Chapter 21. Crying in front of Him

10.7K 1.1K 28
                                    

Tania hendak naik ke motornya, namun dirinya terlalu lemas hingga ia terjatuh berlutut di samping motor.

Tania dapat merasakan jantungnya yang berdetak kencang. Ia tak bisa menahannya. Airmatanya mengalir deras.

Pemandangan tadi benar-benar membuatnya hancur. Tania kini melihat ke arah cincin yang melingkar di jari manisnya.

Apa sesungguhnya arti dari cincin ini? kenapa Fernando memberikan cincin ini disaat dirinya tidak bisa berpegang teguh pada kesetiaan?

Tania berusaha menenangkan dirinya. Ia harus pulang sebelum ada yang mengira dirinya gila menangis di parkiran.

Ketika hendak bangun, Tania melihat seorang laki-laki yang berdiri di dekatnya. Laki-laki itu masih terlihat muda. Ia mengulur tangannya pada Tania, seperti ingin membantunya.

Tania sesaat terdiam tak menerimanya, namun kemudian ia mengingat siapa laki-laki ini.

"K-kamu.. ?"

Damian tersenyum pada Tania. "Ayo bangun kak," ucapnya.

Tania akhirnya menerima uluran tangan Damian dan berdiri. Ia menatap laki-laki itu yang meskipun terlihat muda, namun sudah lebih tinggi darinya.

"Kak Tania gakpapa? sini aku aja yang bawa motornya, aku anter sampe rumah."

Damian menyadari Tania yang sedang down, terlihat dari kedua matanya yang basah dan memerah.

"Kamu kok ada disini? Kamu bawahan Marcel yang semalem ke rumahku kan?" tanya Tania.

"Iya, namaku Damian," ucap Damian memperkenalkan diri.

"Ayo kak, aku anter pulang." Damian mengambil kunci motor Tania yang masih tergeletak di bawah. Iapun naik ke atas motor dan menyalakan mesinnya.

Sementara Tania, gadis itu menelan ludah. Apakah ia bisa percaya pada laki-laki ini? Tania bahkan baru mengetahui namanya.

"Ayo kak?"

"Ah, i-iya," jawab Tania ragu. Akhirnya ia naik ke motor dan duduk dengan perasaan khawatir. Meskipun Damian terlihat seperti laki-laki yang baik, tapi tetap saja ia panik.

***

Motor Tania sudah menyusuri jalan raya, dan kini memasuki area pemukiman dimana Tania tinggal.

Untung saja, Damian masih ingat alamat rumah Tania, sebab Tania akan sulit menunjukkan jalan disaat dirinya terus menangis.

Airmata Tania tak bisa ia tahan. Ia menangis tanpa mengeluarkan suara karena malu pada laki-laki di depannya.

Perih dan sesak terus ia rasakan tiap kali mengingat apa yang ia lihat di restoran tadi. Kenapa Fernando tega sekali? bukankah seharusnya mereka jadi pasangan sehidup semati?

Tania mengusap matanya. Kini ia benar-benar bingung bagaimana harus bertemu dengan ibunya. Bagaimana cara menjelaskan ke ibunya bahwa Fernando mengkhianatinya?

Dan yang paling penting, bagaimana cara Tania menjelaskan bahwa kemungkinkan besar, lamaran yang sudah direncanakan dan diketahui banyak orang, akan gagal dilangsungkan??

Motor Tania yang dibawa Damian sudah tiba di depan rumah.

"Sampe kak," ucap Damian.

Tania menelan ludahnya. Ia melihat ke arah rumahnya.

Pintu rumah tidak tertutup rapat, apakah sedang ada tamu? batin Tania.

"Damian."

"Ya?"

"Kamu tunggu disini sebentar, jangan pergi dulu."

Tania turun dari motor dan berjalan mendekati rumahnya, sementara Damian mengernyit. Kenapa? batinnya.

I'm in Love with a VillainWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu