Chapter 40. Kesalahan Terbesar

10K 822 43
                                    

Sebelum masuk chapter 40, aku mau kasih ringkasan cerita dulu tentang Michael biar lebih paham, tapi kalo kalian udah pernah baca ceritaku (BnD) bisa diskip aja yaa 🥰

***

Michael dan Michella Johnson adalah sepupu kandung Marcel dan Madelyn. Sejak kecil keduanya telah kehilangan orangtua karena kecelakaan maut yang menimpa.

Setelah orangtua mereka meninggal, kakak-adik itu pindah ke sebuah panti asuhan karena tak ada sanak saudara yang bersedia mengurusi mereka. Nama legal mereka juga diganti oleh wali menjadi Russel & Rashila.

Ketika Russel kelas satu SMA, ia memutuskan untuk pindah dari panti ke sebuah kontrakan, dan tak lama setelahnya, Russel tewas menjadi korban pembunuhan keji di kontrakannya.

Saat itu, tersangka paling kuat yang ditemukan adalah laki-laki bernama Geovano Emerald. Ia diduga telah menghabisi Russel dengan tangan kosong hingga kehilangan nyawa.

Akan tetapi, setelah beberapa tahun baru diketahui bahwa pelaku yang sesungguhnya bukanlah Geovano, melainkan Marcellino Johnson, sepupu kandungnya sendiri.

***

Chapter 40. Kesalahan Terbesar

"Cel, laper gak? gua pengen makan."

Saat ini, dua orang remaja berseragam SMP sedang duduk di atas atap gedung sekolah yang cukup tinggi. Keduanya sedari tadi merokok, berusaha terhindar agar tak dilihat oleh guru dan penjaga sekolah.

"Nggak," jawab murid kelas tiga bernama Marcel.

"Lo bukannya belum makan dari pagi? masa cuma rokok doang seharian? mati loh ntar."

"Bac*t lo, makan-makan aja sono bangs*t, gak usah ngajak gua," sahut Marcel kesal.

Murid kelas dua yang duduk di samping Marcel tertawa geli. "Emosian mulu dah," ucapnya.

Murid itu lahir dengan nama Michael Johnson, namun kini orang-orang mengenalnya sebagai Russel Martin.

"Lari kamu! seratus kali!"

Marcel dan Russel melihat ke arah lapangan, disana, seorang murid sedang dihukum karena ketahuan merokok di area sekolah.

"Yah, ketauan dia, kasian banget," ucap Russel.

"Ngapain ngasiainin orang tol*l kaya gitu?" sahut Marcel.

"Ya dia kan pasti gak pengen ketauan juga Cel," sahut Russel.

"Kalo gak mau ketauan ya jangan ketauan," ucap Marcel lagi.

"Tapi gak semua orang bisa naik ke atap gini, kaya kita berdua."

Marcel menghisap rokoknya dan menghembuskannya dengan kasar. "Semua orang bisa, kalo punya nyali."

Russel yang mendengar itu tersenyum. Sesungguhnya, yang dikatakan Marcel benar, namun apakah Marcel sama sekali tidak merasa kasihan melihat orang lain tertangkap basah disaat dirinya juga sedang melakukan kesalahan yang sama?

"Oh iya, apa kabar Madelyn? gua udah lama gak liat dia," ucap Russel.

"Gak tau," sahut Marcel.

"Dih t*lol, adek sendiri juga," ucap Russel.

Marcel menghela nafasnya kasar. "Ya dia juga kan sepupu lo, kenapa gak tanya aja langsung aja ke orangnya?"

"Gak bisa kayanya, Madelyn judes banget kalo gua ajak ngomong."

"Dia emang judes ke semua orang," sahut Marcel.

Russel tertawa geli mendengarnya. "Adek lo beda banget ya sama adek gua, adek gua mah terlalu ramah, mana lemot."

I'm in Love with a VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang