Chapter 43. Can't be Mad at You (17+)

9.6K 816 39
                                    

"Marcel, maaf, aku dulu pernah ngomongin kamu sama kak Nando."

Saat ini, Tania masih berada di bangunan kosong yang ada di lapas tempat ia bekerja. Tania duduk di sofa panjang bersama laki-laki yang akhir-akhir ini memenuhi pikirannya, Marcel.

Tania baru saja mengatakan sejujurnya bahwa dirinya sudah pernah mengungkit soal Marcel pada Fernando. Meskipun Tania takut, ia tetap harus mengakuinya.

"Jadi Fernando udah tau tentang aku?" tanya Marcel yang duduk di sampingnya.

Tania mengangguk. "Waktu itu, hubungan aku sama kak Nando masih baik-baik aja, jadi aku gak ragu ceritain tentang kamu ke dia."

Marcel kini terdiam berpikir. Kini dugaannya bahwa Fernando adalah dalang dari pengejarannya di mall saat itu, semakin kuat.

Tapi satu hal yang Marcel tak mengerti, pada saat itu, Tania ada bersamanya. Jika Fernando memang berniat menangkap Marcel, lalu kenapa ia melakukannya ketika Marcel sedang bersama Tania?

Tak sadarkah laki-laki itu jika Tania juga bisa ikut terseret dalam semua ini? tak sadarkah ia bahwa Tania bisa kehilangan pekerjaan, bahkan dipenjara jika ketahuan bersama Marcel?

Atau mungkinkah, Fernando menyadari sepenuhnya dan tidak peduli? mungkinkah ia memang ingin menjebak Tania juga?

"Marcel?"

Marcel yang merenung kini tersadar. Ia menatap Tania yang menatapnya dengan wajah yang sedih.

"Maafin aku, aku seharusnya gak seenteng itu ngomongin kamu waktu itu," ucap Tania, merasa bersalah pada laki-laki ini.

Marcel yang mendengar itu kini menghela nafasnya. "Gakpapa, lagian wajar kan kalian emang pacaran waktu itu," ucapnya.

"Kamu gak marah?" tanya Tania.

Marcel tersenyum. Ia tiba-tiba mendekat dan mengecup kening Tania dengan lembut.

"Aku gak akan bisa marah sama kamu, Tania," bisik Marcel pelan.

Kini kedua insan itu saling menatap. Jantung mereka sama-sama berdetak kencang.

Perlahan senyuman tersungging di bibir Tania. Ia lega dan senang Marcel tidak marah ataupun kecewa padanya.

"Dua minggu," ucap Marcel.

"Hah?" sahut Tania bingung.

"Setelah kejadian kemarin, aku mutusin untuk gak keluar-keluar dulu dari lapas sampe dua minggu ke depan, aku mau mastiin kalo semuanya baik-baik aja dan yang kemarin itu cuma kebetulan, sebelum bisa keluar lagi."

"Aku juga gak bakal kesini dulu kaya biasanya, aku bakal anteng dulu di dalem sel sampe dua minggu ke depan."

Tania mengerjap. Itu artinya, mereka berdua hanya akan bertemu di dalam ruang jaga, dan dibatasi jeruji besi, selama dua minggu ke depan?

"Kamu gakpapa kan?" tanya Marcel.

Tania terdiam sesaat. Gadis itu mengangguk.

"Iya, gakpapa," jawab Tania, meskipun sesungguhnya merasa cukup berat.

Tapi jika itu memang yang terbaik untuk Marcel, maka Tania akan menurutinya. Ia tidak akan bersikap egois.

Kini Tania melihat Marcel yang kembali mendekatkan wajahnya dan memberikan kecupan lembut di bibirnya.

Hanya sebentar hingga laki-laki itu melepasnya.

"Nanti kalo udah dua minggu, aku mau ngajak kamu kencan di taman."

Dua mata Tania seketika membulat, gadis itu tak kuasa. Ia mengangguk dengan semangat.

"Mau!" ucapnya, membuat Marcel tersenyum.

I'm in Love with a VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang