Chapter 24. Perempuan Lain

11K 1K 99
                                    

Tania masih berada di pasar malam yang letaknya tak jauh dari rumah. Ia datang kesini sendirian, namun tak menyangka akan berakhir ditemani tiga orang laki-laki bersamanya.

Saat ini, Tania masih duduk di bangku dekat stand makanan. Ia sudah selesai makan namun masih berada disana.

Tania tak kuasa tersenyum. Ia memperhatikan Damian dan Bambang yang sudah kembali bermain. Kali ini dua laki-laki berusia sembilan belas tahun itu sedang taruhan untuk memenangkan permainan lempar panah.

Tania tertawa geli karena mereka berdua yang saling berargumen saat bermain. Mereka terlihat seperti anak kembar yang tak bisa diam.

Kini Tania menengok pada laki-laki yang duduk di depannya.

Marcel tak memperhatikan ke arah mereka, tapi ke arah Tania, membuat Tania menelan ludah.

Tania mengaduk minumannya dalam diam. Ia tak tahu kenapa Marcel terus memperhatikannya. Apakah ada sesuatu di wajah Tania?

"Kenapa dateng kesini sendirian?" tanya Marcel.

Tania sontak menatap laki-laki itu. Kenapa Marcel segala bertanya? bukankah ia sudah tahu bahwa Tania sedang galau?

"Gakpapa, pengen aja," jawab Tania.

Kini mereka berdua sama-sama terdiam. Tania mengernyit. Ia menatap Marcel.

"Kalo kamu?? ngapain kamu ngikutin aku kesini??" tanya Tania.

"Kan tadi udah dijawab sama Bambang," sahut Marcel.

Seketika, jantung Tania berdetak kencang. Jadi benar, Marcel memang mengkhawatirkan Tania??

"Kak Tamia."

Tania menengok. Ia meliat dua bawahan Marel, Damian dan Bambang yang ternyata sudah berada di dekatnya.

"Tania," ucap Tania membenarkan Bambang yang salah menyebut namanya.

"Jalan yok? nyari permainan lain?" ajak Bambang.

Tania mengangguk. Iapun berdiri dari bangku tersebut. "Ayok," ucapnya.

Tania mulai berjalan bersama kedua laki-laki itu, sementara Marcel menghela nafasnya kasar.

Seharusnya, ia suruh saja Damian dan Bambang menunggu di parkiran agar tidak mengganggu.

Kini merekapun mulai berjalan berempat. Mereka mengelilingi pasar malam ini dan melihat wahana permainan yang tersedia.

"Wah, ada fotobox," ucap Damian melihat ke arah jasa foto langsung cetak di ujung pasar malam.

"Foto yok, kenang-kenangan," ajak Damian.

"Ayok" sahut Tania. Merekapun bejalan mendekat ke arah fotobox tersebut.

Tania langsung membayar sejumlah uang untuk mendapatkan foto dan hasil cetaknya.

"Yok masuk," ajak Tania semangat.

Ketika Damian dan Bambang hendak masuk ke dalam ruangan kecil yang disediakan, penjaga fotobox tersebut mengingatkan.

"Cuma bisa dua orang ya."

"Hah?" Tania tersentak. Ia pikir mereka berempat bisa masuk.

"G-gimana dong?" ucap Tania pada ketiganya.

"Yah, cuma bisa berdua," ucap Damian.

"Yaudah kak, kita berdua aja yuk?" ajak Damian berbinar menatap Tania.

"Boleh," jawab Tania.

"Woy."

Tiba-tiba, Bambang menyenggol lengan Damian. Ia menunjuk ke arah laki-laki berwajah seram yang berdiri di belakang Tania.

I'm in Love with a VillainWhere stories live. Discover now