Chapter 8. Tertangkap Basah

14.2K 1.1K 44
                                    

Tania keluar dari area parkir lapas menggunakan motor maticnya. Ia menelan ludah, khawatir atas apa yang akan ia hadapi setelah ini.

"Iya, kita pergi bareng, ketemuan di pintu belakang, oke?"

Tania menggigit bibirnya kencang. Kenapa? kenapa lagi-lagi ia terjebak? kapan Marcel akan membiarkan Tania hidup dengan tenang??

Akhirnya dengan rasa panik dan khawatir yang bercampur menjadi satu, Tania membawa motornya menuju pintu samping.

Laki-laki itu nekat sekali kabur dari lapas ketika matahari belum terbenam. Bagaimana jika mereka ketahuan? Tania akan ikut menerima imbasnya!

Motor Tania hampir sampai di pintu rahasia itu. Ia melihat seorang laki-laki yang sudah berdiri disana, mengenakan pakaian serba hitam, termasuk masker yang menutupi mulut dan hidungnya.

Tania menelan ludahnya. Ia mendekati laki-laki itu.

Dari balik maskernya, Marcel tersenyum, Tania dapat menyadari itu. Marcel mendekati Tania dan langsung naik ke motor tanpa aba-aba.

Tania hampir terjatuh dari motornya. Ia berpegangan dengan kuat pada stang motor.

"Ayo jalan," ucap Marcel, tidak menyadari betapa beratnya dirinya bagi Tania.

Tania menelan ludahnya. Laki-laki ini lebih berat dibanding ibunya ketika membawa belanjaan berkilo-kilogram dari pasar.

"Kenapa diem?" tanya Marcel.

"I-iya," jawab Tania. Gadis itu akhirnya mulai menjalankan motornya dengan pelan.

***

Sepanjang perjalanan, Marcel tersenyum. Ia dapat menyadari tubuh Tania yang begitu tegang mengendarai motor. Gadis ini pasti panik, batinnya.

"Tenang aja, gua gak bakal ketauan kabur," ucap Marcel.

Tania yang mendengar itu melirik ke arah kaca spion. "Kenapa kamu yakin banget gak akan ketauan?" tanya Tania.

"Karena kekuatan uang gua jauh lebih besar dari apa yang lo kira," sahut Marcel.

Tania yang mendengar itu berdecak kesal. "Kalo kamu nyogok sipir-sipir disana, kenapa kamu gak nyogok aku juga?" tanya Tania.

Marcel tertawa geli. Ia menepuk-nepuk pelan kepala Tania yang memakai helm.

"Lo kan budak gua, mana ada budak dibayar?" ucap Marcel.

"Cih," Tania berdecih mendengarnya. Dunia memang tidak adil, batinnya.

"Ohiya, nanti di depan belok kanan."

"Belok kanan? rumah istri kamu kan gak belok kesana?" ucap Tania bingung.

"Iya, kita ke tempat lain dulu sebentar," ucap Marcel.

"Kemana?" tanya Tania.

"Udah gak usah banyak nanya, bawa motornya ngebut dikit, lelet banget udah kaya naik sepeda."

"Kamu berat!!" sahut Tania kesal.

Marcel menghela nafasnya pelan. "Yaudah, nanti habis dari sana gua aja yang bawa motornya," ucap Marcel.

Tania yang mendengar itu justru khawatir. Bagaimana kalau Marcel malah membawanya pergi ke tempat yang menyeramkan??

"Gak usah, aku aja," ucap Tania akhirnya. Gadis itu berusaha mempercepat laju motornya, membuat Marcel tersenyum kecil.

***

Tak lama, merekapun sampai di tujuan sesuai yang diarahkan Marcel.

Tania menganga. Ia tidak menyangka Marcel mengajaknya kesini.

I'm in Love with a VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang