Chapter 42. Jangan Marah

7.3K 801 28
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, saat ini, seorang tahanan baru saja masuk ke dalam ruangan sel dimana dirinya seharusnya berada.

Marcel duduk dan menghela nafasnya panjang. Ia banyak merenung sedari tadi.

"Bos? tumben udah balik?"

Salah seorang tahanan yang juga berada di dalam sel bernama Adi, menghampiri Marcel dan bertanya. Tahanan itu terlihat bingung karena biasanya, Marcel baru akan kembali ketika tengah malam.

"Iya," jawab Marcel, tak menjelaskan lebih lanjut.

"Lo liat hp gua dimana?" tanya Marcel.

"Dibawah kasur, tadi sempet ada sidak tapi untung aja gak ketauan," jawab Adi.

Marcel mengangguk-angguk. Kini iapun mengambil ponsel kecil tersebut, ponsel yang ia selundupkan untuk berkomunikasi dengan orang-orang tertentu dari dalam sel penjara.

***

Sementara itu di dalam sebuah taksi online yang berjalan memasuki area pemukiman, Tania sedari tadi berusaha keras untuk tidak menangis. Ia terus mengusap airmatanya yang berjatuhan.

Gadis itu terdiam. Ia hanya terdiam menatap ke jalanan di luar.

Rasanya menyakitkan. Setelah hampir satu jam menunggu di bangku mall itu, Marcel tak kunjung kembali menghampirinya. Tania juga sudah sempat melihat ke parkiran, dan mobil Marcel sudah tidak ada disana.

Marcel pasti sudah pergi, maka dari itu Tania memutuskan untuk pulang sendiri.

Tania menelan ludahnya. Apakah hal seperti ini akan sering terjadi? apakah Tania harus terbiasa dengannya?

"Udah sampe mbak."

Tania tersadar dari lamunannya. Ia langsung bersiap dan turun dari taksi online tersebut.

"Makasih pak," ucap Tania.

Kini gadis itu berjalan ke arah rumahnya. Ia masuk ke dalam dan langsung menuju ke kamarnya.

Tania menghempaskan dirinya di atas kasur, menatap langit-langit. Tania sampai tidak tahu apakah hari ini adalah hari yang sangat menyenangkan, atau sangat menyedihkan.

Manghabiskan waktu bersama Marcel, menonton film, makan, dan lain sebagainya merupakan hal yang menyenangkan. Tapi kenapa harus ada rintangan setelahnya?

Tanua menelan ludah. Andai saja ia tidak gegabah membeli tiket menonton film itu, mungkin sekarang dirinya dan Marcel masih bisa menghabiskan waktu bersama di taman yang indah, atau di pasar malam.

Marcel benar. Mall bukanlah tempat yang sesuai untuk mereka. Polisi-polisi itu pasti datang memeriksa, karena banyak kamera dan CCTV disana, benar kan? batin Tania.

Kini Tania menghela nafasnya pelan. Tania tidak bisa berbohong. Ditinggal begitu saja oleh Marcel, rasanya menyakitkan.

Namun disaat yang sama, Tania tak mau mengeluh, sebab Marcel juga pasti tak menginginkan semua ini. Ia juga pasti sangat tersentak dan khawatir akan semua ini.

Kini Taniapun hanya bisa memejamkan matanya, dan bersuaha menenangkan dirinya. Tania akan bertemu lagi dengan Marcel esok hari, jadi tak ada yang perlu dikhawatirkan, batinnya.

Seketika kedua mata Tania membulat. Ia baru ingat bahwa besok adalah hari Minggu, yang artinya, Tania tidak masuk kerja.

"Hah.." Tania berguling dan menenggelamkan wajahnya di bantal.

Tania harus menunggu sampai hari Senin untuk bisa bertemu laki-laki itu. Rasanya terlalu lama.

Drrt drrt

I'm in Love with a VillainWhere stories live. Discover now