Chapter 11. Lunas (18+)

32K 1.4K 49
                                    

Tania merasakan tubuhnya yang terlempar ke atas kasur. Kini gadis itu menatap Marcel, laki-laki yang berjalan mendekatinya.

"M-Marcel.." ucap Tania panik.

"Kenapa?" Marcel terlihat begitu tenang. Ia hendak naik ke atas kasur, mendekati Tania.

"Tunggu! kamu ngapain?! jangan naik kesini!" ucap Tania, begitu panik.

"Kenapa? kan gua gak lepas baju."

Tania menatap Marcel tak percaya. Perjanjian mereka memang tidak melepas pakaian, tapi kenapa harus di atas kasur??

Tania melihat ke arah pintu, ia ingat Marcel sempat mengunci pintu tersebut.

Marcel sudah naik ke kasur, membuat Tania menelan ludahnya.

"Tunggu!"

Karena terlalu panik, Tania tiba-tiba melayangkan tendangannya ke dada Marcel.

Bugh!!

Marcel yang tidak ada persiapan kini terjatuh ke lantai. Tendangan gadis itu berhasil membuat tubuhnya terdorong.

Tania menelan ludahnya. Ia merangkak di kasur berusaha melihat Marcel dibawah. Laki-laki itu meringis. Ia menatap ke atas dimana Tania berada, membuat Tania ciut.

"S-sorry," ucap Tania, tidak tulus.

"Ngapain??" tanya Marcel kesal.

"H-habisnya kamu-"

"Habisnya apa? kan udah sesuai perjanjian gak lepas baju?" ucap Marcel.

"Iya! tapi kenapa harus di kamar?!"

"Ya emang kenapa di kamar? kan yang penting gak buka baju?" sahut Marcel kesal.

Tania menelan ludahnya. "Y-yaudah kalau gitu, buka pintunya."

"Hah?"

"Iya! jangan dikunci pintunya! buka!" bentak Tania.

Marcel berdecak kesal. Ia akhirnya kembali berdiri dan berjalan menuju pintu. Marcel membuka kunci pitu tersebut dan kembali mendekat ke arah kasur.

Tania menelan ludahnya. Kini ia jadi sedikit lebih tenang. Tania bisa kabur jika Marcel macam-macam padanya.

Marcel sudah naik ke atas kasur. Ia duduk mengambil posisi enaknya, kemudian menarik Tania mendekat padanya.

Tania menelan ludah. Ia dapat merasakan kedua tangan Marcel yang meraih pinggangnya, mengangkat tubuh Tania ke atas pangkuan Marcel dengan begitu mudah. Apakah Tania sangat enteng bagi Marcel?

Tania kini menelan ludahnya. Ia sudah berada di atas pangkuan Marcel, menatap laki-laki itu. Kedua kaki Tania mau tidak mau harus dilebarkan.

Tania menelan ludahnya. Marcel melingkarkan tangannya di pinggang Tania, begitu erat seolah meminta Tania lebih dekat lagi padanya.

Tania berusaha mendorong bahu Marcel, sebab jika mereka terlalu menempel, wajah Marcel bisa mendarat di gundukan payudara Tania.

"Kenapa?" tanya Marcel karena Tania terus mendorongnya, laki-laki itu sedikit mendongak menatap wajah Tania.

"J-jangan terlalu nempel," ucap Tania.

"Gimana caranya? kan kita mau ciuman," sahut Marcel.

Tania menelan ludahnya. Padahal mereka bisa berciuman bahkan tanpa harus berada di dalam posisi ini, sedekat ini, tapi Marcel berlagak seperti itu adalah hal yang mustahil.

Kini keduanya sama-sama menatap. Tania dapat melihat ketenangan di kedua mata Marcel. Tapi anehnya, seberapa besarpun rasa tenang itu terlihat, tetap saja Tania dapat menyadari gusar, gundah, dan lain sebagainya dari tatapan itu, apalagi jika dilihat dari dekat. Kenapa?

I'm in Love with a VillainDonde viven las historias. Descúbrelo ahora