Chapter 38. Silent Kiss

9.6K 1K 75
                                    

cerita ini kemungkinan bakal panjang ya, trs bakal lumayan mainin emosi (roller coaster gitu naik turun) soalnya emg pd dasarnya karakter Marcel itu beda dari male lead ceritaku yg lain, hidupnya dari awal lebih gelap, jd jalan ceritanya jg bakal jauh lebih emosional

makasih readers 🥰

***

Chapter 38. Silent Kiss

Tania baru saja mengatakannya. Untuk pertama kalinya, ia mengatakannya. Kalimat yang sudah ia tahan beberapa lama.

Namun laki-laki di depannya tak memberikan reaksi apapun. Tak ada suara dan hanya keheningan diantara mereka.

Tania menggigit bibirnya kencang. Ia lelah. Ia benar-benar lelah sekarang. Sudah lama sekali sejak Tania merasakan emosi dan meluapkan kekesalannya seperti ini.

Kini Taniapun berbalik dan berjalan menuju motornya. Ia ingin segera pulang dan beristirahat. Ia tak mau lagi berhadapan dengannya.

Laki-laki yang sudah mempermainkan perasaannya. Laki-laki yang sudah membuatnya jatuh cinta namun setelah itu didiamkan begitu saja.

Tania lelah. Ia benar-benar lelah.

Kini gadis itu sudah mulai melajukan motornya. Rasanya menyakitkan karena harus menghadapi semua ini. Marcel mendengar dengan jelas ungkapan perasaan Tania, lalu tak mempedulikan seolah angin lalu semata.

Apakah Marcel tak menganggap ada perasaan Tania? apakah perasaan Tania adalah hal yang tak berpengaruh baginya?

Entahlah. Kini Tania hanya ingin pulang dan tidur. Ia ingin membawa rasa sakit ini tidur bersamanya dengan harapan keesokan harinya, Tania bisa terbangun dan tak lagi memiliki perasaan pada laki-laki itu. Tania berharap ia lupa ingatan dan tak ingat lagi pada Marcel selamanya.

***

Harapan Tania tentu saja tak terwujud. Tiga hari sudah terlewat, namun pagi ini di kamar, ketika ia membuka kedua matanya, yang melintas di pikirannya tetaplah Marcel.

Sejak tiga hari yang lalu, laki-laki itu adalah orang pertama yang ia pikirkan ketika hendak tidur, maupun sesaat setelah terbangun.

Tania menghela nafasnya kasar. Ia bahkan mengingat dengan samar bahwa ada Marcel di dalam mimpinya.

Sial. Laki-laki itu benar-benar memenuhi pikirannya.

"Tan? ayo bangun, nanti telat."

Tania mendengar suara ibunya dari luar kamar.

"Iya bu," jawab Tania, kemudian bangkit. Tania terdiam sesaat.

Tidak peduli seberapa galaunya ia, Tania tetap harus bekerja. Ia harus menjalani tanggung jawabnya seperti biasa.

Akhirnya Taniapun turun dari kasur dan segera mandi. Setelah itu Tania akan sarapan bersama kedua orangtuanya dan berangkat kerja.

***

"Tania berangkat ya bu, pak."

Tania menyalami ayah dan ibunya sebelum berangkat.

"Iya Tan, hati-hati jangan ngebut," ucap Rani yang diangguki Tania.

"Oh iya."

Tania yang hendak keluar rumah kini berhenti. Ia menengok dan menatap ayahnya yang berucap.

"Semalem, Fernando ngechat bapak," ucap ayah Tania.

"Kak nando?? dia ngomong apa pak??" tanya Tania tersentak.

Jantung Tania seketika berdetak kencang. Ia panik. Semua ancaman yang pernah Fernando berikan padanya jadi kembali ia ingat.

"Enggak, cuma nanya kabar doang sih."

I'm in Love with a VillainWhere stories live. Discover now