Chapter 37. You're the One I love

8.7K 988 68
                                    

Sore itu, seorang gadis baru saja sampai di rumahnya. Ia turun dari motor yang ia kendarai kemudian masuk ke dalam rumah.

"Udah pulang Tania?"

Tania melihat di ruang tamu, ibunya sedang duduk sambil melipat pakaian.

"Udah bu," jawab Tania.

"Yaudah mandi dulu sana, habis itu makan kue, tadi ibu beli," ucap Rani.

"Iya bu, Tania rebahan dulu sebentar," jawab Tania kemudian berjalan memasuki kamarnya.

Tania meletakkan tas kerjanya, kemudian ia melepas seragam sipirnya. Setelah hanya mengenakan pakaian dalam, Tania kini berbaring di atas kasur dan menatap langit-langit kamar.

"Aku udah gak suka lagi sama kamu, Tania, jadi sekarang kamu udah bebas."

Tania menelan ludah. Tadi, ketika Marcel mengucapkan hal itu padanya di bangunan kosong, Tania terlalu bingung dan tersentak hingga tak memberikan reaksi. Marcelpun berjalan kembali ke selnya.

Sepanjang perjalanan pulang, Tania berpikir keras karena ucapan Marcel.

Seharusnya Tania senang bukan? Marcel bahkan mengatakan bahwa Tania sudah bebas darinya sekarang. Tania tak terikat hubungan apa-apa lagi dengannya.

Akan tetapi..

"Aku udah gak suka lagi sama kamu, Tania."

Deg.

Jantung Tania kembali berdetak kencang. Begitu kencang hingga Tania memegang dadanya sendiri.

Marcel bercanda kan? batin Tania dalam hati.

Tania kini tersenyum. Apa laki-laki itu pikir, Tania bisa ia bohongi? Tentu saja tidak. Tania bukan gadis yang bodoh.

Tania seketika menelan ludahnya. Ia bukan gadis yang bodoh kan?

Jatuh cinta pada seorang terpidana seumur hidup, bukanlah tindakan seseorang yang bodoh kan? batin Tania pada diri sendiri.

Tanpa Tania sadari, kedua matanya mengeluarkan air. Air itu berjatuhan ke kasur yang kini Tania tiduri.

Tania masih terdiam di tempatnya, menatap langit-langit dan berkedip beberapa kali membiarkan airmatanya mengalir.

Tania tak akan diam saja. Ia akan menjambak Marcel jika laki-laki itu berani meninggalkannya setelah perasaan ini Tania miliki di dalam dirinya. Ia akan memukul Marcel jika laki-laki itu berani mempermainkan perasaannya setelah sejauh ini, batinnya, tak serius.

***

Keesokan harinya.

Di meja makan, Tania sedang sarapan bersama keluarganya.

"Kamu kenapa Tania? matamu merah?"

Tania seketika tersadar dari lamunannya. Ia menatap sang ayah yang bertanya.

"Enggak pak, gakpapa," jawab Tania.

"Kamu habis nangis ya Tan?? ibu baru ngeh," ucap Rani memperhatikan kedua mata Tania.

"I-iya bu," jawab Tania tersenyum. "Semalem nonton film, sedih banget, jadinya nangis, hehe."

"Ya ampun.. ada-ada aja," sahut Rani.

Tania hanya tersenyum. Ia terpaksa berbohong agar kedua orangtuanya tak khawatir.

"Oh iya Tan, gimana? jadi gak yang kamu omongin waktu itu? udah ada konfirmasi? biar bapak ajuin resign dari kantor."

Tania tersentak. Ia hampir lupa akan hal tersebut karena terlalu sibuk galau.

"J-jangan dulu pak, belum ada konfirmasi lagi," ucap Tania, mengingat dirinya belum dihubungi lagi oleh Ivan.

I'm in Love with a VillainWhere stories live. Discover now