Chapter 81. Don't Say Goodbye

4.6K 530 54
                                    

Saat ini, Rani dan Adam masih berada di ruang tamu rumah mereka. Keduanya sedari tadi mengobrol tentang banyak hal.

Adam yang sudah mulai mengantuk mengatakan akan tidur duluan, sementara Rani akan menunggu Tania disini. Kini perempuan paruh baya itupun sendirian di ruang tamu, sembari menonton TV dengan santai.

Tak lama, suara motor akhirnya terdengar. Rani menghela nafasnya lega, karena puterinya satu-satunya itu akhirnya pulang di jam sepuluh malam.

Rani berdiri dan hendak membukakan pintu untuk Tania, namun ternyata Tania sudah membukanya sendiri dan muncul di hadapan Rani sekarang.

Kedua mata Rani membulat. Ia melihat puterinya yang wajahnya begitu sembab dengan kedua mata yang merah.

"Tania?? kenapa??"

Tania sempat terdiam, namun kemudian tangisannya kembali pecah. Ia langsung mendekat ke arah ibunya dan memeluknya dengan erat.

"Tan??" ucap Rani sambil menyentuh kepala puterinya, masih panik dan bingung.

"Ibu.. Marcel bu.." ucap Tania disela tangisannya.

Rani menutup pintu rumah menggunakan satu tangan, kemudian ia membalas pelukan Tania dan mengusap punggungnya dengan lembut.

"Marcel kenapa?" tanya Rani yang kini jantungnya berdebar kencang karena tangisan puterinya.

"Marcel bu.." ucap Tania lagi, memejamkan mata dan membiarkan airmatanya membasahi pakaian yang dikenakan sang ibu.

"Marcel.."

Tania terus menangis dan menyebutkan nama laki-laki itu, namun ia tidak menjelaskan apapun pada Rani tentang apa yang baru saja terjadi dan membuat Tania menangis seperti ini.

Akhirnya Ranipun hanya mengusap kepala dan punggung Tania, terus berusaha menenangkan puterinya.

"Yaudah ayo ke kamar, cerita sama ibu ya," ucap Rani, berjalan sambil menarik Tania di pelukannya agar ikut bersamanya ke dalam kamar.

Rani mendudukkan Tania di tepi tempat tidurnya, kemudian ia mengusap pipi Tania yang basah karena aliran airmata yang begitu deras.

Bahu Tania naik turun karena tangisannya yang belum berhenti. Tubuhnya juga gemetaran, kedua tangannya dingin ketika Rani menggenggamnya.

Rani kini menyadari wajah puterinya juga sangat pucat sekarang.

Sesungguhnya, apa yang terjadi? apa yang dilakukan Marcel hingga Tania menangis seperti ini?

"Kamu mau cerita gak sama ibu?" tanya Rani, duduk di samping Tania.

Tania tak menjawab dan malah kembali memeluk ibunya. Rani menyadari tubuh Tania yang sudah begitu lemas, sesuai dugaannya.

"Yaudah, tidur dulu aja ya, besok pagi kalo udah mendingan, baru cerita sama ibu," ucap Rani, sembari mengusap kepala Tania.

"Ayo naik ke kasur," ucap Rani, membantu Tania naik ke atas kasur dan membaringkan puterinya disana.

Tania langsung memejamkan mata, meskipun masih ada aliran air yang keluar dari ujung matanya dan jatuh membasahi kasur.

Rani yang melihat itu menelan ludah. Iapun tak berpindah dan masih berada di tepi tempat tidur Tania, mengusap kepala puterinya dengan lembut, seolah memberitahu bahwa dirinya masih ada disini dan akan terus menemani Tania disini hingga gadis itu ketiduran.

Rani tidak tahu apa yang baru saja terjadi antara Tania dan Marcel, puterinya ini belum lama terlihat begitu bahagia karena Marcel berhasil memenangkan persidangannya.

Fernando sudah tidak pernah muncul didalam hidupnya, dan Selena akan mendekam di penjara selama lima belas tahun lamanya. Dua orang itu adalah mereka yang sering mengusik hubungan Tania dan Marcel, dan sekarang mereka sudah tak lagi mengganggu hidup mereka.

I'm in Love with a VillainWhere stories live. Discover now