Chapter 76. I Miss You My Love

4.8K 525 15
                                    

"Saya bisa mempertemukan kamu sama Marcel, tapi cuma lima menit," tutur Gabriel, membuat kedua mata Tania membulat dan nafasnya seperti berhenti sesaat.

"Apa lima menit cukup?"

Pertanyaan itu terlontar dari mulut Gabriel, setelah ia dan Tania sudah tiba di depan sebuah ruangan yang lokasinya tak jauh dari ruang sidang tadi.

Tania masih berusaha mengatur nafasnya, serta debaran jantungnya yang tak karuan.

"C-cukup om," jawab Tania, meskipun masih belum percaya akan semua ini.

Gabriel menengok ke arah pintu yang berada di belakangnya dan membukanya menggunakan kunci yang entah bagaimana bisa ia dapatkan.

"Sekarang masuk, Marcel udah ada di dalem, tapi kamu haruis langsung keluar setelah saya ketuk pintu ini, ngerti?"

Tania berusaha menenangkan dirinya yang begitu tersentak. Ia mengangguk pelan sebagai jawaban, sebelum akhirnya mendorong pintu tersebut dan masuk ke dalam.

Tania masuk sambil mengatur nafasnya. Pandangannya langsung bertemu dengan pandangan seorang laki-laki yang duduk di sebuah kursi.

Sama sepertinya, laki-laki itu juga terlihat begitu tersentak. Ia berdiri perlahan, dan menatap Tania dengan kedua mata yang membulat.

Tania yang berada di balik pintu kini menggigit bibirnya kencang. Ia ingat Gabriel mengatakan bahwa Tania hanya memiliki waktu lima menit, namun tubuh Tania kini malah sulit bergerak. Ia masih tidak menyangka bahwa dirinya bisa bertemu dengan laki-laki ini sekarang.

"Tania..?"

Suara itu mengisi keheningan yang sempat menyelimuti, dan membuat Tania akhirnya sadar bahwa ia tak memiliki waktu untuk merenung di tempatnya.

Dengan cepat, Tania berlari, ia berlari ke arah Marcel.

Marcelpun refleks berjalan maju, menyambut kekasihnya yang sudah dua bulan tak pernah ia temui sekalipun.

Pelukan erat langsung mereka berikan terhadap satu sama lain. Tania menenggelamkan wajahnya di dada Marcel, membiarkan tangisannya lepas dan membasahi baju tahanan yang dikenakan laki-laki ini.

Sementara Marcel masih mengatur nafasnya karena rasa tersentak. Ia tak paham kenapa Tania bisa masuk kesini sekarang. Bukankah ruangan ini hanya boleh dimasuki oleh mereka yang berwenang?

Namun kemudian Marcel juga mengeratkan pelukannya. Ia tidak perlu memikirkan hal tersebut sekarang. Ia hanya perlu melingkarkan tangannya di punggug Tania dan mendekatkan bibirnya ke kepala Tania, mengecupnya begitu lama.

Tania yang menangis kini semakin tak kuasa. Pelukan ini sudah begitu lama ia inginkan. Kedekatan ini sudah sangat lama ia harapkan, apalagi saat kegelapan dan rasa takut sedang menyelimutinya.

"Marcel.." gumam Tania disela tangisannya.

Suaranya terdengar samar, namun Marcel dapat mendengarnya.

"Aku kangen.. aku kangen banget sama kamu.."

Senyuman tersungging di bibir Marcel. Ia dapat merasakan getaran tubuh Tania, dan kesungguhan dalam kalimat yang diucapkan.

Marcel menurunkan lagi kepalanya agar ia bisa mencium pelipis Tania, dan melihat sedikit wajah gadis itu yang sedang menangis sesenggukan.

"Aku juga, aku kangen banget sama kamu, Tania," bisik Marcel di telinganya, meskipun sesungguhnya, ia tak merasa perlu mengatakannya.

Siapapun yang melihat kondisi mereka berdua. Siapapun yang tahu tentang mereka berdua, pasti sudah paham betapa besar rasa rindu yang menyelimuti setiap hari.

I'm in Love with a VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang