.

Sang ibupun menjelaskan dengan lembut dan sabar. Tania yang melihatnya sampai tak kuasa tersenyum.

"Ibu! gendong! aku gak keliatan!" ucap anak itu merengek pada sang ibu.

"Aduh, iya iya tunggu." Ibu tersebut terlihat bingung. Ia kini meletakkan tas ransel yang ia pangku ke bawah.

Ketika ibu tersebut hendak menggendong anaknya yang tubuhnya sudah cukup besar, ia terhenti karena mendengar suara laki-laki.

"Sini."

Tania tersentak. Ia menengok ke samping menatap Marcel yang berucap.

Anak perempuan itu justru semakin menempel kepada ibunya. Ia menatap Marcel dengan takut.

Marcel berdecak pelan. Padahal ia berniat baik. Apakah wajahnya terlihat menyeramkan?

"Gakpapa dek, om ini baik kok."

Tania kini yang berucap. Ia menurunkan sedikit kepalanya menatap anak perempuan itu.

"Dia gak galak, gak gigit juga," ucap Tania tersenyum dengan ramah.

Anak itupun kembali menatap Marcel dengan ragu.

"Boleh bu?" tanya Tania meminta izin pada ibu dari sang anak.

"Ah? b-boleh, maaf ya ngerepotin."

Marcel akhirnya meraih pinggang anak perempuan itu dan menggendongnya. Anak itu langsung berpegangan dan melingkarkan tangannya di leher Marcel, seperti memeluknya.

"Wah.." Wajah anak itu kini berbinar. Ia akhirnya dapat melihat pemandangan pasar malam yang ramai dan sekitarnya.

Sementara Tania yang berada disamping, kini tak kuasa tersenyum.

Entah kenapa, pemandangan ini benar-benar luar biasa. Tania tak menyangka akan melihatnya.

Anak perempuan di pelukan Marcel sedang menunjuk-nunjuk ke arah pemandangan di luar sana. Ia berucap dengan semangat seolah meminta Marcel melihat ke arah yang ditunjuknya.

Marcel melihat dengan malas, namun tetap ia lakukan untuk anak itu. Ia bahkan diam saja ketika rambut anak itu mengenai wajahnya karena angin yang menerpa.

Tania semakin tersenyum. Bukankah ini terlalu manis?

Jika Tania mengingat bagaimana dulu ia bertemu Marcel, ia tak akan pernah membayangkan hal seperti ini akan ia lihat seumur hidupnya.

"Maaf ya, anak saya jadi ngerepotin."

Tania kini kembali menatap depan. Ia melihat ibu yang duduk dan terlihat tak enak hati.

"Enggak kok bu," jawab Tania.

Perempuan itu tersenyum. Ia menatap puterinya yang kini masih berada di gendongan Marcel.

"Padahal dia udah gede, udah berat digendong."

"Enggak bu, buat dia mah enteng," jawab Tania menunjuk Marcel.

Tania dan perempuan itu sama-sama tersenyum. Hingga perempuan itu kini menghela nafasnya pelan.

"Saya gak ada suami, jadi anak saya masih suka takut kalo deket sama laki-laki dewasa, mungkin gak biasa," tutur perempuan itu.

I'm in Love with a VillainWhere stories live. Discover now